Deskripsi Hasil Wawancara Data Hasil Penelitian

16

A. Deskripsi Hasil Wawancara

Tipe wawancara yang dipilih peneliti yaitu wawancara terstruktur dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu peneliti menyusun draft pertanyaan yang akan diajukan. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun jelas berhubungan dengan implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit SIM RS. Namun di dalam prosesnya sendiri peneliti tidak menutup kemungkinan akan munculnya pertanyaan-pertanyaan baru yang dapat menggali informasi lebih dalam dari para informan utama. Dalam bagian ini wawancara yang telah dilakukan dan dikumpulkan oleh peneliti akan dideskripsikan berdasarkan variabel-variabel implementasi kebijakan yang mempengaruhi Implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit SIM RS dalam pemenuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam IBB Medan, antara lain:

1. Struktur birokrasi

Struktur birokrasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Dalam struktur birokrasi harus ada prosedur tetap bagi pelaku kebijakan dalam melaksankan kebijakannya dan adanya tanggung jawab dalam menjalankan sebuah kebijakan demi mencapai tujuan yang ingin dicapai. Pada bagian ini struktur birokrasi memiliki dua indikator yakni struktur organisasi rumah sakit yang menangani pelaksanaan SIMRS atau dengan kata lain, fragmentasi yakni pembagian atau penyebaran wewenang dan sumber daya yang ada untuk melaksanakan suatu kebijakan dan ketepatan atau kesesuaian 17 pelaksanaan SIM RS sesuai dengan berbagai ketentuan yang telah diatur atau SOP Standart Operating Procedure. Dalam PERMENKES No. 82 Tahun 2013 tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit SIM RS telah di instruksikan pada pasal 3 ayat 1 bahwa setiap rumah sakit wajib menyelenggarakan SIM RS. Pembentukan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit SIM RS dilakukan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan rumah sakit di Indonesia. Atas dasar peraturan tersebut, Kesehatan Daerah Militer Angkatan Darat melalui Kepala Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam IBB mengeluarkan Keputusan Kepala Rumkit TK.II Putri Hijau No: SKMKI10122014 tentang Kebijakan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Kebijakan ini dibuat atas dasar pertimbangan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumkit Tingkat II Putri Hijau, sehingga diperlukan adanya penyelenggaraan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup semua pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau di semua tingkatan administrasi yang dapat memberikan informasi kepada pengelola untuk proses manajemen palayanan kesehatan yang berhubungan dengan pengumpulan data, pengolahan data, penyajian informasi dan analisa. Adapun struktur SIM RS di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau berdasarkan keputusan Kepala Rumah Sakit Putri Hijau berada di bawah penyelenggaraan Kepala Informasi Kesehatan Infokes dan pelaporannya kepada Seksi Pelayanan Medis. Bagian Informasi Kesehatan bertanggung jawab dalammenyelenggarakan kegiatan di bidang pembinaan sistem pengolahan data, teknik informatika dan penyusunan program kerja serta pelaporan, dan dalam 18 pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh Seksi Pelayanan Medis. Pada implementasinya di rumah sakit, pengelolaan dan pelaporan seluruh kegiatan SIM RS memang dilaksanakan oleh seksi Pelayanan Medis. Seluruh pelaporan yang diberikan kepala Seksi Pelayanan Medis nantinya akan menjadi bahan evaluasi bagi pengelolaan SIM RS. Koordinasi dalam pengelolaan SIM RS pada ruang rawat inap, dilakukan oleh petugas SIM RS yang telah ditetapkan dibeberapa ruangan rawat inap. Petugas ini adalah petugas khusus SIM RS atau dengan kata lain operator SIM RS dan petugas tersebut yang nantinya akan memasukkan data pasien yang ada diruang rawat inap setiap harinya ke dalam sistem. Data merupakan alur pertama dari SIM RS, rumah sakit harus memiliki data yang jelas dan sudah di input ke komputer, misalnya seperti data obat-obatan, tindakan tarif serta fasilitas yang ada dirumah sakit, serta fasilitas rawat inap, harus memiliki ruangan kelas I, kelas II dan kelas III yang jelas, karena data-data tersebut akan menjadi dasar dari pengolahan di sistem. Diakui seorang informan bahwa, SIM RS yang saat ini sedang berjalan di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau baru berjalan selama 2 minggu sejak peneliti memulai penelitiannya, ini dikarenakan mereka baru saja berganti provider SIM RS. Dan provider yang baru ini dirasa mererka lebih baik dan lebih terlihat