Implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (Sim Rs) Dalam Pemenuhan Pelayan Kesehatan

(1)

1 IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT

(SIM RS) DALAM PEMENUHAN PELAYANAN KESEHATAN (Studi pada Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara

Oleh :

HANINDHITA SANDHYA 110903012

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

2 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh :

Nama : HANINDHITA SANDHYA

Nim : 110903012

Departemen : ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Judul : IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

RUMAH SAKIT (SIM RS) DALAM PEMENUHAN PELAYANAN KESEHATAN (Studi pada Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan)

Medan, Maret 2015

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Ilmu Administrasi Negara

Drs. M. Ridwan Rangkuti, M.S Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.Si NIP : 196110041986011001 NIP : 196401081991021001

Dekan,

FISIP USU MEDAN

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si NIP : 196805251992031002


(3)

3 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan panitia penguji skripsi Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara oleh :

Nama : HANINDHITA SANDHYA NIM : 110903012

Departemen : ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Judul : IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

(SIM RS) DALAM PEMENUHAN PELAYANAN

KESEHATAN (Studi pada Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan)

Yang dilaksanakan pada : Hari :

Tanggal : Pukul : Tempat :

Panitia Penguji

Ketua : ( ... ) Anggota I : ( ... ) Anggota II : ( ... )


(4)

4 KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. Atas nikmat dan karuania-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Strata 1 (S1) di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “IMPLEMENTASI SISTEM

INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT (SIM RS) DALAM

PEMENUHAN PELAYAN KESEHATAN”.

Terkhusus dan teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta, Markam Edy Nurcahyo dan Tafipawati, SE. Cinta, doa dan kasih sayang yang diberikan selalu menyertai dan menjadi penyemangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Tak ada yang dapat menggantikan semuanya kecuali doa yang penulis panjatkan kepada Allah swt. memberikan kesehatan dan umur yang panjang kepada kedua orang tua penulis, agar kelak penulis bisa memberikan yang terbaik untuk mereka.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak-pihak yang telah meluangkan waktu dan memberikan dukungan yang tiada henti sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Ucapan terima kasih penulis sampaiakan kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(5)

5 3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Ridwan Rangkuti, M.S selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingannya kepada penulis dan telah bersedia meluangkan waktunya bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs. Kariono, M.Si selaku Dosen Penguji skripsi penelitian peneliti. 6. Kepada seluruh Staf Pegawai Administrasi yang ada di Departemen

Administrasi Negara khususnya buat Kak Mega dan Kak Dian, yang telah membantu urusan administratif selama proses perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak/Ibu Staf Pengajar FISIP USU yang telah berjasa dalam memberikan banyak bekal ilmu pengetahuan, bimbingan serta arahan kepada penulis selama penulis menimba ilmu pengetahuan di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

8. Ibu Drg. Trisna Prihatin selaku Kepala Seksi Pelayanan Medis yang telah meluangkan waktu sebagai informan dan banyak membantu dan memudahkan penulis dalam melaksanakan penelitian di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

9. Bapak Letkol Ckm. Suhartono selaku Kepala Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi informan dalam penelitian ini serta memberikan bimbingan dan nasehat kepada penulis.


(6)

6 10. Ibu Sri Ermi, Ibu Deny dan Seluruh staf Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian dan pengumpulan data.

11. Seluruh keluarga dan adik kandung penulis Dhanas Chandra Dwi Ariesta, terimakasih untuk doa dan dukungan kalian semua kepada penulis selama perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

12. Kepada kawan-kawan sekelompok magang di Desa Indra Yaman Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara – Sumatera Utara yakni Adynda Fathia, Sheila Ramani, Dewi Anggiati, Depi Dahniar, Novita Olivia, Erlita Sinaga, Josua Sitinjak, Felix G. Samosir, Sampai Anugrah, Daniel Simangunsong dan Khainur Rahman, kalian luar biasa, terima kasih. 13. Fadhilla Dzikra terimakasih untuk persahabatan kita dari awal pendaftaran

ulang kuliah sampai penelitian, semoga selamanya kita tetap bersahabat. Kepada Beby Yunita, Dian Andrian serta Teman-teman Departemen Ilmu Administrasi Negara angkatan 2011. Terimakasih sudah berbagi cerita selama ini dan semoga kita tetap kompak dan solid.

14. Kepada sahabat penulis Debby Kartika, Adenovina, Indhy Fitriyani dan Dika Pratiwi. Terimakasih atas dukungan semangat dan nasehat motivasi dari kalian selama ini. Semoga kita semakin kompak.

15. Kepada Seluruh teman-teman PPG Muda-Mudi Medan Barat, Alhamdulillahi jazakumullahu khoiro untuk doa dan dukungan kalian semua kepada penulis agar bisa menyelesaikan skripsi ini secepatnya.


(7)

7 Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, baik itu dari permasalahan penulisan redaksi maupun dari substansi penulisan. Hal ini karena penulis masih dalam tahap pembelajaran dan peningkatan pengetahuan serta keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini selanjutnya. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Medan, April 2015 Penulis

HANINDHITA SANDHYA


(8)

8 DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... viii DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Fokus Masalah ... 9

I.3. Rumusan Masalah ... 9

I.4. Tujuan Penelitian ... 9

I.5. Manfaat Penelitian ... 10

I.6. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Kebijakan Publik ... 12

2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik ... 12

2.1.2 Proses Kebijakan Publik ... 13

2.2 Implementasi Kebijakan ... 15

2.2.1 Teori Implementasi Kebijakan ... 16

2.2.2 Model Implementasi Yang Digunakan ... 23

2.3 Penelitian Terdahulu ... 25

2.4 Pelayanan Kesehatan ... 30

2.4.1 Bentuk Pelayanan Kesehatan ... 32

2.4.2 Asas Pelayanan Kesehatan ... 33

2.4.3 Rumah Sakit ... 34

2.4.4 Instalasi Rawat Inap ... 39 viii


(9)

