L
3
= f data. F data. D
3
............................................................ 3.15 dimana: f dan f masing-masing didefinisikan dalam persamaan 3.14 dan
3.21 dan D
3
merupakan transformasi Jacobian dari ξ,
1
,.....
j
ke y, x
1
,......x
j
. Ketika semua parameter diketahui nilainya, maka inefisiensi teknis dan alokatif
dapat dihitung dengan persamaan TI = dan persamaan 3.14.
3.6. Sumber-sumber Inefisiensi Teknis
Pada saat efisiensi teknis tidak tercapai, berarti produsenpetani telah menggunakan
sumberdayanya pada
tingkat dimana
produksi masih
memungkinkan untuk ditingkatkan, namun karena adanya faktor-faktor penghambat maka efisiensi teknis tidak tercapai. Tidak tercapainya efisiensi
teknis atau terjadinya inefisiensi teknis dalam usahatani dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti perbedaan besarnya usahatani, manajemen, faktor institusi,
dan aspek lingkungan. Beberapa variabel yang sering digunakan untuk menganalisis efisiensi teknik antara lain sumberdaya rumahtangga petani yang
berupa lahan, tenaga kerja, modal, agregasi dari semua input yang dibeli, dan sekumpulan peubah lingkungan, misalnya jenis tanah dan curah hujan. Gambar 4
memperlihatkan faktor karakteristik manajerial dan struktural yang mempengaruhi efisiensi usahatani. Faktor agen adalah karakteristik manajerial dari usahatani
seperti umur, tingkat pendidikan, pengalaman, dan lainnya. Faktor struktural diklasifikasikan ke dalam faktor on farm dan off farm.
Contoh on farm adalah luas lahan, tipe usahatani spesialisasi, diversifikasi, tipe organisasi sewa, bagi hasil, kepemilikan, lokasi usahatani, dan faktor struktural
lainnya adalah karakteristik lingkungan seperti kualitas tanah, vegetasi, ketinggian tempat, iklim, temperatur, kemiringan lahan, dan curah hujan, faktor
keuangan, dan teknologi. Kebijakan pemerintah adalah salah satu contoh faktor off farm.
Penentuan sumber dari inefisensi teknis ini tidak hanya memberikan informasi tentang sumber-sumber potensial dari inefisiensi, tetapi juga saran bagi
kebijakan yang harus diterapkan atau dihilangkan untuk mencapai tingkat efisiensi total Pitt and Lee 1981; Daryanto,2000.
Sumber : Van Passel et al. 2006
Gambar 4. Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Petani dalam menjalankan tugasnya sehari-hari mempunyai dua fungsi
sekaligus, yaitu sebagai kultivator atau tukang tani yang bertanggung jawab akan kehidupan tanaman dan ternak yang diusahakan Yulistyani dan Winda, 2012.
Fungsi yang kedua adalah sebagai manajer usahatani yang dijalankan, yang bertanggung jawab dalam memanfaatkan segala aset dan sumberdaya yang
dimiliki guna memperoleh keuntungan sebesar mungkin. Kedua fungsi tersebut berkaitan satu sama lain. Sebagai manajer usahatani berperan dalam mengambil
keputusan yang berkaitan dengan usahataninya, merencanakan usahatani yang akan dilakukan dan memasarkan hasil usahataninya. Kualitas keputusan yang
diambil petani baik sebelum mulai usahatani maupun setelah kegiatan usahatani dilakukan sangat penting dalam menentukan efisien tidaknya usahatani yang akan
dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Wilson et al 1998 mengungkapkan
bahwa beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya inefisiensi teknis dalam usahatani kentang di Inggris antara lain : 1 pengalaman usahatani kentang, 2
keikutsertaan petani dalam kelembagaan koperasi, 3 rotasi tanaman kentang dengan tanaman serealia, 4 proporsi lahan usahatani kentang yang beririgasi, 5
adanya tempat atau gudang untuk menyimpan hasil panen sebelum dilakukan penjualan, 6 jenis bibit yang digunakan, dan 7 skala pengusahaan komoditi
EFISIENSI USAHATANI
Faktor Agen
Faktor Struktural
Faktor On-farm
Faktor Off-farm
Contohnya: Umur, pendidikan,
pengalaman,dan lainnya
Contohnya: lokasi tipe usahatani, luas
lahan
Contohnya : Kebijakan
pemerintah
kentang. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sukiyono 2005 tentang faktor penentu efisiensi usahatani cabai merah di Kecamatan Selupu Rejang,
Kabupaten Rejang Lebong memasukkan beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya inefisiensi teknis yaitu: umur, pendidikan, pengalaman
