Penentuan Atribut Keberlanjutan Analisis Status Keberlanjutan

51 Nilai stress yang rendah mengindikasikan good fit jika analisis dilakukan dalam dua dimensi, dimana nilai stress 1 yang besar dari 0,1 menunjukkan fitness yang buruk. Biasanya nilai stress 2 akan lebih besar dua kali lipat, sehingga nilai stress yang bisa diterima adalah apabila 20.

3.4.6.4 Status Keberlanjutan Dimensi

Penyusunan indeks dan status keberlanjutan pengelolaan cakalang. Atribut masing-masing dimensi serta kriteria baik dan buruk mengacu kepada konsep yang digunakan Pitcher dan Preikshot 2001, Rapfish Group 2006, Allahyari 2010, serta pendapat dari pakar dan stakeholder yang terkait dengan sistem yang dikaji. Tabel 8 Kategori indeks keberlanjutan setiap dimensi sistem yang dikaji No Nilai Indeks Penilaian Kategori Keberlanjutan 1 – 19 Buruk Tidak Berkelanjutan 2 20 – 39 Cukup Kurang Berkelanjutan 3 40 – 59 Sedang Sedang 4 60 – 79 Baik Berkelanjutan 5 80 – 100 Sangat Baik Sangat Berkelanjutan Sumber: Allahyari 2010 Setiap atribut diperkirakan skornya, yaitu skor maksimum 4 untuk kondisi baik good dan 0 untuk jelek bad dan di antaranya untuk keadaan di antara baik dan buruk. Skor definitifnya adalah nilai modus, yang dianalisis untuk menentukan titik-titik yang mencerminkan posisi keberlanjutan sistem relatif terhadap titik baik dan buruk dengan teknik ordinasi MDS. Skor setiap dimensi dinyatakan dengan skala terburuk bad 0 sampai yang terbaik good 100.

3.4.6.5 Status Keberlanjutan Multidimensi

Status keberlanjutan setiap dimensi divisualisasikan dalam bentuk diagram layang-layang kite diagram yang menggambarkan keberlanjutan dari masing- masing dimensi. Pada ruang dua dimensi sumbu X mewakili derajat keberlanjutan dari buruk sampai baik, sedangkan dimensi lainnya yaitu sumbu Y mewakili faktor faktor lainnya. Agar status keberlanjutan secara keseluruhan dapat dinilai, dilakukan pembobotan terhadap masing-masing dimensi dengan menggunakan pendapat 3 pakar pengelolaan sumberdaya perikanan. Hasil pembobotan 52 kemudian dianalisis dengan menggunakan Program Penentuan Bobot Dimensi menggunakan Microsoft excel sesuai Budiharsono 2002, hasil dari analisis adalah nilai status keberlanjutan kegiatan secara keseluruhan multidensi.