9

2.5 Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) ... 39

2.5.1 Sistem Informasi Manajemen ... 39

2.5.1 Sistem Informasi Rumah Sakit ... 41

2.5.3 Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) ... 41

2.6 Definisi Konsep ... 47

2.7 Defenisi Operasional ... 49

BAB III METODE PENELITIAN ... 51

3.1. Bentuk Penelitian ... 51

3.2. Lokasi Penelitian ... 51

3.3. Informan Penelitian ... 52

3.4 Populasi dan Sampel ... 52

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 53

3.6. Teknik Analisis Data ... 54

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 56

4.1 Sejarah Singkat Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan ... 56

4.2 Letak Gografis Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan ... 58

4.3 Tugas dan Kewajiban Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan ... 58

4.4 Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan ... 59

4.5 Struktur Organisasi Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan ... 59

4.6 Jenis Pelayanan Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan ... 62

4.7 Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan ... 65

4.8 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... 66

BAB V PENYAJIAN HASIL PENELITIAN ... 70

5.1 Data Primer ... 70 ix


(10)

10

5.1.1 Karakteristik Informan ... 71

5.1.2 Karakteristik Responden ... 72

5.1.3 Data Hasil Penelitian ... 75

5.2 Data Sekunder ... 102

BAB VI ANALISIS DATA ... 129

6.1 Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit ... (SIM RS) ... 130

6.2 Analisis Hubungan antar Variabel ... 153

BAB VII PENUTUP ... 158

7.1 Kesimpulan ... 158

7.2 Saran ... 161

DAFTAR PUSTAKA ... 163

LAMPIRAN ... 168


(11)

11 DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Ruangan Rawat Inap ... 63

Tabel 5.1 Identitas Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 72

Tabel 5.4 Identitas Responden Berdasarkan Usia ... 73

Tabel 5.4 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan ... 73

Tabel 5.3 Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 74

Tabel 5.5 Identitas Responden Berdasarkan Lama Dirawat ... 75

Tabel 5.6 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pelayanan Pada Saat Melakukan Pendaftaran Sebagai Pasien ... 87

Tabel 5.7 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kesulitan Pada Proses Pendaftaran Pasien Di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan ... 88

Tabel 5.8 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pengurusan Administrasi Di Rumah Sakit (Seperti Registrasi Dan Apotek) ... 89

Tabel 5.9 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Ketersediaan Peralatan Dan Fasilitas Kesehatan Di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan ... 90

Tabel 5.10 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Ketersediaan Obat - Obatan Yang Ada Di Apotek Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan ... 91

Tabel 5.11 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kecepatan Pelayanan Yang Diberikan Pada Saat Diputuskan Untuk Menjalani Rawat Inap ... 92

Tabel 5.12 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Informasi Yang Diberikan Pada Saat Sebelum Ataupun Sesudah Pelayanan Diberikan ... 93

Tabel 5.13 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kedisiplinan Para Perawat Yang Melayani ... 94

Tabel 5.14 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pelayanan Administrasi Yang Diterima Tidak Berbelit-Belit Dan Menyulitkan ... 95


(12)

12 Tabel 5.15 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pemahaman

Peraturan Keuangan Sebelum Masuk Ruang Perawatan ... 96 Tabel 5.16 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kecepatan

Dan Ketepatan Pelayanan Yang Diberikan Selama Dirawat ... 97 Tabel 5.17 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Tenaga

Medis Yang Ada Telah Mengetahui Catatan Medis

Pasien Sebelumnya ... 98 Tabel 5.18 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Transparansi

Biaya, Menjelaskan Perihal Biaya Yang Dikenakan Ke Pasien Secara Rinci ... 99 Tabel 5.19 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Cara Pembayaran

Biaya Perawatan Selama Dirawat ... 100 Tabel 5.18 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Penyelesaian

Administrasi Selama Dirawat Hingga Menjelang Pulang ... 101 Tabel 5.19 Jumlah Petugas SIM RS di Rumah Sakit Tingkat II Putri ... 105


(13)

13 DAFTAR GAMBAR

Gambar2.1 Proses Kebijakan Publik ... 14

Gambar 2.Model Implementasi George C. Edwards III ... 19

Gambar 2.3 Model Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn ... 21

Gambar 2.4 Implementasi kebijakan Menurut Grindle ... 23

Gambar 2.5 Bentuk dasar sistem ... 40

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan Hijau Kesdam I/BB Medan ... 61

Gambar 5.1Daftar Rawat Inap / IGD ... 111

Gambar 5.2 Output Daftar Rawat Inap / IGD ... 112

Gambar 5.3Daftar Rawat Jalan ... 113

Gambar 5.4Pindah Ruang Rawat Inap ... 115

Gambar 5.5Input Jasa Rawat Inap ... 116

Gambar 5.6Home Laboratorium ... 116

Gambar 5.7Jasa Laboratorium ... 117

Gambar 5.8Home Radiologi ... 118

Gambar 5.9 Jasa Radiologi ... 119

Gambar 5.10 Penjualan Obat Rawat Inap ... 120

Gambar 5.11 Manajemen Obat (Farmasi) ... 121

Gambar 5.12 Pasien Pulang Rawat Inap ... 123

Gambar 5.13Billing Pasien Rawat Inap ... 124

Gambar 5.14 Jaringan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau – INFODATA ... 126


(14)

14 DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Judul Skripsi Lampiran 2 : Surat Penunjukan Dosen Pembimbing Lampiran 3 : Jadwal Seminar Proposal Penelitian Lampiran 4 : Undangan Seminar Proposal Penelitian

