90
4.5.1.4 Sumber Pendapatan dan Subsidi
Sebagian besar keluarga nelayan sekoci menggantungkan sumber pendapatan hanya dari kegiatan penangkapan. Pendapatan nelayan berasal dari
pembagian hasil penjualan c akalang berdasarkan perjanjian antara pengamba’,
pemilik kapal, nakhoda dan awak kapal. Um umnya pengamba’ sebagai penyedia
biaya operasional mendapat bagian 5 dari harga bruto, sedangkan pemilik kapal, nakhoda dan awaknya mendapat bagian 50, 17, dan 33 dari harga netto.
Awak kapal terdiri dari 4 empat orang sehingga setiap awak mendapatkan 8,3. Berdasarkan model pembagian tersebut, rataan pendapatan nelayan sekoci
Rp.1.701.943,28 per bulan yang lebih tinggi dibandingkan upah mimimum regional UMR Kabupaten Malang tahun 2010 .yaitu Rp.1.077.600 per bulan.
Nelayan sekoci yang sebagian besar merupakan pendatang relatif kurang tersentuh oleh program bantuan langsung dari pemerintah sebagaimana nelayan
lokal yang mendapatkan bantuan berupa kapal, alat tangkap, alat bantu penangkapan, serta modal kerja. Pemilik kapal sekoci umumnya mencari modal
sendiri serta memiliki tenaga kerja yang menguasai teknik penangkapan cakalang dan
kemudian bekerjasama dengan pengamba’ yang memodali biaya operasional penangkapan. Nelayan sekoci hanya menerima bantuan subsidi pemerintah dalam
bentuk tidak langsung seperti BBM bersubsidi di SPDN Pondokdadap dan hak
menggunakan fasilitas pemerintah di PPP Pondokdadap. 4.5.1.5 Kepemilikan Usaha
Kepemilikan usaha akan menentukan seberapa besar manfaat dari kegiatan perikanan cakalang yang akan diterima oleh pihak internal dan pihak eksternal
terkait. Dalam konteks penelitian ini, pihak internal adalah masyarakat lokal yang memiliki usaha penyediaan modal operasional kapal, pemasok sembako dan
pancing A dan B, dengan total manfaat diterima yang kecil yaitu 9,07. Pihak eksternal adalah nelayan andon pemilik sekoci dan tenaga kerjanya C, D dan E
yang menerima manfaat 50,88, serta pengusaha pemasok kebutuhan solar dan es F dan G yang menerima manfaat 38,05. Total manfaat yang diterima pihak
eksternal adalah 88,93 jauh lebih tinggi dibandingkan manfaat yang diterima pihak internal. Pihak internal lainnya adalah pengelola PPP Pondokdadap dan
pemerintah Desa Tambakrejo H dan I yang menarik retribusi sebesar 2.
91
Gambar 33 Proporsi manfaat yang diterima oleh berbagai pihak pada perikanan cakalang nelayan sekoci PPP Pondokdadap.
Walaupun terdapat perbedaan manfaat yang besar antara kedua belah
pihak, nelayan lokal tetap membuka diri dan memberikan kesempatan kepada nelayan andon untuk masuk karena kedatangan mereka dianggap dapat
meningkatkan perputaran roda ekonomi. Pemegang kewenangan pemberian izin dan pengaturan masuk nelayan andon adalah Dinas Perikanan dan Kelautan
provinsi Jawa Timur.
4.5.1.6 Kontribusi terhadap PDRB
Salah satu ukuran ekonomi yang sering digunakan mengukur kemajuan pembangunan suatu daerah adalah produk domestik regional bruto PDRB yang
menggambarkan kinerja aktifitas perekonomian suatu kegiatan di suatu daerah pada tahun tertentu. Pemerintah Kabupaten Malang menempatkan perikanan
sebagai salah satu sub sektor dalam sektor pertanian, dimana sektor ini berkontribusi sebesar 44 kepada PDRB. Dari persentase tersebut, sub sektor
perikanan berperan sangat kecil yaitu hanya 1,2 pada tahun 2009. Sumbangan sub sektor lainnya adalah kehutanan 1,2, tanaman bahan makanan 6,2 ,
tanaman perkebunan 21,4, dan peternakan 14. Kecilnya kontribusi sub sektor perikanan dibanding sub sektor lainnya,
dipengaruhi oleh rendahnya proporsi masyarakat yang bekerja sebagai nelayan dibandingkan yang bekerja sebagai sebagai petani dan peternak. Profesi nelayan
hanya terbatas pada masyarakat yang berdomisili di wilayah selatan Kabupaten
5,00 4,07
1,50 0,50
25,44
8,65 16,79
33,17
4,88 5
10 15
20 25
30 35
A B
C D
E F
G H
I P
r o
po r
si M
a nf
a a
t
Pihak Penerima Manfaat Keterangan
Pihak Internal: A:Pengamba
B:Pemasok Sembako C:PPP Pondokdadap
D:Kas Desa Pihak Eksternal:
E:Pemilik Sekoci F:Nakhoda
G:Awak Perahu H:Pemasok Solar
I :Pemasok Es
92
Malang. Selain itu, hal ini juga diduga terkait dengan tingginya proporsi manfaat dari perikanan cakalang yang tertransfer keluar dari wilayah Kabupaten Malang
dibandingkan manfaat yang diterima oleh masyarakat lokal.
