TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Efisiensi Produksi pada Berbagai Usahatani Komoditi Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Efisiensi Produksi pada Berbagai Usahatani Komoditi Pertanian

Efisiensi merupakan sebuah konsep ekonomi yang penting dan digunakan untuk mengukur kinerja ekonomi suatu unit produksi. Efisiensi dalam produksi biasanya diartikan sebagai efisiensi ekonomi atau efisiensi produksi perusahaanusahatani yang berarti perusahaanusahatani mampu menghasilkan output sebanyak mungkin dari sejumlah input tertentu. Efisiensi produksi terkait dengan kinerja relatif dari proses perubahan input menjadi output. Studi yang terkait dengan efisiensi pada berbagai komoditi pertanian telah banyak dilakukan dengan berbagai metode dan alat analisis, sebagian besar menggunakan analisis stochastic frontier. Penelitian yang dilakukan oleh Wilson et al. 1998, menggunakan fungsi produksi frontir stokastik untuk mengukur atau mengestimasi efisiensi teknis usahatani kentang di Inggris. Nilai efisiensi teknis usahatani kentang di Inggris berkisar antara 33 – 97 persen. Rata-rata nilai efisiensi teknis petani kentang di Inggris adalah 89.53 persen. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas yang dicapai petani kentang di Inggris sekitar 89.53 persen dari produktivitas batas frontier. Dengan pendekatan yang sama, Abedullah et al. 2006 juga mengukur efisiensi teknis dan determinannya pada usahatani kentang di Pakistan dan menunjukkan rata-rata nilai efisiensi teknis yang dicapai oleh petani kentang di Pakistan adalah 84 persen. Hal ini menunjukkan bahwa produksi dapat ditingkatkan sebesar 16 persen dari teknologi sekarang. Efisiensi teknis usahatani sereal konvensional lebih tinggi dibandingkan usahatani sereal organik. Hal ini ditemukan oleh Madau 2007 yang membandingkan efisiensi usahatani sereal organik dengan usahatani konvensional di Italia. Sampel yang digunakan sebanyak 93 petani yang berusahatani organik dan 138 petani yang berusahatani konvensional dengan menggunakan pendekatan fungsi produksi frontir stokastik. Hasil kajiannya menunjukkan bahwa rata-rata nilai efisiensi teknis usahatani konvensional yaitu 0.92 sedangkan rata-rata efisiensi teknis usahatani organik adalah 0.83. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani konvensional lebih efisien dibandingkan usahatani organik. Artinya bahwa usahatani konvensional lebih produktif dibandingkan usahatani organik. Untuk meningkatkan efisiensi teknis usahatani organik maka diperlukan tindakan berupa trainingpelatihan bagi petani sereal organik dan perlunya peningkatan intensitas penyuluhan. Tijani 2006 meneliti tentang analisis efisiensi teknis usahatani padi di Ijesha, Nigeria dengan menggunakan model fungsi produksi frontier stochastic. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efisiensi teknis yang dicapai oleh petani berkisar antara 29.4 persen sampai 98.2 persen dengan rata-rata 86.8 persen. Hal ini menunjukkan bahwa produksi dapat ditingkatkan sebesar 13.2 persen dari teknologi sekarang. Produksi padi di wilayah ini dapat ditingkatkan dengan level input dan teknologi yang ada dalam jangka pendek jika usahatani yang kurang efisien didorong untuk mengikuti pola penggunaan sumberdaya dari usahatani paling efisien. Oleh karena itu diperlukan kebijakan atau regulasi pemerintah yang mendorong penggunaan metode persiapan lahan tradisional yang lebih efektif dan tepat serta perlunya meningkatkan aktifitas staf penyuluh yang merupakan motivator petani dalam penerapan teknologi. Khan et al. 2010 juga menggunakan pendekatan fungsi produksi frontir stokastik untuk mengestimasi