Lampiran 5 : Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Penelitian Lampiran 6 : Berita Acara Seminar Proposal Penelitian

Lampiran 7 : Surat Izin Permohonan Penelitian dari FISIP USU

Lampiran 8 : Surat Izin Melakukan Penelitian dari Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

Lampiran 9 : Surat Izin Selesai Penelitian dari Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

Lampiran 10 : Daftar Pertanyaan Wawancara Lampiran 11 : Transkrip Wawancara

Lampiran 12 : Daftar Kuesioner

Lampiran 13 : Jawaban Kuesioner dari Pasien

Lampiran 14 : PERMENKES No. 82 Tahun 2013 Tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS)

Lampiran 15 : Keputusan Kepala Rumkit TK.II Putri Hijau No: SK/MKI/10/12/2014 tentang Kebijakan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

Lampiran 16 : Dokumentasi Penelitian


(15)

15 ABSTRAK

Implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) Dalam Pemenuhan Pelayanan Kesehatan (Studi pada Rumah Sakit Tingkat II

Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan) Nama : Hanindhita Sandhya

NIM : 110903012

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Universitas Sumatera Utara) Dosen Pembimbing : Drs. M. Ridwan Rangkuti, M.S

Meningkatnya kebutuhan akan pengolahan informasi yang efisien, efektif dan akuntabel, dibutuhkan sarana berupa sistem informasi. Sistem Informasi dapat dimanfaatkan juga untuk membantu dalam memperlancar dan mempermudah pembentukan kebijakan dalam meningkatkan sistem pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang penyelenggaraan Rumah Sakit di Indonesia. Atas dasar inilah Kementerian Kesehatan mengeluarkan kebijakan mengenai kewajiban penyelenggaraan SIM RS disetiap Rumah Sakit melalui Permenkes No.82 Tahun 2013 tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaiamana pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan dalam pemenuhan pelayanan kesehatan terutama pada instalasi rawat inap, agar ditemukan sejauh mana dan hambatan apa saja yang ada pada pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan eksplanatif, yakni bertujuan untuk menjelaskan dua atau lebih variabel. Variabel tersebut yakni 4 variabel implementasi kebijakan George C. Edward III, yakni komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan struktur birokrasi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan penyebaran kuesioner kepada 30 orang pasien yang sedang menjalani rawat inap.

Implementasi SIM RS di seluruh rumah sakit di Indonesia, berkendala pada sumberdaya baik itu manusia maupun fasilitas. Namun, Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan selangkah lebih maju, pihak rumah sakit telah mengadakan pelatihan dan pendidikan terhadap penggunaan sistem sebelum sistem tersebut dipasang. Mengingat Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB merupakan rumah sakit pemerintah yang berada dibawah pengelolaan TNI-AD, nilai-nilai kedisplinan yang dijunjung dalam TNI-AD tercermin dari pelayanan kesehatan yang diberikan, begitu juga dalam pemilihan vendor aplikasi SIM RS, pihak rumah sakit memilih yang dapat mengakomodir kebutuhan mereka.

___________________________

Keywords : Implementasi Kebijakan, Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS), Pelayanan Kesehatan, Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan


(16)

15 ABSTRAK

Implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) Dalam Pemenuhan Pelayanan Kesehatan (Studi pada Rumah Sakit Tingkat II

Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan) Nama : Hanindhita Sandhya

NIM : 110903012

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Universitas Sumatera Utara) Dosen Pembimbing : Drs. M. Ridwan Rangkuti, M.S

Meningkatnya kebutuhan akan pengolahan informasi yang efisien, efektif dan akuntabel, dibutuhkan sarana berupa sistem informasi. Sistem Informasi dapat dimanfaatkan juga untuk membantu dalam memperlancar dan mempermudah pembentukan kebijakan dalam meningkatkan sistem pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang penyelenggaraan Rumah Sakit di Indonesia. Atas dasar inilah Kementerian Kesehatan mengeluarkan kebijakan mengenai kewajiban penyelenggaraan SIM RS disetiap Rumah Sakit melalui Permenkes No.82 Tahun 2013 tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaiamana pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan dalam pemenuhan pelayanan kesehatan terutama pada instalasi rawat inap, agar ditemukan sejauh mana dan hambatan apa saja yang ada pada pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan eksplanatif, yakni bertujuan untuk menjelaskan dua atau lebih variabel. Variabel tersebut yakni 4 variabel implementasi kebijakan George C. Edward III, yakni komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan struktur birokrasi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan penyebaran kuesioner kepada 30 orang pasien yang sedang menjalani rawat inap.

Implementasi SIM RS di seluruh rumah sakit di Indonesia, berkendala pada sumberdaya baik itu manusia maupun fasilitas. Namun, Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan selangkah lebih maju, pihak rumah sakit telah mengadakan pelatihan dan pendidikan terhadap penggunaan sistem sebelum sistem tersebut dipasang. Mengingat Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB merupakan rumah sakit pemerintah yang berada dibawah pengelolaan TNI-AD, nilai-nilai kedisplinan yang dijunjung dalam TNI-AD tercermin dari pelayanan kesehatan yang diberikan, begitu juga dalam pemilihan vendor aplikasi SIM RS, pihak rumah sakit memilih yang dapat mengakomodir kebutuhan mereka.

___________________________

Keywords : Implementasi Kebijakan, Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS), Pelayanan Kesehatan, Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan


(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional yang diselenggarakan pada semua bidang kehidupan. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Dimana kita ketahui bahwa, salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangsa, yang berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia, yakni selain pangan, sandang, pangan, pendidikan, lapangan kerja dan ketentraman hidup, ada juga yaitu kesehatan. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk merupakan tujuan pembangunan kesehatan dan juga menjadi tanggung jawab seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal. Dengan demikian, pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang pada gilirannya mendukung percepatan pencapaian sasaran pembangunan nasional.

