Persiapan lahan dan Penanaman

Kentang varietas kalosi adalah kentang unggulan lokal masyarakat Kabupaten Enrekang yang sejak zaman Belanda dibudidayakan di dataran tinggi pegunungan Latimojong. Dinamakan kentang kalosi karena kentang ini pertama kali diperjualbelikan di daerah Kalosi, Kecamatan Alla. Keunggulan kentang kalosi adalah mutu yang sangat baik, produksi tinggi, pulen dan padat pati cocok untuk terapi diabetes, dan kadar air rendah sehingga selain digunakan sebagai sayuran juga digunakan untuk pembuatan perkedel atau gorengan lainnya termasuk keripik. Selain itu kentang kalosi juga terkenal dengan warna merah maron seperti warna lipstik disekitar mata tunas sebagai ciri khasnya. Dipasaran, kentang varietas kalosi harganya cenderung lebih mahal dibanding kentang sayuran lainnya. Dengan struktur tanah liat dan berkapur yang dimiliki Kabupaten Enrekang maka berpengaruh pada cita rasa kentang varietas kalosi yang enak dan harum sehingga tidak salah jika kentang tersebut sangat diminati oleh para konsumen khususnya masyarakat Kabupaten Enrekang dan wisatawan Asing. Selanjutnya pada bagian ini akan diuraikan tentang proses budidaya usahatani kentang berdasarkan pola budidaya yang dilakukan oleh petani responden di daerah penelitian. Proses budidaya usahatani kentang dimulai dari tahap persiapan lahan sampai tahap pemanenan. Pada bagian ini tidak diuraikan secara terpisah tentang usahatani kentang varietas kalosi dan usahatani kentang varietas granola karena tidak terdapat perbedaan dalam pola budidayanya.

6.2.1. Persiapan lahan dan Penanaman

Kegiatan persiapan lahan terdiri atas pembersihan gulma dan pengolahan lahan. Pembersihan gulma dilakukan dengan menggunakan cangkul dan proses pengolahan penggemburan tanah dilakukan dengan menggunakan garpu. Waktu yang dibutuhkan pada proses pembersihan gulma tidak terlalu lama jika lahan yang akan ditanami kentang merupakan lahan yang pernah ditanami tanaman lain sebelumnya. Namun jika lahan itu merupakan lahan yang baru akan ditanami belum pernah ditanami sebelumnya maka waktu yang dibutuhkan untuk persiapan lahan agak lama. Pada kegiatan pengolahan lahan selain menggunakan tenaga kerja dalam keluarga juga sering menggunakan tenaga kerja luar keluarga. Setelah proses penggemburan tanah selesai selanjutnya dilakukan pembuatan guludan dengan lebar sekitar 50 - 70 cm jarak antara guludan dan panjang guludan disesuaikan dengan kondisi lahan. Pembuatan guludan dilakukan sekitar kurang lebih seminggu setelah pencangkulan atau penggemburan lahan. Setelah pengolahan lahan dan pembuatan guludan selesai maka selanjutnya adalah dilakukan penanaman. Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu bibit disimpan atau didormansi selama 2 – 3 bulan supaya keluar tunas. Umumnya petani melakukan peenyimpanan bibit tidak sesuai dengan anjuran yaitu bibit di atas lantai tanah dan diberi fungisida atau insektisida. Sementara yang dianjurkan adalah bibit disimpan di atas para-para tempat yang terbuat dari bambu sehingga pertumbuhan tunas lebih baik dan diberi fungisida atau insektisida. Jarak tanam yang digunakan oleh responden bervariasi yaitu 40 x 80 cm, 40 x 70 cm, 20x 80 cm. Bibit ditanam dengan kedalaman 15 – 20 cm. Sebelum penanaman terlebih dahulu dilakukan pemberian pupuk kandang pada setiap guludan. Penggunaan pupuk kandang rata-rata masih dibawah dosis yang dianjurkan yaitu 9 460.28 kilogram per hektar pada kentang varietas granola dan 9635.66 kilogram per hektar pada kentang varietas kalosi sedang yang dianjurkan 20 000 kilogram per hektar. Setelah pemberian pupuk kandang, jika tidak ada hujan maka dilakukan penyiraman sebelum penanaman bibit. Pada proses pengolahan lahan dan penanaman selain menggunakan tenaga kerja dalam keluarga juga menggunakan tenaga kerja luar keluarga. Rata-rata penggunaan tenaga kerja adalah 180.52 HKSP untuk kentang varietas granola dan 185.07 HKSP untuk kentang varietas kalosi. Penggunaan tenaga kerja terdiri atas tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga TKDK dan tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga TKLK. Pada umumnya petani responden lebih banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dibanding tenaga kerja luar keluarga. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga yang lebih banyak dibanding tenaga kerja luar keluarga diduga karena jumlah anggota keluarga petani rata-rata 4 – 5 orang yang dapat mencukupi kebutuhan tenaga kerja pada usahatani kentang. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga biasanya pada tahap pengolahan lahan, penanaman, panen dan dikerjakan secara gotong royong saling membantu sesama petani. Jika menggunakan tenaga kerja yang di sewa maka upahnya sebesar Rp 30 000 per hari. Meskipun kadang menggunakan tenaga upahan, akan tetapi sistem saling membantu sistem gotong royong masih tinggi di daerah penelitian ini.

6.2.2. Pemupukan