Dari hasil analisis validitas didapatkan nilai korelasi antara skor item dengan skor total, setelah itu nilai ini kemudian kita bandingkan dengan nilai r tabel, r tabel
dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data n = 26, maka didapat r tabel sebesar 0,297 lihat pada lampiran tabel r. Berdasarkan hasil
analisis di dapat nilai korelasi untuk semua item soal nilai lebih dari 0, 297. Karena koefisien korelasi pada item soal nilai lebih dari 0,297 maka dapat
disimpulkan bahwa item-item tersebut berkorelasi signifikan dengan skor total sehingga dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut valid.
Dari hasil analisis reliabilitas didapatkan Cronbachs Alpha if Item, inilah nilai korelasi yang didapat. Nilai korelasi ini kemudian dibandingkan dengan nilai r
tabel, r tabel dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data n = 26, maka didapat r tabel sebesar 0,297. Berdasarkan hasil analisis nilai conbrach’s
alpha masing item di atas lebih dari 0,297 atau secara keseluruhan instrument pada siklus 3 dinyatakan reliabel.
Tabel 3.11 Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal Siklus 3
Butir Soal
Daya Pembeda
Tingkat Kesukaran
Korelasi Sign. Korelasi
1. 67,45
Sedang 37,45
Sangat signifikan 2.
78,88 Sedang
28,89 Sangat signifikan
3. 73,89
Sedang 34,22
Sangat signifikan 4.
89,45 Sedang
31,56 Sangat signifikan
5. 78,45
Sedang 27,39
Sangat signifikan
Tabel di atas menyatakan bahwa seluruh soal akhir siklus 3 mempunyai tingkat kesukaran sedang dan untuk analisis daya pembeda soal mempunyai daya
pembeda sangat tinggi. Sehingga soal dapat diterima dengan baik dan semua soal terwakili materi yang akan dicapai sehingga tidak perlu perubahan untuk soal.
✁
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Desain pembelajaran PPKn menggunakan model pembelajaran bermain peran
adalan guru mempersiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan kemudian guru menentukan media yang akan digunakan, guru mendesai
media yang tepat tersebut dan dimasukkan ke dalam rencana pembelajaran. Langkah kedua adalah pelaksanaan pembelajaran guru meminta bantuan guru
lain untuk menilai keterlaksanaan pembelajaran yang berlagsung berdasarkan sintak pembelajarannya, sistem sosial dan juga prilaku yang guru lakukan di
dalam proses pembelajaran. Langkah ketiga menilai reaksi yang diperlihatkan oleh siswa, selain itu guru kolaborator juga menilai aktifitas siswa pada saat
pembelajaran berlangsung. Setelah akhir pembelajaran guru menilai hasil belajar siswa yang dipengaruhi oleh reaksi siswa dan aktivitas siswa.
Berdasarkan hasil penelitian dalam mendesain model pembelajaran bermain peran ini guru harus memperhatikan karakteristik siswa yang akan diajarkan
dengan menggunakan model bermain peran. 2.
Keterlaksanaan pembelajaran, pada siklus 1 mendapatkan nilai terendah pada penilaian prilaku siswa pada saat siswa berinteraksi dengan guru serta pada
✂ ✂✄
penilaian prilaku guru saat guru memberikan bimbingan dan arahan, sedangkan nilai tertinggi pada kegiatan guru saat menanggapi siswa dalam
membacakan hasil kinerja dan pada saat siswa mengutarakan pendapatnya. Pada siklus 2 mendapatkan nilai terendah pada penilaian prilaku guru pada
saat guru berinteraksi dengan siswa serta penilaian prilaku siswa pada saat siswa menerima bimbingan dan arahan, sedangkan nilai tertinggi pada
kegiatan guru saat menanggapi gagasan siswa dan penilaian prilaku siswa pada saat membacakan hasil kinerja dan menyampaikan gagasan. Pada siklus
3 yang mendapatkan nilai terendah penilaian prilaku guru pada saat berinteraksi dengan siswa, sedangkan nilai tertinggi pada kegiatan siswa saat
mengutarakan gagasan siswa dan guru saat menanggapi siswa dalam membacakan hasil kinerja. Sehingga berdasarkan hasil penelitian diperoleh
kelemahan penilaian prilaku guru yaitu kurang dapatnya guru berinteraksi dengan siswa dikarenakan siswa yang memainkan peran, sedangkan penilaian
prilaku siswa pada saat siswa mengutarakan penilaian terhadap temannya yang sedang memerankan tokoh.
3. Penilaian asesment siswa dilakukan dengan sangat baik pada setiap siklusnya.
Pada siklus pertama rata-rata penilaian siswa adalah 63,1 dengan 4 orang siswa kurang dari 60, pada siklus 2 mengalami peningkatan sehingga
memperoleh rata-rata sebesar 72,7 dengan tidak ada siswa dibawah 60 dan pada siklus 3 mengalami peningkatan kembali sehingga memperoleh rata-rata
sebesar 80,2 dengan tidak ada siswa dibawah 60. Melalui model bermain peran siswa terasah untuk mengamati peran yang diperankan oleh temannya,
mengolah informasi nalar serta mengkomunikasikan dari naskah yang mereka
☎ ☎✆
terima menjadi drama yang dipetanskan tetapi kemampuan siswa untuk bertanya kurang dapat ditingkatkan.
4. Hasil belajar siswa pada siklus 1 sebesar 60,7
dengan 16 orang siswa dibawah KKM dan 20 orang siswa diatas KKM, hasil belajar siswa pada
siklus 1 dinilai kurang baik. Hasil belajar siswa pada siklus 2 sebesar 72,7 dengan 4 orang mendapatkan nilai 60, hasil belajar siswa pada siklus 2 dinilai
cukup baik. Hasil belajar siswa pada siklus 3 sebesar 80,1 dengan seluruh siswa mendapatkan nilai diatas KKM, hasil belajar siswa pada siklus 3 dinilai
sangat baik.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang terurai di atas, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:
5.2.1 Dalam desain pembelajaran guru terlebih dahulu melihat karakteristik siswa SMP yang masih dalam tingkat remaja sehingga pembelajaran yang
akan disampaikan dapat sesuai. 5.2.2 Dalam melaksanakan desain pembelajaran ada beberapa tahapan yang
perlu guru lakukan agar pembelajaran dapat berjalan sesaui dengan yang diharapkan.
Model pembelajaran
bermain peran
kurang dapat
meningkatkan kemampuan bertanya siswa karena waktu yang dibutuhkan untuk belajar sempit sehingga pertanyaan yang ingin siswa sampaikan
tidak dapat disampaikan. 5.2.3 Dalam pelaksanaan pembelajaran guru benar-benar harus mengikuti
rencana pembelajaran yang telah dibuat agar pada saat proses pembelajaran berjalan dengan terstruktur.
Pada saat merancang