Dalam hal pembangunan kesehatan, sudah menjadi tanggung jawab Pemerintah dalam merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan


(18)

2 mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Upaya Kesehatan diselenggarakan dalam bentuk pencegahan penyakit (preventif), peningkatan kesehatan (promotif), pengobatan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk rumah sakit. Karena, rumah sakit merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien.

Berdasarkan SK Kasad Nomor: Skep/189/IV/2000, Rumah sakit TNI adalah sebuah lembaga kesehatan Tentara Nasional Indonesia yang memiliki organisasi, staf dan fasilitas medis yang tetap dan dapat memberikan pelayanan kesehatan di bidang preventif, kuratif dan rehabilitatif medis terbatas kepada anggota TNI dan PNS beserta keluarganya. Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau Medan merupakan Rumah Sakit diwilayah kerja Kodam I/BB dengan susunan Organisasi telah ditetapkan berdasarkan SK Kasad Nomor Skep/69/XII/2004 tentang organisasi dan tugas Kesdam I/BB termasuk Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau dan termasuk ke dalam kalsifikasi Rumah Sakit kelas B. Rumah sakit ini termasuk besar dimana memiliki kapasitas tempat tidur pada ruang rawat inap sebanyak 226 tempat tidur. Dokter yang melayani di rumah sakit ini juga terhitung banyak dari rata-rata jumlah dokter dirumah sakit yang ada di Sumatera Utara, yakni 70 dokter dengan 26 diantaranya adalah Dokter Umum dan sebanyak 44 orang adalah Dokter Spesialis. Pelayanan yang tersedia terdiri dari Departemen Bedah, Gawat darurat dan Anestesi, Departemen Obsteri dan Ginekologi, Ilmu Kesehatan Anak,


(19)

3 Departemen Penyakit Dalam, Jantung dan Paru-paru, Departemen Mata, THT dan Kulit, Departemen Gigi dan Mulut, Departemen Penyakit Syaraf dan Jiwa dan penunjang medis lainnya.

Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang profesional yang semakin hari semakin tinggi. Namun ada kesulitan yang dialami sama seperti Rumah Sakit lainnya di Indonesia, kesulitan itu antara lain adalah dalam pengelolaan informasi baik untuk kebutuhan internal maupun eksternal, sehingga perlu diupayakan peningkatan pengelolaan informasi yang efisien, cepat, mudah, akurat, murah, aman, terpadu dan akuntabel.

Meningkatnya kebutuhan akan pengolahan informasi yang efisien, efektif dan akuntabel, dibutuhkan sarana berupa sistem informasi. Pesatnya kemajuan teknologi di bidang informasi telah melahirkan perubahan tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam kaitan ini, peran dan fungsi pelayanan data dan informasi yang dilaksanakan oleh Rumah Sakit sebagai salah satu unit kerja pengelola data dan Informasi, dituntut untuk mampu melakukan berbagai penyesuaian dan perubahan. Salah satu bentuk penerapannya melalui sistem pelayanan dengan memanfaatkan teknologi informasi melalui penggunaan Sistem Informasi berbasis komputer.

Sistem Informasi dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pelayanan data dan informasi dengan lebih produktif, transparan, tertib, cepat, mudah, akurat, terpadu, aman dan efisien, khususnya membantu dalam memperlancar dan mempermudah pembentukan kebijakan dalam meningkatkan sistem pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang penyelenggaraan Rumah Sakit di Indonesia. Banyak Rumah Sakit yang telah berupaya untuk membangun dan mengembangkan sistem


(20)

4 informasi, namun sebagian mengalami kegagalan, dan sebagian Rumah Sakit memilih untuk melakukan kerja sama operasional (outsourcing) dengan biaya yang relatif besar yang pada akhirnya ikut membebani biaya kesehatan bagi pasien masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut di atas, Direktorat Jenderal yang menyelenggarakan urusan di bidang Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan memandang perlunya membangun kerangka acuan kerja (framework) dan perangkat lunak (software) aplikasi sistem informasi Rumah Sakit yang bersifat sumber terbuka umum (open source generic) untuk Rumah Sakit di Indonesia. Yang berwujud dalam Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) dan merupakan suatu sistem teknologi informasi komunikasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan Rumah Sakit dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk memperoleh informasi secara tepat dan akurat, dan merupakan bagian dari Sistem Informasi Kesehatan, yakni seperangkat tatanan yang meliputi data, informasi, indikator, prosedur, teknologi, perangkat, dan sumber daya manusia yang saling berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan tindakan atau keputusan yang berguna dalam mendukung pembangunan kesehatan.

Sesuai dengan yang diamanahkan pada PERMENKES no.82 tahun 2013, setiap Rumah Sakit wajib melakukan penerapan dan pengembangan SIM RS. SIM RS yang ada harus dapat berinteraksi dengan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah, serta aplikasi lainnya yang merupakan bagian dari Sistem Informasi Kesehatan, yang dilaksanakan dalam bentuk kemampuan komunikasi data dengan:


(21)

5 a. Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK

BMN)

b. Pelaporan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) c. Indonesia Case Base Group’s(INACBG’s) d. aplikasi lain yang dikembangkan oleh Pemerintah

e. sistem informasi manajemen fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

Penerapan SIMRS meliputi seluruh komponen kegiatan rumah sakit, mulai dari pelayanan utama sampai pelayanan administrasi yang ada pada Rumah Sakit. Yang dimaksud pelayanan utama pada Rumah Sakit meliputi proses pendaftaran, proses rawat (jalan dan inap) dan proses pulang. Sedangkan pelayanan administrasi meliputi perencanaan, pembelian/pengadaan, pemeliharaan stok/inventory, pengelolaan aset, pengelolaan sumberdaya manusia, pengelolaan uang (hutang, piutang, kas, buku besar dan lainnya).

