42
kiranya diseleksi model pembelajaran yang mana yang paling baik untuk mengajarkan suatu materi tertentu.
Dengan demikian merupakan hal yang sangat penting bagi para pengajar untuk mempelajari dan menambah wawasan tentang model pembelajaran yang
telah diketahui. Karena dengan menguasai beberapa model pembelajaran, maka seorang guru akan merasakan adanya kemudahan di dalam pelaksanaan
pembelajaran di kelas, sehingga tujuan pembelajaran yang hendak kita capai dalam proses pembelajaran dapat tercapai dan tuntas sesuai yang diharapakan.
2.1.12 Model Pembelajaran Kooperatif Cooperative Learning
Arends mengungkapkan bahwa ada enam model pembelajaran yang sering digunakan oleh guru yaitu presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep,
pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan diskusi kelas Trianto 2007: 9.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu jenis dari model pembelajaran. Ada beberapa pengertian tentang pembelajaran kooperatif yang
dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Menurut Eggen dan Kauchak 1996 dalam Trianto 2007: 42 pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok
strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Suprijono 2010 :54 pembelajaran kooperatif
adalah suatu konsep yang lebih luas yang meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan
43
bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Sedangkan menurut Slavin dalam Isjoni
2010: 15 pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok - kelompok kecil yang
terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting
kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah
melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada siswa untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia
menjadi narasumber bagi teman yang lain. Emmer dan Gerwels 2002: 75 mengemukakan pendapat tentang
kegunaan Cooperative learning sebagai berikut: Cooperative learning CL provides an alternative to competitive
or individualistic classroom activities by encouraging collaboration among students in small groups. The use of CL alters
the structure of classroom activities and roles: the class organization changes to a multigroup structure, the teachers role
as an information transmitter is reduced, and the students role shifts toward that of group participant and decision maker.
Pendapat Emmer dan Gerwels dapat diartikan bahwa pembelajaran
kooperatif memberikan sebuah alternatif aktifitas kelas baik yang bersifat kompetitif ataupun perseorangan dengan mendorong kolaborasi diantara para
siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Kegunaan dari pembelajaran kooperatif adalah mengubah bentuk aktifitas dan peranan ruang kelas. Organisasi kelas
berubah menjadi sebuah susunan multigroup, peranan guru sebagai pengantar atau
44
pentransfer informasi dikurangi, dan peran pelajar bergeser menjadi peserta dalam kelompok dan pengambil keputusan.
Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan
dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar
belakangnya. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan ketrampilan berhubungan dengan
sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah. Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-
kelompok kecil yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, sukuras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok
tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siwa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja
dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk
mencapai ketuntasan belajar. Jadi, dalam pembelajaran kooperatif sangat menanamkan kerja sama dan gotong royong dalam memecahkan atau
menyelesaikan masalah untuk mencapai sebuah tujuan bersama. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa unsur pembelajaran
kooperatif meliputi ketergantungan positif, interaksi antar siswa, tanggung jawab individu, melatih keterampilan sosial dan kerja sama dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran. Tabel 2.1 merupakan sintaks pembelajaran kooperatif.
45
Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa belajar
Fase-2
Menyampaikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan
jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase-3
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Fase-4
Membimbing kelompok Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
pada saat mereka mengerjakan tugas
Fase-5
Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase-6
Memberikan penghargaan Guru mencari cara untuk menghargai, baik upaya
maupun hasil belajar individu dan kelompok
Trianto 2007: 48-49
2.1.13 Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share