didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kemp dalam Sanjaya, 2007 juga menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran
yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
2.1.3.1. Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write TTW
Suatu strategi pembelajaran yang diharapkan dapat menumbuh kembangkan berpikir kreatif siswa adalah strategi pembelajaran think-talk-write TTW.
Menurut Yamin Ansari 2012 : 84 Strategi think-talk-write diperkenalkan oleh Huinker Laughlin yang pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara,
dan menulis. Alur kemajuan strategi TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca,
selanjutnya berbicara dan membagi ide sharing dengan temannya sebelum menulis. Suasana seperti ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok
heterogen 3-5 siswa. Pada kelompok ini siswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengar dan membagi ide bersama teman kemudian
mengungkapkannya melalui tulisan Yamin Ansari, 2012 : 84. Menurut Fazio 2009 Strategi Think-Talk-Write dapat membantu siswa untuk membuat
hubungan antara rekan-rekan mereka, guru, dan fenomena sains dalam penyelidikan.
Strategi pembelajaran ini melibatkan tiga aspek penting yang harus dikembangkan dan dilakukan dalam pembelajaran matematika yaitu:
1. Think berpikir
Menurut Yamin Ansari 2012: 85 aktivitas berpikir think dapat dilihat dari proses membaca suatu teks matematika atau berisi cerita matematika,
kemudian membuat catatan apa yang telah dibaca. Dalam membuat atau menulis catatan siswa membedakan dan mempersatukan ide yang disajikan dalam teks
bacaan, kemudian menerjemahkan ke dalam bahasa sendiri. Belajar membuat menulis catatan setelah membaca dapat merangsang aktivitas berpikir sebelum,
selama, dan setelah membaca, sehingga dapat mempertinggi peengetahuan bahkan meningkatkan ketrampilan berpikir dan menulis.
Menurut Marzuki Hidayat, 2012 bahwa berpikir yang dilakukan oleh manusia meliputi lima dimensi yaitu :
1 Metakognisi, merupakan kesadaran seseorang tentang proses berpikirnya pada saat melakukan tugas tertentu dan kemudian menggunakan kesadaran
tersebut untuk mengontrol apa yang dilakukan. 2 Berpikir kritis dan kreatif, merupakan dua komponen yang sangat mendasar.
Berpikir kritis merupakan proses penggunaan kemampuan berpikir secara efektif yang dapat membantu seseorang untuk membuat, mengevaluasi, serta
mengambil keputusan tentang apa yang diyakini serta dilakukan. Sedangkan berpikir kreatif merupakan kemampuan yang bersifat spontan, terjadi karena
adanya arahan yang bersifat internal dan keberadaannya tidak bisa diprediksi.
3 Proses berpikir, memilliki delapan komponen utama yaitu pembentukan konsep, pembentukan prisip, pemahaman, pemecahan masalah, pengambilan
keputusan, penelitian, penyusunan, dan berwacana secara oral. 4 Kemampuan berpikir utama, juga memiliki delapan komponen yang
memfokuskan, kemampuan mendapatkan informasi, kemampuan mengingat, kemampuan
mengorganisasi, kemampuan
menganalisis, kemampuan
menghasilkan, kemampuan mengintegrasi, serta kemampuan mengevaluasi. 5 Berpikir matematik tingkat tinggi, pada hakekatnya merupakan non
prosedural yang antara lain mencakup hal-hal berikut: kemampuan mencari dan mengeksplorasi pola, kemampuan menggunakan fakta-fakta, kemampuan
membuat ide-ide matematik, kemampuan berpikir dan bernalar secara fleksibel, serta menetapkan bahwa suatu pemecahan masalah bersifat logis.
2. Talk berbicara atau berdiskusi
Pada tahap talk, siswa berkomunikasi dengan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Siswa menyampaikan ide yang diperolehnya pada tahap think
kepada teman-teman diskusi kelompok. Diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas masalah yang diberikan.
Yamin Ansari 2012: 86 mengatakan bahwa talk penting dalam matematika karena sebagai cara utama untuk berkomunikasi dalam matematika.