Di Kota Medan sendiri, terdapat banyak rumah sakit yang telah menerapkan SIMRS, diantaranya adalah Rumah Sakit TK II Kesdam-1 / BB, Rumah Sakit Dr. GL Tobing, Rumah Sakit Dr. Abdul Malik Lanud, Rumah Sakit Dewi Maya, Rumah Sakit Bersalin Chandra, Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Zahara Rumah Sakit Bina Sejahtera, Rumah Sakit Umum Bina Persada, Rumah Sakit Jiwa Bina Atma, Rumah Sakit Bhakti, Rumah Sakit Murni Teguh Memorial Hospital, Rumah Sakit Bersalin Klinik Umum Milala, Rumah Sakit Bunda Thamrin, Rumah Sakit Nur Sa’adah, Rumah Sakit Advent , Rumah Sakit Umum Tembakau Deli, Rumah Sakit Umum Siti Hajar , Rumah Sakit Umum Sari Mutiara, Rumah Sakit Umum Sarah, Rumah Sakit Santa Elisabeth, Rumah Sakit Umum Permata Bunda, Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi, Rumah Sakit Adenin


(22)

6 Adenan, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Rumah Sakit Martha Friska dan Medan Eye Center.

Begitu banyaknya rumah sakit dikota Medan yang telah menerapkan pelaksanaan SIM RS, namun tidak sedikit dari rumah sakit tersebut mendapatkan kendala atau hambatan dalam pelakasanaan SIM RS. Hal ini terlihat dari hasil beberapa penelitian yang dilakukan, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Julia Megawarni (2013) dalam Skripsinya yang berjudul Pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) di Rumah Sakit Martha Friska Multatuli Medan mengemukakan bahwa adapun hambatan umum yang ada pada pelaksanaan SIM RS adalah sebagai berikut :

a. Kekurangan pada SDM adalah masih kurangnya keahlian operator SIMRS. b. Kekurangan pada hardware adalah lambatnya cara kerja dari komputer.

c. Kekurangan pada software adalah tidak adanya pembaharuan program secara berkala.

d. Keterbatasan teknis lainnya seperti kurangnya kestabilan voltase listrik dan sering adanya pemadaman aliran listrik.

Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Rara Syafara (2009) dalam Skripsinya yang berjudul hambatan dalam pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) di RSU Dr. Pirngadi Medan, hambatan yang ada selain yang disebutkan diatas adalah pada data, dimana pengaksesan data yang dilakukan operator di unit terkait SIMRS sebagian besar tidak lengkap. Pelaksanaan SIMRS di RSU Dr. Pirngadi Medan sejauh ini cenderung dimanfaatkan untuk mempermudah pentransferan data yang terbatas pada instalasi rawat jalan saja.


(23)

7 Ternyata tidak hanya rumah sakit yang ada dikota Medan saja yang masih memiliki kendala, pelaksanaan SIM RS di rumah sakit yang ada diluar kota Medan juga masih terdapat kendala, yakni terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh Titania (2012) dalam skripsinya yang berjudul evaluasi sistem informasi manajemen di bagian rawat jalan rumah sakit Bhakti Yudha Depok, permasalahan yang diungkapkannya adalah apabila terjadi kendala yang tidak umum pada berjalannya sistem aplikasi, pihak operator SIM RS tidak dapat melakukan perbaikan karena tidak menemukan sumber kode (source code) sistem pada aplikasi tersebut hal ini dikarenakan pihak vendor tidak memberikan source code tersebut.

Dari beberapa hasil penelitian tersebutm ternyata pelaksanaan SIM RS di rumah sakit yang ada di Indonesia memang masih belum maksimal, maka dari itu peneliti memilih untuk melakukan peneltian mengenai SIM RS disalah satu rumah sakit milik TNI-AD yang ada dikota Medan yakni Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan. Pada Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan, SIM RS sebenarnya sudah telah dilaksanakan sejak tahun 2012, namun pada saat ini pihak Rumah Sakit telah melakukan pergantian vendor SIM RS dari yang lama ke vendor SIM RS yang baru, hal ini dilakukan karena adanya kendala yang dirasakan pada vendor SIM RS yang lama, yakni tidak dapat menyajikan output secara otomatis, artinya petugas Rumah Sakit masih harus melakukan pencatatan ulang secara manual untuk mendapatkan data atau informasi mengenai Rumah Sakit, jadi petugas atau pegawai Rumah Sakit hanya bisa melakukan input data tetapi tidak ada output dari pemasukan data tersebut. Hal ini tentu membutuhkan proses yang lama, mengingat Rumah Sakit Tingkat II


(24)

8 Putri Hijau Kesdam I/BB termasuk Rumah Sakit dengan fasilitas kelas dua yang cukup besar dan memiliki jumlah pasien diatas 150 orang setiap bulannya.

Dengan banyaknya Rumah Sakit di Kota Medan yang sudah menerapkan SIMRS dan atas dasar pernyataan dari pihak Rumah Sakit Tingkar II Putri Hijau mengenai pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) yang telah ada, peneliti merasa perlu untuk mengetahui lebih lanjut tentang pelaksanaannya disalah satu Rumah Sakit tersebut, maka peneliti memilih Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB sebagai tempat untuk mendapatkan infromasi secara langsung tentang berbagai hal yang merupakan kaitan dari pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) dan juga sebagai yang tertuang dalam judul penelitian ini yaitu :

IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT (SIMRS) DALAM PEMENUHAN PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT TINGKAT II PUTRI HIJAU KESDAM I/BB MEDAN.