kerjanya sistem karena provider SIM RS yang baru ini menyediakan output dari kerjanya sistem. Dan menurut penuturan informan juga, SIM RS yang baru ini akan terus dikembangkan sehingga diharapkan segara efektif pada bulan Maret tahun ini. Adapun langkah awal yang mereka lakukan adalah menertibkan data yang masuk, baik itu dari pendaftaran rawat jalan, pendaftaran rawat inap atau IGD serta informasi pasien harus diisi dengan benar dan dicek kelengkapannya, agar memudahkan untuk di 19 input dibagian rekam medik. Apabila kelengkapan data sudah terpenuhi, maka nantinya SIM RS itu masuk ke tahap selanjutnya yakni memudahkan petugas kesehatan yang ada, mereka dapat dengan mudah mengetahui ketersediaan obat- obatan, tarif dan jasa perawatan. Maka dari itu dengan bergantinya provider SIM RS, maka kendala yang dialami adalah sumberdaya manusia yang ada belum sepenuhnya memahami. Atas dasar komitmen yang kuat dari pimpinan rumah sakit dalam pelaksanaan SIM RS ini, ada macam-macam langkah yang ditempuh demi mengefektifkan sistem yang baru, seperti dengan pelatihan dan yang paling mendasar namun yang penting adalah menertibkan pengisian data pasien dengan lengkap secara manual.

2. Sumberdaya

Sumberdaya merupakan faktor utama dalam melaksanakan dan merealisasikan jalannya suatu kebijakan. Sumber daya manusia, sumber daya dana, dan fasilitas. Informasi dan Kewenangan yang akan digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan implementasi suatu kebijakan. Menurut penjelasan seorang informan, khusus operator SIM RS, mereka sudah merekrut sebanyak 30 orang yang tersebar disetiap bagian rumah sakit yang sudah terkoneksi dengan SIM RS seperti di server SIM RS sendiri, pendaftaran rawat inap dan IGD, pendaftaran rawat jalan, charging rawat jalan, 12 ruangan rawat inap, OKICU, laboratorium, radiologi, farmasi dan billing rawat inap. Kemudian, 30 orang operator tersebut dibagi lagi menjadi 4 grup atau tim, yakni grup rawat jalan, grup rawat inap, grup penunjang sperti OKICU, laboratorium, radiologi, farmasi dan yang terakhir grup billing. 20 Untuk menjamin keamanan dan kredibilitas data, para operator atau anggota SIM RS memiliki sandi tertentu untuk bisa melakukan akses input data di aplikasi SIM RS pada setiap bagian yang ada. Dalam perekrutan anggota SIM RS ini, informan menyatakan bahwa mereka melihat terlebih dahulu basicnya atau dengan kata lain pendidikannya. Rumah sakit masih lebih dominan memilih anggota SIM RS yang berasal dari medis atau kesehatan, terutama dibagian charging rawat inap dan rawat jalan, kemudian untuk pemasukan data yang berupa pembebanan seperti tindakan dokter, obat-obatan dan tindakan lainnya di rumah sakit, karena seperti yang dikatakan informan, mereka yang pendidikannya memang dari kesehatan lebih mengerti dan lebih paham. Dan nantinya para operator SIM RS yang sekarang ini apabila sistem yang baru dipasang ini sudah mulai berjalan baik, mereka akan menjadi pelatih untuk perawat yang ada diruangan agar bisa mengaplikasikan SIM RS. Sampai dengan saat ini, fasilitas yang mendukung para operator SIM RS adalah sebanyak 20 unit set komputer, 2 buah laptop, 3 buah printer inkjet, 2 buah printer thermal untuk tracer, 9 buah HUB yang masing-masingnya tersebar di bagian yang sudah terkoneksi dengan SIM RS. Berdasarkan penuturan seorang informan menuturkan bahwa seluruh pengadaan fasilitas SIM RS ini menggunakan pembiayan dari rumah sakit. Seorang informan juga mengatakan bahwa dengan adanya pergantian pengelolaan SIM RS ini ke provider yang baru lebih dirasakan perubahannya, dimana sampai saat ini mereka dapat melihat bukti kerjanya sistem, sedangkan provider SIM RS yang sebelumnya tidak terlihat bukti kerjanya sistem, hanya ada pemasukan data tapi tidak ada output, informan merasa tidak efisien, setelah input harus melakukan pengerjaan manual untuk 21 dapat menghasilkan output. Sedangkan pada aplikasi SIM RS dengan provider yang baru ini, nantinya tidak seperti aplikasi yang sebelumnya, jadi data yang di input akan menghasilkan output yang sewaktu-waktu dapat di akses apabila dibutuhkan jadi tidak ada pengerjaan manual lagi. Bahkan informan merasa hal seperti ini dapat menghemat kertas, jika ingin meakses data bisa disaksikan dilayar monitor komputer tanpa harus melakukan tabulasi manual untuk melihat output dari sistem. Kinerja operator SIM RS maupun pegawai atau petugas yang lain jadi lebih mudah dan lebih teratur. Adapun kendala yang terjadi pada sumebrdaya fasilitas ini menurut penuturan seorang informan juga jika terjadi pemadaman listrik maka komputer yang terkoneksi dengan SIM RS juga ikut mati.