3.4.6.6 Strategi Pengelolaan Berbasis Status Keberlanjutan Multidimensi

Penyusunan strategi pengelolaan berbasis status keberlanjutan multidimensi dilakukan berdasarkan hasil analisis sebelumnya dengan mempertimbangkan status keberlanjutan dimensi dan nilai sensitivitas atribut, serta hasil penyusunan prioritas berdasarkan analisis SMART Simple Multiattribute Rating Technique menggunakan perangkat lunak Criterium DecisionPlus versi 2,0. Kenneth dan Edward 1989 menyatakan bahwa dalam pengambilan keputusan dikenal teknik Simple Multiattribute Rating Technique SMART yang dikembangkan dari Multiattribute Utility Theory MAUT. Permasalahan mula- mula dibagi menjadi atribut, dimana setiap atribut yang dievaluasi dibuat berdasarkan nilai hasil pengukuran. Diagram pohon dari nilai tersebut disusun dalam rangka menilai setiap atribut dan melakukan agregasi model yang menghasilkan perbandingan antara berbagai alternatif. Pengambilan keputusan secara logis bagi permasalahan yang kompleks dengan berdasarkan informasi yang tersedia dan pemahaman tentang tentang permasalahan memerlukan tahapan: 1 Formulasi pernyataan yang jelas mengenai permasalahan, 2 Identifikasi isu terkait permasalahan, 3 Membangun struktur pengambilan keputusan yang terdiri atas tujuan, kriteria, sub kriteria dan alternatif, 4 menimbang pentingnya kriteria berdasarkan data kuantitatif atau kualitatif, 5 evaluasi alternatif, 6 mengecek keterkaitan melalui sensitivity analysis, dan finalisasi keputusan. 53 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Oseanografi 4.1.1 Arah dan Kecepatan Angin Arah dan kecepatan angin di atas perairan Samudera Hindia selatan Jawa Timur sangat dipengaruhi oleh angin muson yang disebabkan adanya perbedaan tekanan udara antara benua Asia dan Australia. Angin terbentuk sebagai akibat dari pemanasan permukaan bumi yang tidak merata, sehingga wilayah tropis memiliki suhu yang lebih panas dibandingkan wilayah sub tropis. Semua arus permukaan yang terjadi di lautan disebabkan oleh adanya seretan drag angin pada permukaan perairan Mann Lazier 1996 in Charles 2001. Pada musim timur angin bertiup dari daratan Australia menuju ke Asia dan sebaliknya dari daratan Asia menuju Australia pada musim barat. Pada bulan Maret - Mei terjadi perbedaan tekanan antara kedua benua tidak menentu sehingga arah angin juga tidak menentu yang dikenal sebagai musim pancaroba. Pada saat ini angin tenggara mulai terbentuk dengan kecepatan rendah sekitar 0 - 3 meterdetik dan terus mengalami intensifikasi di bulan April dan Mei dengan kecepatan angin pada puncak intensifikasinya yang mencapai 8 - 9 mdtk. Angin dominan bergerak ke timur pada bulan Juni-Juli yang menandai masuknya musim timur di daerah selatan Jawa Timur. Gambar 7 Arah dan kecepatan angin m.dtk -1 awal musim timur pada bulan Juni 2009 di perairan selatan Jawa Timur. 54 Selanjutnya pada bulan September - November kembali terjadi perbedaan tekanan yang tidak menentu antara benua Asia dan Australia. Memasuki bulan September kecepatan angin menurun dan arahnya mulai bergeser ke utara dan semakin menurun pada bulan November menjadi 0 - 4 mdtk. Pada bulan Desember arah angin berubah ke barat yang menandai masuknya musim barat di selatan Jawa. Mula-mula angin cenderung bergerak ke arah timur laut pada bulan Desember kemudian sepenuhnya bergerak dengan kecepatan 8 - 9 mdtk ke arah barat pada bulan Januari dan Februari. Gambar 8 Arah dan kecepatan angin m.dtk -1 awal musim barat pada bulan Desember 2009 di perairan selatan Jawa Timur.