I.2. Fokus Masalah

Penelitian ini memiliki fokus masalah yang menjadi batasan peneliti dalam melakukan penelitian. Adapun fokus masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi PERMENKES No. 82 Tahun 2013 tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) dalam pemenuhan pelayanan kesehatan terutama pada ruang rawat inap di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.


(25)

9 Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana proses pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) di Rumah Sakit TK.II Putri Hijau dalam memenuhi pelayanan kesehatan.”

I.4. Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah, untuk mengetahui seperti apa pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan dalam pemenuhan pelayanan kesehatan terutama pada instalasi rawat inap, agar ditemukan sejauh mana dan hambatan apa saja yang ada pada pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) tersebut.

I.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Secara akademis, sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian studi Strata-1 di Departemen Ilmu Adminsitrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2. Bagi penulis, untuk menambah wawasan tentang pelaksanaan program

pelayanan kesehatan yang ada dirumah sakit selain program jaminan sosial. 3. Bagi instansi terkait, dapat menjadi masukan terhadap peningkatan

penyelenggaraan program tersebut.

4. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain yang ingin meneliti tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) selanjutnya.


(26)

10 I.6. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan ini ditulis dalam enam bab, yang terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konsep, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memuat kerangak teori, temuan berdasarkan penelitian terdahulu, definisi konsep serta defisni operasional.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum mengenai karakteristik lokasi penelitian.

BAB V PENYAJIAN HASIL PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang hasil data – data yang diperoleh di lapangan.

BAB VI ANALISIS DATA

Bab ini merupakan tempat melakukan analisis data yang diperoleh saat penelitian dan memberikan interpretasi atas permasalahan yang diajukan.


(27)

11 Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan saran-saran yang dianggap perlu sebagai rekomendasi kebijakan.


(28)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebijakan Publik

2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik

Istilah kebijakan atau “policy” dipergunakan untuk menunjuk perilaku seseorang aktor (misalnya seorang pejabat, atau kelompok maupun suatu badan pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Definisi kebijakan publik sendiri menurut para ahli sangan beragam. Menurut Easton dalam Tangkilisan (2003: 2) memberikan pengertian kebijakan publik sebagai pengalokasian nilai – nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Sehingga cukup pemerintah yang dapat melakukan sesuatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai–nilai kepada msayarakat.

Thomas R. Dye dalam Tangkilisan (2003: 1) memberikan pengertian dasar mengenai kebijakan publik sebagai apa yang tidak dilakukan maupun yang dilakukan oleh pemerintah. Konsep ini sangat luas karena kebijakan publik mencakup sesuatu yang tidak dilakukan oleh pemerintah di samping yang dilakukan oleh pemerintah ketika pemerintah menghadapi suatu masalah publik.

Menurut Laswell dan Kaplan dalam Subarsono (2005: 3) mengemukakan bahwa kebijakan publik hendakanya berisi tujuan, nilai-nilai, dan praktek-praktek sosial yang ada dalam masyarakat. Ini berarti kebijakan publik tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan praktek sosial yang ada dalam masyarakat.


(29)

13 Ketika kebiajkan publik berisi nilai – nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, maka kebijakan publik tersebut akan mendapat resistensi ketika diimplementasikan.

Lingkup kebijakan publik sangat luas karena mencakup berbagai sektor atau bidang pembangunan, seperti kebijakan publik dibidang pendidikan, pertanian, kesehatan, transportasi, pertahanan, dan sebagainya. Maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang menjadi keputusan pemerintah ketika menghadapi suatu masalah publik.

2.1.2 Proses Kebijakan Publik

Proses kebijakan publik adalah serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis merupakan serangkaian kegiatan yang mencakup penyususnan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan dan penilaian kebijakan. Sedangkan aktivitas perumusan masalah, forcaseting, rekomendasi kebijakan, monitoring dan evaluasi kebijakan adalah aktivitas yang lebih bersifat intelektual. Karena kebijakan memiliki banyak proses dan variabel yang harus dikaji, kebijakan memiliki tahap-tahap yang cukup kompleks, seperti yang dikemukakan oleh William Dunn dalam Dwiyanto (2009: 20), tahap-tahap tersebut adalah :


(30)

14 Gambar 2.1 Proses Kebijakan Publik

Penyusunan Agenda

Formulasi Kebijakan

Adopsi Kebijakan

Implementasi Kebijakan

Penilaian Kebijakan

Sumber : Subarsono 2005 1. Penyusunan Agenda (Agenda Setting)

Masalah yang diangkat kemudian ditempatkan pada agenda publik. Namun sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan.

2. Formulasi Kebijakan

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah – masalah tersebut didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif yang ada.

3. Adopsi Kebijakan

PERUMUSAN KEBIJAKAN

PEMANTAUAN REKOMENDASI

PERAMALAN


(31)

15 Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.

4. Implementasi Kebijakan

Program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan atau unit-unit pemerintah yang memobilisasikan sumber daya finanasial dan manusia.

5. Evaluasi Kebijakan

Kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang telah mampu memecahkan masalah, dengan menentukan kriteria atau ukuran yang menajdi dasar penilaian apakah kebijakan publik tersebut telah meraih dampak yang diinginkan.

2.2 Implementasi Kebijakan

Patton dan Savichi dalam Tangkilisan (2003: 29) menyebutkan bahwa implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk mengorganisir, menginterpretasikan, dan menerapkan kebijakan yang telah diseleksi.