efisiensi teknis dan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis produksi padi di Boro dan Aman Kabupaten Jamalpur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata efisiensi teknis petani padi di Boro adalah 95 persen dan di Aman 90 persen. Artinya bahwa petani padi di Boro dan Aman sudah efisien secara teknis. Hal ini menunjukkan bahwa ruang untuk meningkatkan produksi melalui peningkatan efisiensi teknis dengan teknologi sekarang sudah relatif terbatas yaitu masing-masing 5 persen dan 10 persen. Orewa and Izekor 2012 menggunakan pendekatan stochastic frontier untuk mengestimasi efisiensi teknis pada produksi ubi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa input produksi yang dapat menyebabkan peningkatan produksi ubi adalah perluasan lahan pertanian, peningkatan penggunaan bibit ubi, pupuk dan tenaga kerja. Rata-rata nilai efisiensi teknis yang dicapai oleh petani adalah 69 persen. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat 31 persen peluang untuk meningkatkan produksi ubi dengan teknologi sekarang. Sementara Ogundari and Ojo 2006 menggunakan model fungsi produksi frontir stokastik dan fungsi biaya untuk mengukur efisiensi teknis, efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomi usahatani singkong di Nigeria. Penelitian ini menyimpulkan bahwa rata- rata efisiensi teknis, alokatif dan ekonomi adalah 90 persen, 89 persen dan 81 persen. Hasil studi ini konsisten dengan hipotesis “shultz poor – but – efficient” bahwa petani gurem atau petani kecil adalah efisien dalam perilaku alokasi penggunaan sumberdaya jika mempertimbangkan ukuran relatif dari efisiensi teknis, efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomi. Dari studi ini juga diperoleh hasil bahwa rata-rata usahatani dalam wilayah sampel adalah efisien secara teknis, alokatif dan ekonomi. Secara keseluruhan efisiensi ekonomi dari usahatani singkong dapat ditingkatkan dan efisiensi alokatif merupakan masalah yang lebih serius dibandingkan efisiensi teknis karena efisiensi teknis nampak lebih signifikan dibandingkan efisiensi alokatif sebagai sumber pencapaian efisiensi ekonomi. Implikasi dari temuan ini adalah bahwa dengan sumberdaya produksi yang ada, petani yang kecil atau petani miskin dengan sumberdaya terbatas adalah cukup efisien dalam menggunakan sumberdayanya. Penelitian yang dilakukan oleh Oyewa and O.Isaac 2011 tentang efisiensi teknis produksi jagung di negara bagian Oyo, menggunakan data cross section dan dianalisis dengan menggunakan fungsi produksi frontir stokastik. Hasil analisis menunjukkan bahwa luas lahan dan benih berpengaruh secara statistik dan signifikan masing-masing pada level 10 persen dan 1 persen. Rata- rata efisiensi teknis yang dicapai petani adalah 0.961 dan nilai skala pengembalian Return to Scale sebesar 0.587. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada ruang untuk meningkatkan produksi jagung dengan teknologi yang ada sebesar 39 persen. Untuk meningkatkan produksi jagung maka perlu dilakukan perluasan lahan dan peran penyuluh pertanian untuk meningkatkan pengetahuan petani dan memperbaiki teknik budidaya jagung sehingga dapat meningkatkan efisiensi. Selain menggunakan pendekatan frontir stokastik, efisiensi ekonomi juga dapat diukur dengan menggunakan teknik dekomposisi parametrik seperti studi yang dilakukan oleh Nyagaka, et al. 2009 pada usahatani kentang Irlandia di Kenya : studi kasus Distrik Utara Nyandarua. