CPUE dengan Sebaran Klorofil-a

80 Gambar 28 Perbandingan tingkat produksi aktual dengan tiga rezim pengelolaan. Hasil pendugaan jumlah trip dan produksi optimal, biomas, serta rente ekonomi di atas mengindikasikan bahwa penangkapan cakalang di perairan ZEEI Samudera Hindia selatan Jawa Timur masih jauh dari kondisi lebih tangkap over -fishing . Dengan menerapkan prinsip kehati-hatian precautionary approach yaitu pembatasan upaya hingga maksimal 80 dari potensi lestari, maka peluang untuk meningkatkan produksi adalah sebesar 70,25 dari tingkat produksi aktual, dan peluang meningkatkan jumlah trip sebesar 83,58 dari trip aktual. Gambar 29 Kurva produksi lestari cakalang di perairan ZEEI Samudera Hindia. 200 400 600 800 1000 1200 83 587 1.174 632 J um la h T rip Rezim Pengelolaan Aktual MEY OA MSY y = -1,128x 2 + 1461,8x + 4584,3 R² = 0,99 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 300.000 350.000 400.000 450.000 500.000 - 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 P ro du k si K g Effort produksi aktual produksi lestari 81

4.4.2 Penilaian dan Sensitivitas Atribut

Penilaian status keberlanjutan dimensi ekologi dilakukan dengan menggunakan 7 atribut. Berdasarkan penilaian terhadap kondisi eksisting setiap atribut, kisaran hasil pembobotan adalah 0 – 3. Atribut pada dimensi ini berkaitan dengan kondisi biologi populasi cakalang beserta kondisi lingkungan perairan Samudera Hindia selatan Jawa Timur. Cakalang adalah jenis ikan yang memiliki fekunditas tinggi dan dapat memijah sepanjang tahun yang menyebabkan populasinya tidak rentan terhadap peningkatan laju aktifitas penangkapan. Namun demikian, karena data yang dibutuhkan untuk menduga status eksploitasi cakalang dari seluruh wilayah penangkapan Samudera Hindia hingga saat ini belum cukup tersedia, maka monitoring ketat terhadap tren stoknya perlu dilakukan IOTC 2011. Tabel 19 Jenis dan nilai skor atribut pada dimensi ekologi No Jenis Atribut Penilaian Skor 1 Status eksploitasi Moderate, potensi lestari 472.421,31 Kgtahun dan CPUE meningkat dengan persamaan y = 1400,1x - 1540,8 3 2 Rentang migrasi Migrasi ke jurisdiksi internasional 3 Tingkatan kolaps Tidak ada area kolaps 3 4 Jumlah species tangkapan Cakalang 31,45, madidihang 36,71 matabesar 2,60, marlin 19,57, tompek 9,66, hiu n.a 2 5 Ukuran ikan tangkapan Tahun 2003 tangkapan ukuran 1-2 Kg kecil 2,24, tahun 2010 tangkapan ukuran 1-2kg kecil 0,11 2 6 Perubahan tingkat tropik Jenis spesies dan ukuran tidak berubah 2 7 Klorofil-a Rataan klorofil-a 0,715 mg.l -1 1 Untuk mendukung kebijakan pengelolaan yang bertanggung jawab pemerintah Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 45 tahun 2011 tentang estimasi potensi sumber daya ikan. Dalam lampiran Surat Keputusan tersebut dicantumkan status eksploitasi cakalang WPP-RI 573 adalah moderate atau sedang, dengan potensi lestari sumberdaya ikan pelagis besar menurut KKP 2011 sebesar 201.400 ton per tahun sehingga pemanfaatannya masih memungkinkan untuk ditingkatkan. Estimasi tersebut sesuai dengan hasil pendugaan relatif yang dilakukan dengan peluang untuk 82 meningkatkan produksi aktual sebesar 70,25 dari kuota 80 nilai optimal rezim pengelolaaan maximum sustainable yield, serta meningkatkan jumlah trip sebesar 83,58 dari trip aktual. Hasil ini didukung oleh nilai Catch per unit effort CPUE yang tetap meningkat dengan pertambahan jumlah upaya. Nilai skor untuk jumlah spesies tangkapan, ukuran ikan tangkapan, dan perubahan tingkat tropik semuanya berada pada kategori baik sehingga mendapat bobot skor maksimal. Jumlah spesies tangkapan nelayan umumnya tidak banyak yaitu cakalang, madidihang, matabesar, marlin, tompek, dan hiu. Dalam perikanan kapal sekoci tidak terdapat bycatch yang terbuang atau tidak termanfaatkan karena semua jenis ikan tangkapan bernilai ekonomi tinggi. Untuk memonitor kondisi kesehatan stok ikan, selain indikator status eksploitasi diperlukan pula pengamatan terhadap jenis dan ukuran ikan dimana penurunan keduanya bisa menjadi indikasi adanya tekanan terhadap populasi yang mengancam kelestariannya Trippel 1995. Untuk jenis cakalang berukuran 2-6 kg yang merupakan ikan dewasa, proporsinya adalah 96,83 dari total tangkapan, dengan kata lain hanya 3,17 yang ikan muda yang tertangkap. Proporsi tangkapan berdasarkan ukuran juga tidak berubah yaitu 97,76 berukuran 2-6 kg berbanding 2,24 berukuran 1-2 kg pada tahun 2003. Pada tahun 2010 perbandingannya adalah 99,89 berukuran 2-6 kg berbanding 0,11 berukuran 1-2 kg pada tahun 2010. Data tersebut menunjukkan bahwa stok cakalang dalam kondisi stabil dengan jumlah kelompok ikan muda dalam tangkapan yang kecil, serta jenis atau ukuran ikan tangkapan yang tidak berubah selama tahun 2003- 2010. Hal ini sesuai dengan IOTC 2008b yang melaporkan bahwa rataan berat cakalang yang tertangkap dengan berbagai jenis alat tangkap di Samudera Hindia menunjukkan nilai yang relatif stabil sejak tahun 1991. Salah satu parameter yang sangat berpengaruh terhadap keberadaan ikan di suatu perairan adalah ketersedian sumber makanan yang biasanya akan terkonsentrasi di wilayah perairan yang subur. Kesuburan perairan diindikasikan oleh konsentrasi kelimpahan organism fitoplankton yang tinggi yang biasanya terjadi bersamaan dengan tingginya konsentrasi klorofil-a. Kisaran konsentrasi klorofil-a di perairan selatan Jawa Timur tahun 2005-2009 adalah 0,11 mg.l -1 - 1,32 mg.l -1 .