Implementasi kebijakan adalah bagian dari rangkaian proses kebijakan publik. Proses yang perlu ditekankan disini adalah bahwa tahap implementasi


(32)

16 kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan dan saran-saran ditetapkan atau diidentifikasi oleh keputusan-keputusan kebijakan. Dengan demikian, tahap implementasi terjadi hanya setelah undang-undang ditetapkan dan dana disediakan untuk membiayai implementasi kebijakan tersebut (Winarno, 2002: 102).

Ketika telah masuk di dalam tahapan implementasi dan terjadi interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi kebijakan, barulah keberhasilan maupun ketidakberhasilan dari suatu kebijakan publik akan diketahui. Suatu kebijakan publik dikatakan berhasil bila dalam implementasinya mampu menyentuh kebutuhan kepentingan publik. Menurut Tangkilisan (2003: 18), ada 3 (tiga) kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi keputusan yaitu : a. Penafsiran, yaitu : merupakan yang menerjemahkan makna program ke dalam

pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan

b. Organisasi, yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program kedalam tujuan kebijakan.

c. Penerapan, yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah dan lain- lainnya.

2.2.1 Teori Implementasi Kebijakan

Berikut teori yang menjelaskan implementasi kebijakan (Subarsono, 2005: 89), yaitu :

1. Teori George C. Edwards III (1980)

George C. Edwards menyatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan:


(33)

17 1) Komunikasi

Pemerintah sebagai pihak yang berperan langsung dalam mengimplementasi kebijakan/program telah mentransmisikan (mengirimkan) perintah-perintah implementasi sesuai dengan keputusan yang telah dibuat kepada kelompok sasaran sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Perintah yang diterima harus jelas, apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas, atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran.

2) Sumberdaya

Sumberdaya dapat berwujud, Sumber Daya Manusia yang sangat diperlukan dalam menjalankan kebijakan, pentingnya ketrampilan SDM itu untuk menjalankan sebuah kebijakan. Sumberdaya manusia tersebut membutuhkan informasi yang berkenaan dengan berupa petunjuk dalam melaksanakan kebijakan dan data untuk menyesuaikan antara implementasi dengan kebijakan pemerintah.

Kemudian, selain sumberdaya manusia, diperlukan juga sumberdaya financial, yang dapat berupa kewenangan atau otoritas yaitu hak untuk mengeluarkan jaminan, mengeluarkan perintah untuk pejabat lain, menarik dana dari sebuah program, memberikan dana, bantuan teknik, membeli barang dan jasa, pengawasan serta mengeluarkan cek untuk para warga, atau bisa juga disebut dengan adanya fasilitas fisik, yang disediakan oleh implementator sebagai persediaan yang esensial, yang bisa menunjang implementasi kebijakan atau program.


(34)

18 3) Disposisi

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang harus dimiliki oleh implementator, seperti, komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.

4) Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standard (SOP) yang menjadi pedoman bagi setiap implementator dalam bertindak.


(35)

19 Gambar 2.2 Model Implementasi George C. Edwards III

Sumber : Subarsono, 2005

2. Teori Donald S. van Meter dan Carl E. van Horn (1975)

Van Meter dan Van Horn (Subarsono, 2005: 99) menerapkan model implementasi dengan lebih memfokuskan ke sisi teknisnya. Menurut Meter dan Horn, ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu:

1) Standar dan sasaran kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan pada dasarnya adalah apa yang hendak dicapai oleh program atau kebijakan, maka dari itu harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir. Apabila terjadi kekaburan, maka yang akan terjadi adalah multiinterpretasi dan memudahkan timbulnya konflik diantara para agen implementasi.

2) Sumber daya Komunikasi

Sumberdaya

Implementasi Disposisi


(36)

20 Sumber daya menunjuk kepada seberapa besar dukungan finansial atau non-manusia dan sumber daya non-manusia untuk melaksanakan program atau kebijakan.

3) Hubungan antar organisasi

Dalam banyak program implementasi sebuah program perlu dukungan dan kordinasi dengan instansi lain.

4) Karakterisktik agen pelaksana

Birokrasi, norma-norma dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program.

5) Kondisi sosial, ekonomi, dan politik

Variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasillam implementasi kebijakan, sejauhmana kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi impelementasi kebijakan, kharakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini publik yang ada dilingkungan, dan apakah elit politik mendukung implementasi kebijakan.

6) Disposisi implementor

Disposisi impelementor mencakup tiga hal yang penting, yakni :

a. Respon impelementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan,


(37)

21 c. Intensitas disposisi impelementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh

implementor.

Gambar 2.3 Model Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn

Sumber : Subarsono, 2005

3. Teori Merilee S. Grindle (1980)

Keberhasilan implementasi menurut Grindle (Subarsono, 2005: 93) dipengaruhi oleh dua variabel besar, yaitu isi kebijakan (content of policy) dan konteks implementasi (context of implementation). Isi kebijakan mencakup tentang:

a. Sejauhmana kepentingan kelompok sasaran yang termuat dalam isi kebijakan. b. Jenis manfaat yang akan dihasilkan dan diterima oleh kelompok sasaran. c. Derajat perubahan yang diinginkan, suatu program yang bertujuan mengubah


(38)

22 program yang sekedar memberikan bantuan kredit atau bantuan beras kepada kelompok masyarakat miskin.

d. Apakah letak sebuah program sudah tepat.

e. Apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan rinci. f. Apakah sebuah program didukung oleh sumberdaya yang memadai.

Sedangkan variabel konteks lingkungan mencakup :

a. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dna strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan.

b. Karakteristik institusi dan rezim yang sedang berkuasa. c. Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.


