Tabel 13. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan Usahatani yang
Dikuasai Pada Usahatani Kentang di Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan.
Luas lahan yang dikuasai ha
Varietas Granola Varietas Kalosi
Jumlah Persentase
Jumlah Persentase
0.10 – 0.40
12 15.58
8 26.67
0.41 – 0.80
48 62.34
18 60.00
0.81 – 1.20
16 20.78
3 10.00
≥ 1.21 1
1.30 1
3.03
Total 77
100.00 30
100.00 Rata-rata
0.62 0.59
6.1.6. Jarak Lahan Usahatani dengan Rumah
Jarak lahan usahatani dengan rumah petani bervariasi antara 100 sampai dengan 2 500 meter. Adapun distribusi responden berdasarkan jarak lahan
usahatani dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Jarak Lahan Usahatani
dengan Rumah Pada Usahatani Kentang di Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan.
Jarak Lahan Usahatani dengan
Rumah m Varietas Granola
Varietas Kalosi Jumlah
Persentase Jumlah
Persentase
100 – 500
11 14.29
8 26.67
501 – 1000
33 42.86
7 23.33
1001 – 1500
23 29.87
8 26.67
1501 - 2000 8
10.39 6
20.00 2001- 2500
2 2.60
1 3.33
2500
Total 77
100.00 30
100.00 Rata-rata
1 142.86 1 178.00
Rata-rata jarak lahan usahatani dengan rumah petani responden yang menanam kentang varietas granola dan kentang varietas kalosi adalah masing-
masing 1 142.86 meter dan 1 178.00 meter. Hal ini menunjukkan bahwa jarak lahan usahatani dengan rumah petani responden cukup jauh.
6.2. Deskripsi Usahatani Kentang di Lokasi Penelitian
Kentang merupakan jenis tanaman yang tidak dapat tumbuh di sembarang tempat. Meskipun kentang dapat tumbuh di daerah tropis tetap membutuhkan
kondisi daerah yang berhawa dingin. Oleh karena itu kentang dapat tumbuh di tempat-tempat yang cukup tinggi seperti di daerah pegunungan dengan ketinggian
1 000 – 1 300 m dpl. Usahatani kentang yang dilakukan oleh petani di Kabupaten
Enrekang di lakukan pada daerah pegunungan dengan ketinggian di atas 1 000 m dpl.
Usahatani kentang di Kabupaten Enrekang umumnya diusahakan hanya sekali dalam setahun yaitu akhir musim hujan dan awal musim kemarau. Selain
mengusahakan komoditi kentang, petani juga mengusahakan tanaman lain seperti kubis, daun bawang, tomat, bawang merah, wortel dan cabe.
Dari tahun ke tahun produktivitas usahatani kentang di Kabupaten Enrekang cenderung mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena semakin
menurunnya luas areal tanam dan kurangnya persediaan bibit kentang yang unggul di wilayah tersebut. Petani yang menanam kentang granola hanya
menggunakan bibit kentang yang sudah tidak unggul tingkatan generasinya sudah tidak diketahui. Jika petani ingin menanam bibit kentang yang lebih bagus
unggul maka mereka harus membeli dari luar daerah seperti di Kabupaten Gowa atau dari Pangalengan Propinsi Jawa Barat. Artinya bahwa jika petani akan
menggunakan bibit yang unggul maka mereka harus mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk membeli bibit unggul dari luar Kabupaten Enrekang. Umumnya
petani di wilayah penelitian tidak memiliki modal yang cukup untuk membeli bibit ungggul dari luar daerah karena rata-rata mereka memiliki lahan yang sempit
dan belum ada yang akses terhadap kredit. Untuk meningkatkan produktivitas kentang di Kabupaten Enrekang maka
diperlukan introduksi teknologi baru yaitu ketersediaan bibit unggul. Oleh karena itu sejak tahun 2008 pemerintah daerah Kabupaten Enrekang bekerja sama
dengan salah satu perguruan tinggi di Kota Makassar Universitas Hasanuddin mengembangkan bibit kentang unggul yaitu bibit kentang varietas kalosi. Melalui
kerja sama tersebut maka bibit kentang varietas kalosi dapat dimurnikan kembali dengan sistem Elisa, PCR dan perbanyakan massal dengan sistem kultur jaringan.