3. Komunikasi

Komunikasi mencakup hubungan antar organisasi pelaksana implementasi. Komunikasi yang baik meliputi proses penyampaian informasi yang akurat, jelas, konsisten, menyeluruh serta koordinasi antar instansi-instansi yang terkait dalam proses implementasi dan bentuk koordinasi yang dilakukan. Berdasarkan penuturan seorang informan, SIM RS adalah aplikasi dirumah sakit untuk informasi manajemen, yang tidak hanya terdiri dari informasi pasien saja, tetapi juga informasi diantara petugas kesehatan, mengingat banyaknya bagian yang ada dirumah sakit. Menurut mereka apabila SIM RS ini dapat dikelola dengan baik maka kedepannya akan dapat memberikan manfaat yang sangat luar biasa dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Medan. 22 Mengenai pelaksanaan SIM RS, pihak Rumah Sakit mengikuti sesuai dengan Juklak SIRS dari Kementerian Kesehatan. SIM RS sendiri sudah dilaksanakan sejak 2012 di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau. Namun, adapun informasi yang didapatkan peneliti dari penuturan informan bahwa rumah sakit baru saja mengganti provider SIMRS dari yang lama ke yang baru dan sedang berjalan lebih kurang 2 minggu sejak pertama kali peneliti mulai melakukan penelitian. Bentuk komunikasi yang dilakukan adalah dengan melakukan sensus harian dengan seluruh bagian yang terhubung dengan SIM RS. Komunikasi berbentuk sensus harian ini juga merupakan bentuk koordinasi, dimana setiap harinya akan ada pelaporan dari masing-masing bagian mengenai keadaan pasien. Terutama pada bagian rawat inap, sensus harian ini dilakukan setiap hari dalam hitungan jam 00.00 WIB sampai dengan 24.00 WIB, bentuknya adalah sensus yang berisikan jumlah pasien yang masuk berikut waktu saat pasien dinyatakan masuk rawat inap, ruangan perawatannya, diagnosa penyakit serta informasi mengenai dokter yang merawat dan juga informasi mengenai pasien yang pulang, apakah pasien pulang dengan keadaan sembuh, tidak sembuh atau dirujuk ke rumah sakit lain atau meninggal dunia. Selain dengan sensus ini petugas-petugas SIM RS juga akan berkeliling ke masing-masing ruangan sesuai dengan pembagiannya setiap hari untuk menginput tindakan-tindakan perawatan kepada pasien yang ada diruangan rawat inap. Dengan komunikasi berbentuk koordinasi seperti ini memudahkan bagian pelaporan yang ada di bagian pelayanan medis dalam mengumpulkan data, karena nantinya data – data yang telah dikumpulkan tersebut akan dikompilasi atau 23 digabungkan dan menjadi data bulanan, lalu data triwulan, lalu bisa menjadi tahunan sebagai bahan evaluasi. Adapun manfaat dari SIM RS dengan menggunakan aplikasi dari provider SIM RS yang sekarang ini, yang sudah dirasakan sejauh ini seperti pada bagian pendaftaran, dirasakan lebih cepat dan jumlah kunjungan menjadi lebih tertib dan teratur datanya, pasien juga menjadi merasa lebih terlayani. Kemudian, selain manfaat yang dirasakan oleh pasien sendiri sebagai pengguna pelayanan, SIM RS ini juga bermanfaat sangat banyak bagi tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit sendiri dalam meningkatkan