Keterkaitan Perilaku Risiko Produksi dengan Alokasi Input dan

merupakan risiko yang seringkali menghantui pikiran para pelaku dalam sistem agribisnis. Usaha dibidang pertanian memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan dengan usaha lainnya. Oleh karena itu, petani perlu mengelola risiko tersebut agar usahanya dapat berjalan secara berkesinambungan. Petani memiliki banyak pilihan dalam mengelola risiko usaha yang dihadapinya antara lain dengan melakukan diversifikasi usaha enterprise diversification, integrasi vertikal vertical integration, kontrak produksi production contract, kontrak pemasaran marketing contract, perlindungan nilai hedging, asuransi insurance. Menurut Debertin 1986 bahwa salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh petani untuk mengurangi kerugian ketika alam dan pasar dalam kondisi kurang menguntungkan adalah dengan melakukan diversifikasi usaha. Selain itu, Said dan Intan 2001 juga menjelaskan mengenai upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh pelaku dalam sistem agribisnis untuk mentrasfer risiko dan mengurangi dampak suatu risiko terhadap kelangsungan usahanya. Risiko produksi secara fisik seperti kemungkinan merosotnya volume produksi secara drastis yang mungkin disebabkan oleh bencana alam, serangan hama dan penyakit tanaman, kebakaran dan karena faktor-faktor lainnya yang akibatnya dapat diperhitungkan secara fisik dapat ditanggulangi dengan membeli polis asuransi produk pertanian. Penanggungan risiko produksi tersebut dapat dialihkan kepada perusahaan jasa asuransi dengan membayar premi asuransi. Disamping itu, risiko kemungkinan menurunnya kualitas produksi dapat ditanggulangi dengan penerapan teknologi budidaya dan teknologi pascapanen yang tepat.

3.4. Keterkaitan Perilaku Risiko Produksi dengan Alokasi Input dan

Keuntungan Kesediaan petani sebagai pengambil keputusan untuk memilih atau berperilaku terhadap risiko produksi, pada dasarnya akan tergantung pada sifat pembawaan psikis dan kepuasan utilitas yang diterima produsen atau petani dari hasil keluaran. Faktor-faktor tersebut akan menentukan perilaku dan strategi petani dalam menghadapi risiko produksi. Perbedaan perilaku petani dalam menghadapi risiko produksi akan mempengaruhi keputusan mereka dalam mengalokasikan input-input produksi yang digunakan. Selanjutnya alokasi input yang digunakan akan mempengaruhi tingkat efisiensi dan produktivitas yang dicapai oleh petani. Menurut Ellis 1988, pada analisis risiko produksi terdapat dua pendekatan yang berbeda terhadap probabilitas subyektif, yaitu: 1. Perlakuan probabilitas risiko produksi sebagai varian dari rata-rata yang diharapkan atas munculnya kejadian-kejadian yang tidak pasti. Varian merupakan konsep statistik yang mengukur deviasi rata-rata dari suatu kumpulan angka dari rata-ratanya. Dalam pendekatan produksi pertanian risiko produksi dipandang sebagai probabilitas terjadinya kejadian-kejadian yang menyebabkan fluktuasi pendapatan petani yaitu di atas atau di bawah rata-rata pendapatan yang diharapkan average expected income. 2. Pendekatan kedua memperlakukan risiko produksi sebagai probabilitas bencana. Pendekatan ini menggunakan perspektif yang sama dengan perusahaan asuransi dalam analisis risiko. Situasi dan perilaku rumahtangga petani dalam pendekatan ini difokuskan untuk menghindarkan risiko produksi atau bencana daripada tujuan maksimisasi keuntungan di bawah kondisi ketidakpastian. Seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa usaha di bidang pertanian memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan usaha lainnya karena paling rawan terhadap dampak negatif perubahan iklim. Meningkatnya insiden dan intensitas banjir dan atau kekeringan menyebabkan terjadinya kerusakan tanaman. Seiring dengan terjadinya perubahan iklim kebanjiran, kekeringan, serangan OPT dan salinitas diperkirakan risiko produksi dan ketidakpastian dalam usahatani meningkat seperti pada komoditi kentang yang rentan terhadap perubahan iklim dimana sering atau tingginya serangan hama dan penyakit jika terjadi curah hujan yang tinggi. Dengan demikian, secara langsung maupun tidak langsung areal tanaman terancam gagal panen atau terjadi penurunan produktivitas. Implikasi analisis risiko produksi dalam model neoklasik yang mengillustrasikan tentang keputusan produksi di bawah risiko dijelaskan oleh Ellis 1988 seperti pada Gambar 3 berikut ini: Sumber : Ellis 1988 Gambar 3. Keputusan Produksi di bawah Risiko Keterangan : TVP 1 = Respon nilai produk total total value product terhadap peningkatan tingkat penggunaan nitrogen pada tahun tanam dengan iklim baik. TVP 2 = Respon nilai produk total total value product terhadap peningkatan tingkat penggunaan nitrogen pada tahun tanam dengan iklim buruk. ETVP = Nilai produk total yang diharapkan expected total value product berdasarkan pendugaan subyektif petani mengenai perilaku musim. TFC = Biaya faktor total total factor cost yang menggambarkan garis biaya total. Bentuk kurva mencerminkan dampak kondisi iklim pada respon output atas kebutuhan pupuk nitrogen. Adapun biaya faktor total merupakan garis biaya total total cost line yang menunjukkan bagaimana biaya produksi total meningkat seiring dengan bertambahnya pembelian input pupuk nitrogen N. Dampak risiko produksi pada perhitungan efisiensi dapat dilihat pada tiga alternatif posisi operasi x 1 , x E , dan x 2 yang masing-masing rasional secara alokatif, tergantung pada preferensi atau perilaku subyektif petani. Keputusan produksi di bawah risiko dengan pendekatan varian pendapatan dikemukakan oleh Ellis 1988 : 1. Pemakaian input x 1 . Pemakaian input x 1 yang efisien dengan efisiensi alokatif adalah TVP 1 memberikan keuntungan terbesar pada ab yang mungkin dicapai pada kondisi cuaca baik. Jika ternyata kondisi cuaca buruk, nilai kerugian yang ditanggung sebesar bj. Petani yang beroperasi di titik ini dapat digolongkan sebagai petani yang berani dengan risiko risk taker, karena petani sebagai pengambil keputusan tetap mengambil peluang operasi pada x 1 meskipun secara subyektif kalkulasinya menyatakan probabilitasnya 0.6. 2. Pemakaian input x 2 . Pemakaian input x 2 konsisten dengan efisiensi alokatif pada TVP 2 . Pada kondisi ini, jika cuaca baik petani akan memperoleh keuntungan sebesar ce, namun jika kondisi cuaca buruk maka petani masih memperoleh keuntungan sebesar de. Petani yang beroperasi pada titik ini dapat digolongkan sebagai petani yang menghindari risiko produksi risk averse. 3. Pemakaian input x E . Kondisi ini konsisten dengan efisiensi alokatif yang berimbang pada dua probabilitas kejadian iklim. Pada TVP 1 keuntungan yang diperoleh sebesar fh lebih kecil dari ab dan pada TVP 2 kerugian yang ditanggung sebesar hi lebih kecil dari bj. Petani yang beroperasi pada titik ini dapat digolongkan sebagai petani yang netral terhadap risiko produksi risk neutral.

3.5. Model Fungsi Produksi Frontier, Fungsi Risiko Produksi dan Fungsi