4.5.1.7 Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja yang bekerja pada kegiatan perikanan cakalang di PPP Pondokdadap cukup besar, dimana sebuah kapal sekoci mempekerjakan
nakhoda 1 orang beserta 4 sampai 5 orang awak kapal. Sementara di darat pengamba’ umumnya memperkerjakan pembersih kapal 2 orang, pengangkut ikan
4 orang, pengisi perbekalan 2 orang, dan tenaga pembantu 2 orang, sehingga jumlah tenaga kerja yang terlibat langsung adalah 15 orang. Jumlah nakhoda dan
awak sekoci yang dipekerjakan saat ini adalah 1.663 orang. Jumlah tenaga kerja total yang dapat diserap di darat berdasarkan rataan
jumlah trip yang dihitung dari saat berangkat menuju wilayah penangkapan dan melakukan pendaratan sebanyak 3 tiga kali setiap bulan, maka total pendaratan
dan pemberangkatan 303 kapal sekoci dalam sebulan adalah 1.818 kali. Jika diasumsikan bahwa 1 orang pekerja dapat melayani 1 buah kapal yang berangkat
dan 1 buah kapal yang mendarat dalam sehari, maka akan dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 455 orang per hari untuk melayani sekitar 30 kapal yang berangkat dan
mendarat. Saat ini terdapat 17 orang pengamba’ yang mengelola seluruh kapal sekoci
yang ada. Dengan demikian total tenaga kerja yang terkait langsung dalam kegiatan perikanan cakalang adalah 2.135 orang atau 44 dari jumlah penduduk
desa Tambakrejo. Selain itu masih banyak tenaga kerja lain yang terserap secara langsung maupun tidak langsung tetapi datanya tidak tersedia, diantaranya pekerja
yang terkait usaha pengadaan sembako, solar dan es, pedagang dan penjual ikan, pengusaha transporter, pengusaha pengolahan ikan pindang, tukang ojek,
pedagang asongan, serta pekerja pada industri pengalengan.
4.5.2 Penilaian dan Sensitivitas Atribut Dimensi Ekonomi
Penilaian status keberlanjutan dimensi ekonomi dilakukan menggunakan 9 atribut. Kisaran hasil pembobotan berdasarkan kondisi eksisting setiap atribut
adalah 0 – 3, dengan nilai indeks keberlanjutan 38,83 atau kurang berkelanjutan.
93
Rataan harga Jual cakalang segar di PPP Pondokdadap adalah US 857.54 jauh lebih rendah dibandingkan harga cakalang beku di pasar internasional yang
berkisar US1,500 - US2,000 per ton. Harga jual sangat ditentukan oleh kualitas ikan sehingga proses penanganan selama di kapal dan di pelabuhan akan sangat
berpengaruh. Nilai jual cakalang segar akan lebih tinggi apabila perut dan insangnya telah dibersihkan terlebih dahulu.
Rataan pendapatan nelayan sekoci Rp.1.701.943,28 lebih tinggi dari rataan pendapatan perikanan tuna di tempat lain seperti di Ternate yaitu nelayan pole and
line sebesar Rp.1.199.000,00, purse seine sebesar Rp.1.125.000,00, dan pancing
tonda sebesar Rp.886.000,00 Abdullah 2011, yang menunjukkan bahwa kinerja sekoci di perairan selatan Jawa Timur lebih baik. Rataan pendapatan yang lebih
tinggi tersebut diperkuat oleh hasil analisis indikator kelayakan usaha yang menunjukkan nilai NPV sebesar Rp.131.330.867, BCR 1,71, IRR 69,49 dan PBP
20,5 bulan yang seluruhnya menunjukkan kelayakan investasi yang baik. Tabel 24 Jenis dan nilai skor atribut pada dimensi ekonomi
No Jenis Atribut
Penilaian Skor
1 Harga Jual
US 857,54 per ton dan rataan margin per trip Rp.11.255.770
2 2
Kelayakan Usaha BCR : 1,71
2 3
Tingkat pendapatan Rp.1.701.943,28 UMR Kab. Malang
2 4
Sumber pendapatan lain Bekerja penuh sebagai nelayan full time
5 Kontribusi terhadap
PDRB 1,2
6 Serapan tenaga kerja
Persentase tenaga kerja terserap 44 1
7 Kepemilikan usaha
9,07 internal, 88,93 eksternal, 2 pemerintah
8 Pasar utama
59 PT. ATI, 27 pasar regional, dan 14 local
1 9
Subsidi BBM bersubsidi dan penggunaan fasilitas
di pelabuhan 2
Kegiatan perikanan cakalang menyerap tenaga kerja langsung sebesar 2.135 orang atau menyerap 44 dari total penduduk desa Tambakrejo. Serapan
tenaga kerja yang seperti ini dalam konteks perikanan cakalang yang masih rendah status eksploitasinya menunjukkan bahwa kegiatan ini dapat menyediakan
lapangan kerja bagi sebagian besar penduduk desa. Namun demikian, persentase