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 127 petani kecil. Studi ini menyimpulkan bahwa efisiensi ekonomi petani kentang berkisar antara 12.3 persen – 66.1 persen dengan rata-rata efisiensi ekonomi 39.1 persen. Efisiensi ekonomi yang diperoleh petani kentang di Irlandia masih tergolong rendah sehingga diperlukan peran pemerintah Kenya untuk meningkatkan efisiensi ekonomi dengan cara menciptakan lingkungan kelembagaan yang dapat memfasilitasi aksesibilitas petani terhadap penyuluhan serta meningkatkan akses ke kredit formal. Tanjung 2003 mengukur efisiensi usahatani kentang di Kabupaten Solok, Sumatera Barat dengn menggunakan fungsi produksi stochastic frontier dan fungsi biaya dual. Fungsi produksi stochastic frontier digunakan untuk menganalisis efisiensi teknis dari sisi output sedang analisis fungsi biaya dual digunakan untuk mengukur efisiensi teknis, alokatif dan ekonomi dari sisi input. Data dikumpulkan dari 50 petani kentang dari dua kecamatan yaitu Kecamatan Lembah Gumanti dan Kecamatan Danau Kembar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani kentang di Kabupaten Solok sudah efisien secara teknis dengan nilai rata-rata efisiensi teknis yang diperoleh petani dengan menggunakan indeks Timmer pendekatan output dan indeks Kopp pendekatan input adalah 0.756 dan 0.680. Untuk mengurangi kesenjangan efisiensi teknis yang terjadi antar petani maka perlu dilakukan peningkatan atau perbaikan teknik pembinaan yang dilakukan oleh PPL dan perlunya petani saling berbagi pengalaman dan pengetahuan. Analisis efisiensi usahatani padi dan palawija jagung dan kedelei juga dilakukan oleh Wahida 2005 dengan menggunakan pendekatan stochastic production frontier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai efisiensi teknis usahatani padi, jagung dan kedelei berturut-turut adalah 0.76, 0.80 dan 0.53. Hal ini menunjukkan bahwa ruang untuk meningkatkan produksi dan produktivitas padi dan jagung relatif sempit namun ruang untuk meningkatkan produksi dan produktivitas kedelei masih relatif luas. Meskipun input yang digunakan sudah menunjukkan efisien secara teknis namun secara alokatif tidak efisien disebabkan karena nilai produk marjinalnya masih lebih rendah dibandingkan dengan harga inputnya seperti input pupuk P, K dan tenaga kerja. Sukiyono 2005 juga melihat efisiensi teknis usahatani cabai merah di Kabupaten Rejang Lebong dengan menggunakan fungsi produksi frontier dan diduga dengan metode Maximum Likelihood Estimation MLE. Hasil studi menunjukkan bahwa rata-rata nilai efisiensi teknis petani adalah 65 persen dan secara umum sudah tergolong tinggi. Dari hasil penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa meskipun lahan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi teknis namun luas lahan yang sempit sering dianggap sebagai faktor utama rendahnya tingkat efisiensi. Padahal beberapa penelitian menunjukkan bahwa lahan yang sempit lebih efisien dibandingkan dengan lahan yang luas. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Bozoglu and Ceyhan 2006, Herdt and Mandac 1981, Warsana 2007 yang menyimpulkan bahwa lahan sempit lebih efisien dibandingkan lahan yang luas. Penelitian-penelitian tersebut di atas sebagian besar menggunakan metode frontier parametrik stokastik. Hal ini sesuai dengan hasil studi yang dilakukan oleh Bravo-Ureta et al. 2007 yang mengkaji sebanyak 167 hasil studi empiris yang terdiri atas 42 studi yang menggunakan metode non parametrik, 32 studi yang menggunakan metode parametrik deterministik dan 117 menggunakan metode frontier parametrik stokastik Tabel 5. Model frontier parametrik stokastik adalah model yang paling banyak digunakan peneliti di bidang pertanian. Tabel 5. Ringkasan Beberapa Studi Empiris Efisiensi Teknik untuk Beberapa Komoditi Pertanian. Penulis Tahun Negara Produk JumlahO bservasi Rata-rata TE

I. Non Parametrik