Siswa menggunakan bahasa untuk menyajikan ide kepada temannya, membangun teori bersama, sharing strategi solusi, dan membuat definisi. Talking membantu
guru mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam belajar matematika, sehingga dapat mempersiapkan perlengkapan pembelajaran yang dibutuhkan.
3. Write menulis
Menurut Yamin Ansari 2012: 87 aktivitas menulis berarti mengkonstruksi ide, karena setelah berdiskusi atau berdialog antar teman dan
kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Shield Swinson dalam Yamin Ansari 2011: 87 menatakan bahwa menulis dalam matematika membantu
merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu pemahaman siswa tentang materi yang ia pelajari. Aktivitas menulis akan membantu siswa dalam membuat
hubungan dan juga memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa. Masingila Wisniowska dalam Yamin Ansari, 2012 mengemukakan
bahwa aktivitas menulis siswa bagi guru dapat memantau kesalahan siswa, miskonsepsi, dan konsepsi siswa terhadap ide yang sama. Selain itu kegiatan
menulis dalam pembelajaran matematika, siswa diharapkan dapat memahami bahwa matematika dibangun melalui suatu proses berpikir yang dinamis, dan
diharapkan pula dapat memahami bahwa matematika merupakan bahasa atau alat untuk mengungkapkan ide. Aktivitas menulis siswa pada tahap ini adalah menulis
solusi dari maslah pertanyaan yang diberikan termasuk perhitungan. Yamin Ansari, 2012: 88.
Langkah-langkah dalam pembelajarn dengan strategi Think-Talk-Write TTW adalah sebagai berikut Yamin Ansari, 2012: 90.
a Guru membagi teks bacaan berupa Lembaran Aktivitas siswa Siswa yang
memuat situasi masalah dan petunjuk serta prosedur pelaksanaannya. b
Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual, untuk dibawa ke forum diskusi think.
c Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi
catatan talk. Guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar. d
Siswa mngkonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi write. Peranan dan tugas guru dalam usaha mengefektifkan penggunaan model
Think-Talk-Write TTW ini, sebagaimana yang dikemukakan Silver Smith dalam Yamin Ansari 2012: 90 adalah : 1 mengajukan pertanyaan dan
tugas yang mendatangkan keterlibatan dan menantang setiap siswa untuk berpikir, 2 mendengar secara hati-hati ide siswa, 3 menyuruh siswa mengemukakan ide
secara lisan dan tulisan, 4 memutuskan apa yang digali dan dibawa siswa dalam diskusi, 5 memutuskan kapan memberi informasi, mengklarifikasikan persoalan-
persoalan, menggunakan model, membimbing dan membiarkan siswa berjuang dengan kesulitan, 6 memonitoring dan menilai partisipasi siswa dalam diskusi,
dan memutuskan kapan dan bagaimana mendorong setiap siswa untuk berpartisispasi.
Kelebihan dari strategi Think-Talk-Write TTW adalah: 1 Memberi kesempatan siswa berinteraksi dan berkolaborasi membicarakan tentang
penyelidikan dengan anggota kelompoknya, 2 siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk secara aktif dalam belajar, 3 model ini
berpusat pada siswa, memberi kesempatan pada siswa dan guru berperan sebagai mediator lingkingan belajar, dan 4 dengan memberikan soal open ended dapat
mengembangkan ketrampilan berpikir kritis dan kreatif siswa Prastyo, 2011. Sedangkan kelemahan dari strategi pembelajaran ini adalah: 1 model
pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalkan sebagian waktu
hilang karena membantu siswa mencari solusi pemecahan masalah atau menemukan teori-teori yang berhubungan dengan lembar kerja siswa dan 2 tidak
semua anggota kelompok aktif dalam model pembelajaran ini Prastyo, 2011. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, diperlukan usaha-usaha yaitu: 1
Guru terlebih dahulu memutuskan banyaknya kelompok, banyaknya anggota, dan pengelompokan siswa yang bersifat heterogen dan 2 Sebaiknya diadakan
pengaturan penempatan dan penyusunan kelompok, sehingga lebih mempermudah guru untuk mengontrol perorangan atau kelompok siswa Prastyo, 2011.
2.1.4. Model Pembelajaran Ekspositori