pada tahun 2004 yaitu kantor pengelola dan grosir sayuran. Selanjutnya pada tahun 2005 dibangun gudang penyimpanan, Tahun 2006 pengerasan jalan di Sub
Terminal Agribisnis STA sepanjang 500 m dan tahun 2007 pengadaan sarana angkutan dan mobiler.
Sasaran utama pembangunan Sub Terminal Agribisnis STA Sumillan adalah untuk meningkatkan nilai tambah bagi petani dan pelaku pasar, khususnya
terhadap hasil-hasil komoditas pertanian di Kecamatan Alla dan kecamatan lainnya seperti Kecamatan Baroko dan Kecamatan Masalle. Sasaran lainnya
adalah, untuk mendidik petani agar memperbaiki kualitas produk sekaligus mengubah pola pikir ke arah agribisnis, sehingga dapat meningkatkan pendapatan
petani serta menjadi salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah dari retribusi yang diperoleh, di samping untuk pengembangan akses pasar. Selain itu sarana
perekonomian seperti pasar sudah relatif mudah dijangkau sehingga memungkinkan petani untuk meningkatkan pemasaran hasil usahataninya.
Berdasarkan gambaran sarana dan prasarana yang ada di Kabupaten Enrekang maka dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di
Kabupaten Enrekang mendukung bagi pengembangan perekonomian dan usahatani kentang dan akan mendukung strategi untuk mengatasi risiko usahatani
kentang. Menurut Debertin 1986 salah satu strategi untuk mengatasi risiko dalam usahatani adalah fasilitas dan peralatan pertanian yang fleksibel.
5.4. Hasil Produksi Pertanian
Sektor pertanian sangat penting peranannya dalam perekonomian di Kabupaten Enrekang. Sektor pertanian memberi kontribusi yang cukup besar
terhadap PDRB Kabupaten Enrekang yaitu sekitar 47.34 persen. Hal ini mencerminkan bahwa perekonomian sebagian besar penduduk di wilayah ini
masih mengandalkan sektor pertanian. Keberhasilan sektor pertanian mengangkat perekonomian masyarakat
didukung oleh ketersediaan sumber daya alam yang memadai. Ketersediaan lahan yang subur memungkinkan pengembangan berbagai komoditas, baik komoditas
tanaman pangan dan hortikultura maupun berbagai komoditas pertanian lainnya.
Beberapa komoditi pertanian tanaman pangan dan hortikultura yang dihasilkan dari daerah ini adalah padi, jagung, bawang merah, kentang, cabe
besar, tomat, wortel, bawang daun, kolkubis, dan jahe. Untuk komoditi kentang, Kecamatan Masalle dan Kecamatan Baroko yang menjadi wilayah pengembangan
karena kondisi agroklimat yang cocok untuk tanaman kentang. Selain tanaman pangan dan hortikultura, di Kabupaten Enrekang juga
cukup beragam dihasilkan tanaman perkebunan. Beberapa jenis komoditi perkebunan yang dihasilkan adalah kopi, kakao, kemiri, jambu mete, lada dan
cengkeh. Kopi yang dihasilkan dari Kabupaten Enrekang adalah kopi jenis arabika dan memiliki cita rasa yang khas dan dihasilkan oleh petani yang berada dalam
wilayah Kecamatan Baroko dan Kecamatan Bungin. Tanaman vanili dan murbei nampaknya juga memiliki prospek yang cukup
baik di daerah ini, disamping karena kesesuaian lahan juga karena kian besarnya minat masyarakat untuk mengusahakan tanaman tersebut. Besarnya permintaan
dan prospek pasar yang cukup menjanjikan menjadi alasan utama bagi petani untuk mengembangkan tanaman tersebut.
VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DI DAERAH PENELITIAN
6.1. Karakteristik Petani Responden
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Enrekang yang merupakan salah satu sentra pengembangan kentang di Provinsi Sulawesi Selatan yang saat ini
cenderung mengalami penurunan produktivitas. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 107 petani yang terdiri atas 77 petani yang menanam
kentang varietas granola dan 30 petani yang menanam kentang varietas kalosi dan diambil secara acak dari dua desa yaitu Desa Masalle dan Desa Tongkonan Basse.
Kedua desa tersebut berada dalam wilayah Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang.
Beberapa karakteristik petani responden yang akan diuraikan adalah : 1 Struktur umur petani responden, 2 Tingkat pendidikan petani responden 3
Pengalaman usahatani petani responden, dan 4 Jumlah anggota keluarga petani responden, 5 luas lahan yang diusahakan petani responden, dan 6 jarak lahan
dengan rumah tempat tinggal petani responden.
6.1.1. Umur Petani Responden
Umur merupakan salah satu faktor yang mepengaruhi kemampuan kerja dan produktivitas seseorang. Seseorang akan mengalami peningkatan kemampuan
kerja seiring dengan meningkatnya umur, akan tetapi selanjutnya akan mengalami penurunan kemampuan kerja pada titik umur tertentu. Karena umur mempunyai
pengaruh terhadap kematangan berfikir dan kemampuan fisik responden dalam mengelola sebuah usaha. Adapun distribusi petani responden berdasarkan umur
dapat dilihat pada Tabel 9. Umur petani responden di Kabupaten Enrekang sebagian besar berada
pada kisaran umur produktif yaitu sebesar 94.81 persen untuk petani responden yang menanam kentang varietas granola dan 100.00 persen untuk petani
responden yang menanam kentang varietas kalosi. Rata-rata umur petani responden adalah 42.26 tahun untuk petani responden yang menanam kentang
varietas granola dan 40.00 tahun untuk petani responden yang menanam kentang varietas kalosi. Hal ini menunjukkan bahwa baik petani responden yang menanam