kinerja mereka, seperti bagi pimpinan rumah sakit dapat dengan mudah memperoleh informasi seperti jumlah pasien yang sedang dirawat inap sampai saat ini, jumlah pasien yang berkunjung ke bagian poliklinik, semuanya akan menjadi mudah dengan kewenangannya sebagai pimpinan untuk mengakses data dari aplikasi SIM RS. Kemudian selain bagi pimpinan, SIM RS itu nanti juga akan dirasakan sendiri oleh perawat diruangan rawat inap. Apabila ada pasien yang ingin mengetahui biaya perawatannya saat itu, perawat dapat dengan mudah membuka aplikasi SIM RS di komputer yang akan disediakan disetiap nurse station yang ada di tiap ruangan rawat inap. Sebenarnya ini sudah diterapkan dibeberapa nurse station pada ruangan rawat inap, namun terjadi kendala dimana masih ada nurse station yang ruangannya belum mencukupi untuk penempatan komputer tersebut.

4. Disposisi

Disposisi atau sikap para pelaksana merupakan sikap penerima atau penolakan dari agen pelaksana kebijakan yang sangat mempengaruhi keberhasilan 24 atau kegagalan kebijakan publik. Dalam menimbulkan sikap menerima dari petugas SIM RS, dilakukan usaha untuk menambah kemampuan dan pemahaman petugas terhadap SIM RS, berdasarkan penuturuan seorang informan bahwa mereka telah mengadakan pelatihan yang dilakukan di awal aplikasi SIM RS dibuat. Pada pelatihan ini pihak rumah sakit mengadakan kerjasama dengan pihak programmer SIM RS dan akademisi yang berasal dari STIKOM. Pelatihan ini bertujuan agar petugas SIM RS lebih memahami bahwa SIM RS ini memang sangat diperlukan di rumah sakit karena kecepatan dan akurasi data itu sangatlah penting. Sebelum sistem terpasang, harus ada sumberdaya manusia yang dapat mendukung kerjanya sistem, keduanya harus secara bersamaan agar lebih dini dapat terlihat bukti kerjanya sistem SIM RS itu sendiri. Mengenai intensitas yang berupa sikap dari pelaksana SIM RS sendiri, informan mengungkapkan bahwa mereka melakukan evaluasi kerja grup secara harian, ke bagian pelayanan medis dalam mingguan dan ke pimpinan rumah sakit setiap 2 minggu. Jadi data tidak bisa ditunda untuk di input ke dalam sistem, karena status pasien itu terus berputar, tidak bisa terlalu lama berada di petugas SIM RS, karena status pasien sangat dibutuhkan untuk mencatat setiap perawatan yang diberikan kepada pasien. Kesalahan pada waktu pemasukan data itu sudah diperhitungkan sebelumnya, maka setiap petugas yang melakukan kelalaian terhadap tugasnya akan diberikan surat peringatan lalu teguran atau dipindahkan ke bagian lain. Dengan adanya SIM RS ini, berdasarkan penuturan seorang informan, petugas ruangan tidak perlu lagi menghubungi kepala ruangan untuk mengetahui keadaan ruangan yang kosong, petugas yang ada dipendaftaran dapat melihat langsung dalam sistem yang terkoneksi ke bagian pendaftaran rawat inap 25 dan IGD, hal ini tentu membuat kinerja lebih cepat dan pasien cepat tertolong. Hn al tersebut juga menjadi penilaian bagus atau tidaknya SIM RS, termasuk pasien yang mendapatkan informasi dengan jelas mengenai informasi yang jelas tentang keadaan penyakitnya.

