muncul pada masa mendatang. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran bermain peran adalah cara yang
digunakan guru dalam proses pembelajaran dengan memberikan suatu topikmasalah yang dipecahkan oleh peserta didik dengan memainkan peran
dalam hal ini terkait dengan pembelajaran.
2.6.2 Tujuan Penggunaan Model Bermain Peran
Tujuan yang diharapkan dengan penggunaan model bermain peran menurut Syaiful 2010: 88 antara lain adalah:
1. Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain. 2. Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab.
3. Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok
secara spontan. 4. Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah.
Kemudian menurut Syaiful 2010: 91 tujuan dari penggunaan model bermain peran bermain peran adalah:
1. Mendorong siswa untuk menciptakan realitas mereka sendiri; 2. Mengembangkan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain;
3. Meningkatkan motivasi belajar siswa; 4. Melibatkan para siswa pemalu dalam kegiatan kelas;
5. Membuat rasa percaya diri siswa; 6. Membantu siswa untuk mengidentifikasi dan kesalahpahaman yang benar;
7. Menunjukkan siswa bahwa dunia nyata yang kompleks dan masalah yang
muncul di dunia nyata tidak dapat diselesaikan dengan hanya menghafal informasi;
8. Menggarisbawahi penggunaan simultan keahlian yang berbeda yang diperoleh secara terpisah.
Sistem sosial dari model ini disusun secara sederhana, guru bertanggung jawab minimal pada tahap pemulaan. Selajutnya guru membimbing para peserta didik
untuk melanjutkan kegiatan sesuai langkah-langkah yang telah ditetapkan.
Intervensi guru perlu dikurangi ketika bermain peran telah memasuki tahap pemeranan, dalam tahap ini peserta didiklah yang lebih aktif. Pertanyaan dan
komentar guru harus mendorong para peserta didik utnuk mengekspresikan perasaan dan gagasannya secara bebas dan jujur. Guru juga harus menumbuhkan
saling percaya antara dirinya dengan peserta didik agar peserta didik dapat melibatkan diri secara aktif dalam pembelajaran.
Sedikitnya terdapat lima prinsip reaksi penting dari model pembelajaran bermain peran. Pertama, guru selayaknya menerima respon para pesereta didik, terutama
yang berkaitan dengan pendapat dan perasaannya, tanpa penilaian terhadap baik atau buruk reaksi yang diberikannya. Kedua, guru seyogyanya membantu peserta
didik mengeksplorasi situasi masalah dari berbagai segi, berusaha membantu mencari titik temu dan perbedaan dari pandangan-pandangan yang dikemukakan
para peserta didik. Ketiga, dengan cara merefleksikan, menganalisis dan menangkap respons-respons peserta didik, guru berupaya meningkatkan
kesadaran peserta didik akan pandangan-pandangan dan perasaannya sendiri. Keempat, guru perlu menekankan kepada para peserta didik bahwa terdapat
banyak cara untuk memainkan suatu peran, setiap cara memiliki konsekuensi yang berbeda dan beraneka ragam. Konsekuensi itulah yang harus dieksplorasi oleh
peserta didik. Kelima, guru perlu menekankan kepada peserta didik bahwa terdapat berbagai cara untuk memecahkan suatu masalah; tidak ada satu carapun
yang paling tepat. Peserta didik perlu mengkaji hasil dari suatu pemecahan yang ditawarkan untuk mengetahui tepat atau tidaknya pemecahan masalah yang
dilakukan.
Mulyasa 2008: 57 mengemukakan tahapan pembelajaran bermain peran meliputi : 1 menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik; 2 memilih peran; 3
menyusun tahap-tahap peran; 4 menyiapkan pengamat; 5 menyiapkan pengamat; 6 tahap pemeranan; 7 diskusi dan evaluasi tahap diskusi dan
evaluasi tahap I ; 8 pemeranan ulang; dan 9 diskusi dan evaluasi tahap II; dan 10 membagi pengalaman dan pengambilan keputusan.
Sistem penunjang dalam pembelajaran bermain peran cukup sederhana tetapi sangat penting. Hal yang sangat penting dalam bermain peran adalah situasi
masalah, yang biasanya disampaikan secara lisan tetapi dapat juga dikemukakan dalam bentuk lain misalnya melalui lembaran-lembaran yang dibagikan kepada
peserta didik. Dalam lembaran tersebut dikemukakan perincian langkah-langkah yang akan diperankan lengkap dengan watak pemeran masing-masing. Menurut
Huda 2014: 208, sintaks strategi bermain peran dapat dilihat dalam tahap- tahapannya adalah sebagai berikut: 1. Guru menyususn dan menyiapkan
sekenario yang akan ditampilkan, 2. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari sekenario dalam waktu beberapa hari sebelum pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar, 3. Guru membentuk kelompok siswa masing-masing beranggotakan 5 orang, 4. Guru memberikan penjelasan tentang kompetensi yang
ingin dicapai, 5. Guru memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan sekenario yang sudah dipersiapkan, 6. Masing-masing siswa berada
di kelompoknya sambil mengamati sekenario yang sedang diperagakan, 7. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberi lembar kerja untuk