4.1.2 Sebaran Suhu Permukaan Laut

Suhu permukaan laut pada musim barat Desember-Mei berkisar antara 23,42 C – 29,02 C. Suhu permukaan laut mulai meningkat pada bulan Desember dan mencapai puncaknya pada bulan Maret. Pada bulan April hingga Mei suhu permukaan laut mulai menurun. Pada bulan Desember kisaran suhu permukaan laut yang dominan adalah 28 C – 28,5 C. Pada bulan Januari kisaran suhu dominan adalah 28 C – 28,5 C yang hampir sama dengan kisaran suhu bulan Februari hingga Maret yaitu 28 C – 28,75 C. Pada bulan Mei suhu permukaan laut berkisar antara 26,80 C – 29,34 C dengan suhu dominan 28 C. 55 Tabel 9 Kisaran suhu permukaan laut pada musim barat Desember-Mei 2009 No Bulan Kisaran Suhu C Suhu Dominan C 1 Desember 25,84 – 29,32 28 - 28,5 2 Januari 27,07 – 28,72 28 - 28,5 3 Februari 27,44 – 29,16 28 - 28,75 4 Maret 26,76 – 29,20 28,5 – 29 5 April 27,52 – 29,58 28,5 – 28,75 6 Mei 26,80 – 29,34 28 Berdasarkan orientasi meridional utara-selatan pada musim barat terdapat kecenderungan SPL makin rendah ke arah dekat pantai. Pada koordinat 10 LS - 12 LS, SPL di bagian timur Jawa Timur dan Bali cenderung lebih tinggi dibandingkan barat Jawa. Sedangkan di sekitar pantai sebaran SPL cenderung bervariasi berdasarkan orientasi zonal timur-barat. SPL pada musim timur Juni- November berkisar antara 25.84 C - 29.58 C. Mula-mula suhu menurun pada bulan Juni dan mencapai titik terendah pada bulan Agustus. Pada bulan Juni kisaran suhu dominan adalah 26,75 C – 27,25 C dan pada bulan Juli suhu dominan 25,75 C – 26,5 C. Pada bulan Agustus kisaran SPL dominan menurun hingga 25 C – 25,75 C, dan kemudian naik kembali pada bulan November dengan kisaran suhu dominan 27,5-28,25 C. Tabel 10 Kisaran suhu permukaan laut pada musim timur Juni –November 2009 No Bulan Kisaran Suhu C Suhu Dominan C 1 Juni 25,61 - 28,70 26,75 – 27,25 2 Juli 24,05 – 27,90 25,75 – 26,5 3 Agustus 23,42 – 27,66 25 – 25,75 4 September 23,65 – 27,76 26 – 26,5 5 Oktober 24,24 – 28,33 27 – 27,5 6 November 26,18 – 29,02 27,5-28,25 Berdasarkan orientasi meridional pada musim timur suhu permukaan laut cenderung makin rendah ke arah pantai, sementara berdasarkan orientasi zonal suhu di selatan Bali cenderung lebih tinggi dibandingkan selatan Jawa. Rendahnya suhu permukaan laut pada musim timur diduga terkait dengan proses upwelling di perairan selatan Jawa yang diantaranya dibangkitkan oleh pergerakan angin muson tenggara. 56 a b c d e f Gambar 9 Rataan sebaran suhu permukaan laut bulanan C pada musim barat periode Desember 2005-Mei 2009; a Desember, b Januari, c Februari, d Maret, e April, dan f Mei. 57 a b c d e f Gambar 10 Rataan sebaran suhu permukaan laut bulanan C pada musim timur periode Juni 2005-November 2009; a Juni, b Juli, c Agustus, d September, e Oktober, dan f November. 58 Dibandingkan dengan suhu permukaan laut pada wilayah lain di di WPP- RI 573, suhu bulanan pada musim timur di perairan selatan Jawa Timur menunjukkan nilai yang terendah. Hal ini diduga merupakan penyebab sehingga wilayah perairan tersebut merupakan fishing ground ikan pelagis besar yang paling potensial di wilayah pengelolaan ini. Upwelling dicirikan oleh proses penaikan massa air dari lapisan bawah yang lebih dingin dan kaya nutrien ke lapisan atas perairan yang mengakibatkan pengkayaan lapisan permukaan perairan dan selanjutnya berpengaruh terhadap peningkatan konsentrasi klorofil-a. Indikasi terjadinya upwelling dapat dilihat dari penurunan suhu dan paras muka laut.

4.1.3 Sebaran Suhu Menegak

Sebaran suhu menegak perairan selatan Jawa Timur mengikuti pola umum yaitu suhu berubah terhadap kedalaman dengan nilai yang semakin menurun dengan bertambahnya kedalaman perairan dan bervariasi berdasarkan angin muson. Berdasarkan stratifikasi vertikal suhu, perairan selatan Jawa Timur terbagi atas lapisan tercampur mixed layer dari permukaan sampai kedalaman sekitar 49 m, lapisan termoklin pada kedalaman 30-199 m, dan lapisan dalam dari kedalaman 150-1600m. Gambar 11 Sebaran suhu menegak bulanan C tahun 2009. Garis warna merah mewakili musim barat dan warna biru mewakili musim timur.