B. Deskripsi Hasil Kuesioner

Peneliti telah menyajikan 15 pertanyaan kepada 30 orang responden yang berkaitan dengan Implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit SIM RS. Menurut penuturan dari seorang pembimbing peneliti selama di lokasi penelitan, bahwa kuesioner yang berkaitan dengan implementasi SIM RS adalah tentang administrasi dan pelayanan. Berikut adalah penyajian distribusi jawaban responden mengenai Implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit SIM RS. Tabel 5.6 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pelayanan Pada Saat Melakukan Pendaftaran Sebagai Pasien. Kategori Jawaban Jumlah Informan orang Persentase a. Sangat Baik 8 26,70 b. Baik 22 73,30 c. Kurang Baik - d. Tidak Baik - e. Sangat Tidak Baik - Tidak menjawab - Total 30 100,00 Sumber : Hasil Kuesioner 2015 26 Berdasarkan tabel diatas, diketahui sebanyak 8 orang 26,7 responden mengatakan sangat baik dan 22 orang 73,3 responden mengatakan baik. Hal ini menunjukaan bahwa pelayanan yang mereka terima pada saat melakukan pendaftaran sebagai pasien tidak mengalami proses yang berbelit-belit dan tidak menunggu lama untuk mendapatkan kepastian mengenai perawatan yang akan diterima selanjutnya. Tabel 5.7 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kesulitan Pada Proses Pendaftaran Pasien Di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam IBB Medan. Kategori Jawaban Jumlah Informan orang Persentase b. Sangat Mudah 7 23,30 c. Cukup Mudah 6 20,00 d. Mudah 17 56,70 e. Sulit - f. Sangat Sulit - Tidak menjawab - Total 30 100,00 Sumber : Hasil Kuesioner 2015 Sebanyak 7 orang 23,3 responden mengatakan Sangat Mudah, 6 orang 20 mengatakan cukup mudah dan 17 orang 56,7 mengatakan Mudah. Dimana berdasarkan pengakuan mereka, mereka mendapatkan pelayanan yang baik dan mendapatkan penanganan lebih lanjut dalam waktu yang cepat. 27 Tabel 5.8 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pengurusan Administrasi Di Rumah Sakit Seperti Registrasi Dan Apotek Kategori Jawaban Jumlah Informan orang Persentase a. Sangat Baik 7 23,30 b. Baik 22 73,40 c. Kurang Baik 1 3.30 d. Tidak Baik - e. Sangat Tidak Baik - Tidak menjawab - Total 30 100,00 Sumber : Hasil Kuesioner 2015 Sebanyak 7 orang 23,3 responden mengatakan sangat baik dan 22 orang 73,4 mengatakan Baik, dan 1 orang 3,3 mengatakan Kurang Baik. Sebagian besar responden mengatakan tidak menemukan adanya kesulitan yang berbelit-belit dalam pengurusan administrasi kedua hal tersebut. Dan 1 orang 3,3 responden mengatakan Kurang Baik karena responden tersebut mengaku tidak tahu sama sekali mengenai alurnya karena keluarga pasien yang mengurusnya. 28 Tabel 5.9 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Ketersediaan Peralatan Dan Fasilitas Kesehatan Di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam IBB Medan. Kategori Jawaban Jumlah Informan orang Persentase a. Sangat Lengkap 2 6,70 b. Cukup Lengkap 10 33,30 c. Lengkap 15 50,00 d. Kurang Lengkap 2 6,70 e. Tidak Lengkap - Tidak menjawab 1 3,30 Total 30 100,00 Sumber : Hasil Kuesioner 2015 Mengenai ketersediaan peralatan dan fasilitas kesehatan yang ada di Rumah Sakit, sebanyak 10 orang 33,3 responden mengatakan ketersediaan peralatan dan fasilitas kesehatan yang ada sudah Cukup Lengkap, sebanyak 15 orang 50 responden mengatakan Lengkap, 2 orang 6,7 responden mengatakan Sangat Lengkap dan 2 orang 6,7 mengatakan Kurang Lengkap. Responden yang menjawab Kurang Lengkap, menurut penuturan mereka hal tersebut dikarenakan pada saat itu pasien tidak mendapatkan ketersediaan pen sehingga harus mencari pen diluar rumah sakit. 