usahatani, dan luas lahan yang diusahakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur dan pengalaman usahatani bertanda negatif dan tidak nyata terhadap
inefisiensi usahatani cabai merah. Hal ini menunjukkan bahwa umur dan pengalaman usahatani bukan merupakan faktor penentu tingkat efisiensi usahatani
cabai merah. Faktor luas lahan yang diusahakan juga bukan merupakan faktor penentu tingkat efisiensi teknis usahatani cabai merah. Faktor pendidikan sebagai
proksi dari masukan manajemen merupakan faktor penentu tingkat efisiensi teknis usahatani cabai merah karena dengan baiknya tingkat pendidikan petani
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam berusahatani. Hasan and Islam 2010 melakukan studi tentang inefisiensi teknis
produksi gandum di beberapa daerah terpilih di Bangladesh. Model yang digunakan adalah model fungsi produksi stochastic frontier Cobb-Douglas. Hasil
studi menunjukkan bahwa inefisiensi teknis dapat dikurangi atau efisiensi teknik dapat ditingkatkan dengan memperbaiki pendidikan petani melalui pelatihan-
pelatihan tentang teknik budidaya gandum. Faktor
– faktor penyebab terjadinya inefisiensi teknis pada usahatani ubi di Nigeria adalah jumlah anggota rumahtangga, pendidikan formal, pengalaman
usahatani, umur, jarak lahan dengan rumah petani dan akses kredit. Pendidikan formal, pengalaman usahatani dan akses kredit merupakan faktor yang
berpengaruh nyata pada level 5 persen terhadap inefisiensi teknis usahatani ubi di Nigeria. Sedangkan jumlah anggota rumahtangga, umur dan jarak lahan dengan
rumah petani tidak berpengaruh nyata pada level 5 persen terhadap inefisiensi usahatani ubi di Nigeria Michael, 2011. Implikasinya adalah bahwa tingkat
pendidikan yang tinggi berpengaruh terhadap kemampuan petani dalam menerapkan teknologi yang pada gilirannya akan mengurangi tingkat inefisiensi
teknis dalam produksi. Petani yang memiliki pengalaman usahatani yang lebih banyak cenderung lebih efisien karena lebih banyak memiliki keterampilan yang
dapat dikembangkan untuk mengelola usahataninya. Selain itu, dengan
bertambahnya pengalaman usahatani maka petani menjadi lebih spesialis pada usahataninya.
Keikutsertaan dalam kelompok tani dan pengalaman usahatani berpengaruh nyata menurunkan inefisiensi teknis pada usahatani kentang di
Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara Sinaga, 2011. Hal ini menunjukkan bahwa petani yang ikut dalam kelompok tani dan memiliki pengalaman yang
cukup banyak dapat menurunkan inefisiensi teknis. Petani yang ikut dan aktif dalam kelompok tani mudah memperoleh informasi dan dapat berbagi
pengalaman dengan sesama petani yang terkait dengan usahataninya. Berdasarkan beberapa studi empirik maka beberapa faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya inefisiensi teknis dalam usahatani kentang antara lain : 1.
Pendidikan Secara teoritis tingkat pendidikan yang dimiliki oleh petani akan menentukan
kemampuan mereka dalam menerapkan teknologi yang ada. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka semakin baik kemampuan mereka dalam
menerapkan teknologi dan berproduksi secara efisien, demikian pula sebaliknya.
2. Pengalaman usahatani
Petani yang memiliki pengalaman usahatani yang cukup lama diharapkan dapat lebih terampil dalam mengelola usahataninya. Dengan pengalaman yang
dimiliki petani maka akan mampu mengambil keputusan yang rasional untuk usahataninya dan akan berdampak pada efisiensi usahatani.
3. Umur
Umur petani menjadi faktor penting dalam kaitannya dengan efisiensi produksi karena terkait dengan pengelolaan dan produktivitas tenaga kerja
pada usahatani kentang. Petani yang berada pada umur produktif akan memberikan hasil kerja yang lebih baik dan lebih mudah menerima inovasi-
inovasi dibandingkan dengan petani yang tidak berada pada umur produktif. 4.
Jumlah anggota keluarga Jumlah anggota keluarga dapat menjadi sumber tenaga kerja dan dapat
mensubtitusi tenaga kerja luar keluarga. Semakin banyak jumlah anggota
keluarga maka semakin banyak yang membantu dalam usahatani kentang sehingga dapat menurunkan inefisiensi.
5. Jarak lahan dengan rumah petani
Diduga semakin jauh jarak lahan usahatani semakin tinggi tingkat inefisiensi karena petani sulit untuk mengontrol atau mengawasi tanamannya.
3.7. Perubahan Teknologi