29 Tabel 5.10 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Ketersediaan Obat- Obatan Yang Ada Di Apotek Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam IBB Medan. Kategori Jawaban Jumlah Informan orang Persentase a. Sangat Lengkap 4 13,30 b. Cukup Lengkap 11 36,70 c. Lengkap 14 46,70 d. Kurang Lengkap - e. Tidak Lengkap - Tidak menjawab 1 3,30 Total 30 100,00 Sumber : Hasil Kuesioner 2015 Responden sebagai seorang pasien yang sedang menjalani rawat inap di rumah sakit mengaku bahwa mereka sama sekali tidak pernah membeli obat dari luar apotek rumah sakit, mereka mengaku obat yang di resepkan dokter dan selalu mendapatkannya di apotek yang ada di rumah sakit, dan ini sangat membantu pasien dalam mengurangi biaya pengeluaran pembelian obat bagi pasien. Maka dari itu sebanyak 4 orang 13,3 mengatakan Sangat Lengkap, 11 orang 36,7 mengatakan Cukup Lengkap dan 14 orang 46,7 mengatakan Lengkap. Namun 1 orang 3,3 Tidak Menjawab, hal ini tentu sangat disayangkan oleh peneliti. 30 Tabel 5.11 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kecepatan Pelayanan Yang Diberikan Pada Saat Diputuskan Untuk Menjalani Rawat Inap. Kategori Jawaban Jumlah Informan orang Persentase a. Sangat Cepat 5 16,70 b. Cukup Cepat 7 23,30 c. Cepat 17 56,70 d. Lambat - e. Sangat Lambat - Tidak menjawab 1 3,30 Total 30 100,00 Sumber : Hasil Kuesioner 2015 Sebanyak 5 orang 16,7 responden mengatakan Sangat Cepat, 7 orang 23,3 responden menagatakan Cukup Cepat dan 17 orang 56,7 mengakatan Cepat dan seorang 3,3 Tidak Menjawab. Sebagian besar pasien mengaku bahwa sejak pertama kali penerimaan pasien di Instalasi Gawat Darurat IGD, mereka mengaku tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan instruksi rawat inap dan pelayanan yang diberikan untuk perawatan selanjutnya pun dirasa mereka sangat cepat. Menurut penuturan mereka bahwa dalam waktu tidak lebih dari setengah jam, mereka sudah mendapatkan kepastian mengenai ruangan perawatan selama menjalani rawat inap. 31 Tabel 5.12 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Informasi Yang Diberikan Pada Saat Sebelum Ataupun Sesudah Pelayanan Diberikan. Kategori Jawaban Jumlah Informan orang Persentase a. Sangat Baik 5 16,70 b. Baik 24 80,00 c. Kurang Baik - d. Tidak Baik - e. Sangat Tidak Baik - Tidak menjawab 1 3,30 Total 30 100,00 Sumber : Hasil Kuesioner 2015 Apabila ada perawatan yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan dan akan diberikan kepada mereka, responden selama menjadi pasien mengaku mereka menerima informasi dengan sangat baik pada saat sebelum ataupun sesudah pelayanan tersebut diberikan oleh petugas kesehatan yang ada, oleh karena itu 5 orang 16,7 responden menjawab Sangat Baik dan 24 orang 80 mengatakan Baik dan 1 orang 3,3 Tidak Menjawab. 32 Tabel 5.13 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kedisiplinan Para Perawat Yang Melayani. Kategori Jawaban Jumlah Informan orang Persentase a. Sangat Disiplin 4 13,30 b. Disiplin 22 73,40 c. Kurang Disiplin 4 13,30 d. Tidak Disiplin - e. Sangat Tidak Disiplin - Tidak menjawab - Total 30 100,00 Sumber : Hasil Kuesioner 2015 Sebanyak 4 orang 13,3 mangatakan kedisiplinan perawat Sangat Disiplin dan 22 orang 73,4 mengatakan Disiplin. Sedangkan 4 orang 13,3 mengatakan Kurang Disiplin. Sebagian responden merasa sangat senang dengan pelayanan yang diberikan oleh perawat, sebagian lagi menjawab Kurang Disiplin karena menurut mereka, perawat kurang memperhatikan ketersediaan infus mereka, pasien harus mengingati perawat mengenai infus tersebut. Dan juga menurut penuturan mereka ada perawat yang tidak ramah dan melakukan perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan kepada pasien pada saat pasien tersebut yang mengeluh mengenai pemindahan ruangan. 33 Tabel 5.14 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pelayanan Administrasi Yang Diterima Tidak Berbelit-Belit Dan Menyulitkan. Kategori Jawaban Jumlah Informan orang Persentase a. Sangat Mudah 4 13,30 b. Cukup Mudah 8 26,70 c. Mudah 18 60,00 d. Sulit - e. Sangat Sulit - Tidak menjawab - Total 30 100,00 Sumber : Hasil Kuesioner 2015 Sebanyak 18 orang 60 mengatakan Mudah, 8 orang 26,7 mengatakan Cukup Mudah dan 4 orang lainnya 13,3 mengatakan Sangat Mudah dalam pengurusan pelayanan adminsitrasi yang ada. Tidak ada kesulitan yang dirasakan mereka dan tidak ada prosedur yang berbelit-belit mengenai pengurusan dalam hal administrasi. 34 Tabel 5.15 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pemahaman Peraturan Keuangan Sebelum Masuk Ruang Perawatan. Kategori Jawaban Jumlah Informan orang Persentase a. Sangat Tidak Paham 6 20,00 b. Tidak Paham 7 23,30 c. Cukup Paham 14 46,70 d. Paham 3 10,00 e. Sangat paham - Tidak menjawab - Total 30 100,00 Sumber : Hasil Kuesioner 2015 Sebanyak 14 orang 46,6 mengatakan cukup paham sementara 3 orang 10 mengatakan paham dan 7 orang 23,3 mengatakan tidak paham dan 6 orang 20 mengatakan sangat tidak paham. Responden yang menjawan Paham dan Cukup Paham, dikatakan mereka sendiri karena mereka menggunakan jaminas sosial BPJS, mereka telah mengetahui sebelumnya bahwa dengan BPJS mereka tidak mendapat pungutan biaya sama sekali, mulai dari dari perawatan hinggan ke persediaan obat-obatan. Karena sebagian besar pasien yang ada di Rumah Sakit Tingkat II Kesdam IBB Medan adalah pasien peserta BPJS. Sedangkan responden yang menajwab Tidak Paham dan Sangat Tidak Paham, mereka belum memahami dan belum mengetahui dengan pasti mengenai prosedur dalam menggunakan BPJS, mereka tidak mengetahui apabila nanti diakhir 35 menjelang pulang akan dikenakan atau tidak walaupun sudah menjadi peserta BPJS. Tabel 5.16 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kecepatan Dan Ketepatan Pelayanan Yang Diberikan Selama Dirawat. Kategori Jawaban Jumlah Informan orang Persentase a. Sangat Baik - b. Baik 29 96,70 c. Kurang Baik 1 3,30 d. Tidak Baik - e. Sangat Tidak Baik - Tidak menjawab - Total 30 100,00 Sumber : Hasil Kuesioner 2015 Sebanyak 29 orang 96,7 mengatakan Baik dan 1 orang 3,3 mengatakan Kurang Baik. Berdasarka penuturan mereka, mereka merasa sangat puas dengan pelayanan yang diberikan kepada mereka selama mereka dirawat inap. Tidak adanya keslahan dalam diagnosa yang mereka alami. Bahkan ada yang beberapa dari respnden mengatakan bahwa Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam IBB Medan adalah terbaik dikelas Rumah Sakit Umum Pemerintah. Bahkan ada yang sudah menjadi pelanggan setia, tidak hanya ketika pasien tersebut sakit tetapi juga dia membawa kerabat-kerabatnya yang apabila mengalami sakit yang cukup parah ke Rumah Sakit ini. Ini menunjukkan bahwa 36 pelayanan yang telah diberikan oleh Rumah Sakit selama ini sangat diekanl baik di masyarakat dan ini meningkatkan citra rumah sakit sendiri di kalangan masyarakat, tidak hanya dari masyarakat umum tetapi juga yang merupakan anggota TNIPNS beserta keluarga. Tabel 5.17 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Tenaga Medis Yang Ada Telah Mengetahui Catatan Medis Pasien Sebelumnya. Kategori Jawaban Jumlah Informan orang Persentase a. Sangat Baik 3 10,00 b. Baik 25 83,40 c. Kurang Baik 1 3,30 d. Tidak Baik - e. Sangat Tidak Baik - Tidak menjawab 1 3,30 Total 30 100,00 Sumber : Hasil Kuesioner 2015 Ada 3 orang 3,3 mengatakan Sangat Baik, 25 orang 83,4 mengatakan Baik dan selebihnya 1 orang 3,3 mengatakan Kurang Baik dan 1 orang 3,3 Tidak Menjawab. Menurut penuturan mereka mengenai tenaga medis yang ada telah sangat baik, memahami dan mengetahui riwayat penyakit dan perawatan medis yang telah diberikan atau yang akan diberikan. Menurut 37 mereka para tenaga medis ini mengetahui dengan benar mengenai perawatan medis yang telah diinstruksikan dokter untuk pasien tersebut. Tabel 5.18 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Transparansi Biaya, Menjelaskan Perihal Biaya Yang Dikenakan Ke Pasien Secara Rinci. Kategori Jawaban Jumlah Informan orang Persentase a. Sangat Baik 3 10,00 b. Baik 21 70,00 c. Kurang Baik - d. Tidak Baik - e. Sangat Tidak Baik - Tidak menjawab 6 20,00 Total 30 100,00 Sumber : Hasil Kuesioner 2015 Pasien yang menjadi responden, sebagian besar adalah peserta BPJS. Dari penuturan mereka, peneliti menyimpulkan bahwa jika ada pemungutan biaya, pasien mengakui akan mendapatkan rincian biaya tersebut. Dan pasien yang merupakan pasien umum, mereka merasa tidak dirugikan dalam hal pembiayaan, karena pihak rumah sakit akan memberikan rincian mengenai pembiayaan secara jelas kepada mereka. Maka dari itu sebanyak 3 orang 10 menjawab Sangat Baik, sebanyak 21 orang 70 mengatakan Baik dan selebihnya 6 orang 20 Tidak Menjawab. 38 Tabel 5.19 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Cara Pembayaran Biaya Perawatan Selama Dirawat. Kategori Jawaban Jumlah Informan orang Persentase a. Sangat Mudah 4 13,30 b. Cukup Mudah 19 63,30 c. Mudah 2 6,70 d. Sulit - e. Sangat Sulit - Tidak menjawab 5 16,70 Total 30 100,00 Sumber : Hasil Kuesioner 2015 Sebanyak 4 orang 13,3 menjawab Sangat Mudah dan 19 orang 63,3 menjawab Cukup Mudah dan 2 orang 6,7 menjawab Mudah, sementara 5 orang 16,7 Tidak Menjawab. Sebagai pasien dan menjadi peserta BPJS mererka mengatakan tidak ada kesulitan dalam hal pembayaran. Ketika akan pulang mereka akan menunggu petugas kesehatan mengembalikan surat rujukan mereka. Sebagian besar dari responden yang merupakan pasien peserta BPJS tidak mengalami adanya pungutan biayan tambahan selama dalam perawatan. 39 Tabel 5.18 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Penyelesaian Administrasi Selama Dirawat Hingga Menjelang Pulang. Kategori Jawaban Jumlah Informan orang Persentase a. Sangat Baik 7 23,30 b. Baik 22 73,40 c. Kurang Baik - d. Tidak Baik - e. Sangat Tidak Baik - Tidak menjawab 1 3,30 Total 30 100,00 Sumber : Hasil Kuesioner 2015 Sebanyak 7 orang 23,3 menjawab Sangat Baik dan 22 orang 73,4 mengatakan Baik. Dari penuturan mereka, berdasarkan pengalaman yang pernah mereka alami sendiri sebelumnya maupun mengetahu dari oranglain, pengurusan administrasi yang ada di rumah sakit dari awal mereka masuk hingga menjelang pulang tidak pernah merasakan kesulitan dan bahkan termasuk mudah. Tidak ada juga dari mereka yang merasa pernah ditelantarkan oleh pihak rumah sakit. Sementara 1 orang 3,3 responden Tidak Menjawab, karena saat itu merupakan pengalaman pertama dirawat inap di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam IBB Medan dan tidak mengetahui bagaimana prosedur admisinistrasi hingga saat menjelang pulang, dia hanya mengetahui bahwa administrasi yang dirasakan diawal masuk cukup mudah, maka responden tersebut tidak menjawab. 40

5.2 Data Sekunder