(39)

23 Gambar 2.4 Implementasi kebijakan Menurut Grindle

Sumber : Subarsono, 2005 2.2.2 Model Implementasi Yang Digunakan

Dalam penelitian ini penulis memilih menggunakan model teori implementasi George C.Edward (Subarsono, 2005: 89) yang dipengaruhi oleh empat variabel, yakni:

a. Komunikasi

Komunikasi adalah syarat utama dalam organisasi. Komunikasi mencakup hubungan antar organisasi pelaksana implementasi. Komunikasi yang baik meliputi proses penyampaian informasi yang akurat, jelas, konsisten, menyeluruh

Tujuan Kebijakan

Tujuan yang ingin dicapai

Program aksi dan proyek individu yang didesain dan dibiayai

Program yang dijalankan seperti direncanakan?

Mengukur Keberhasilan Melaksanakan kegiatan

Dipengaruhi oleh: (a) Isi kebijakan

1. Kepentingan yang dipengaruhi 2. Tipe manfaat

3. Derajat perubahan yang diharapkan 4. Letak pengambilan keputusan 5. Pelaksana program

6. Sumber daya yang dilibatkan (b) Konteks kebijakan

1. Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibats 2. Karakteristik lembaga & penguasa 3. Kepatuhan dan daya tanggap

Hasil kebijakan a. Dampak pada

masyarakat individu dan kelompok b. Perubahan dan

penerimaan oleh masayarakat


(40)

24 serta koordinasi antar instansi-instansi yang terkait dalam proses implementasi dan bentuk koordinasi yang dilakukan, apakah koordinasi horizontal atau vertikal.

b. Sumberdaya

Sumberdaya merupakan faktor utama dalam melaksanakan dan merealisasikan jalannya suatu kebijakan. Sumber daya manusia, sumber daya dana, dan fasilitas, Informasi dan Kewenangan yang akan digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan implementasi kebijakan tersebut.

c. Disposisi

Disposisi atau sikap para pelaksana merupakan sikap penerima atau penolakan dari agen pelaksana merupakan sikap penerima atau penolakan dari agen pelaksana kebijakan yang sangat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan kebijakan publik.

d. Struktur Birokrasi

Struktur organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Dalam struktur birokrasi harus ada prosedur tetap bagi pelaku kebijakan dalam melaksankan kebijakannya dan adanya tanggung jawab dalam menjalankan sebuah kebijakan demi mencapai tujuan yang ingin dicapai.

2.3 Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan atas isu yang ada dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai Implementasi Sistem


(41)

25 Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) yang ada di beberapa kota di Indonesia dan dilakukan oleh beberapa peneliti yang pernah penulis baca diantaranya ditemukan masih adanya masalah dalam pelaksanaan SIM RS tersebut yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Julia Megawarni (2013) dalam skirpsinya yang berjudul pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) di Rumah Sakit Martha Friska Multatuli Medan, mengemukakan bahwa hambatan dalam pelaksanaan SIMRS adalah sebagai berikut :

a. Kekurangan pada SDM adalah masih kurangnya keahlian operator SIMRS terutama di instalasi pendaftaran/penerimaan dan rekam medis. Hal ini mungkin disebabkan staf masih kurang mampu untuk menggunakan SIMRS secara langsung dikarenakan kurangnya pelatihan yang diikuti. Upaya yang dilakukan untuk menangani kekurangan ini adalah melakukan pelatihan kepada staf baru.

b. Kekurangan pada hardware adalah lambatnya cara kerja dari komputer yang digunakan dikarenakan kemampuan memori yang kurang dan terlalu banyak data yang akan di entri.

c. Kekurangan pada software adalah dalam melakukan pembaharuan program secara berkala perlu pemanggilan seorang staf dari penyedia software yang pada kenyataannya tidak melakukannya secara berkala.

d. Keterbatasan teknis lainnya juga terjadi dalam pelaksanaannya seperti kurangnya kestabilan voltase listrik dan sering adanya pemadaman aliran listrik. Hal ini mengakibatkan sering terjadi arus hubungan pendek/korsleting, terganggunya kinerja komputer, dan dapat langsung merusak komponen komputer serta sistem akan langsung mati sehingga tidak dapat dipergunakan


(42)

26 untuk melayani dan mengolah data pasien. Hal tersebut berdampak pada masa operasional (lifetime) software dan hardware dari komputer yang digunakan. Upaya yang dilakukan untuk menangani masalah teknis ini adalah dengan menggunakan alat stabilisator, memasang alat yang bernama Uninterruptible Power Supply (UPS) merupakan sistem penyedia daya listrik, alat ini dapat memberikan daya lebih kurang selama 3-6 jam setelah listrik mati, dan juga alat otomatisasi genset yang berfungsi untuk mengaktifkan secara otomatis jika ada pemadaman listrik.

Mengenai hambatan pada sumberdaya manusia, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Roslenni Sitepu (2004) di SIMRS di RSUP Haji Adam Malik Medan yakni unsur yang paling rendah hasilnya adalah unsur sumberdaya manusia, sesuai dengan masih banyak sumberdaya mnusia yang belum mengikuti pelatihan dalam hal ini berhubungan dengan pelatihan komputerisasi. Masalah lain yang sama juga ditemukan yaitu kurangnya stabil voltase listrik dan sering adanya pemadaman aliran listrik.

Selain rumah sakit di kota Medan yang memiliki masalah diatas, ternyata tidak jauh beda dengan pelaksanaan SIM RS yang ada di luar kota Medan seperti di pulau Jawa yang juga memiliki masalah yang hampir sama, penelitian yang Indra Gunawan (2013) mengatakan adanya kendala pada sumberdaya manusia yang ada pada RSUD Brebes yakni belum semua sumberdaya manusia melakukan input data pada SIM RS dan belum memahami pelaporan SIRS Online Kemenkes RI. Kemudian adapun langkah yang harus ditemputh pihak rumah sakit adalah melakukan perbaikan dari sisi sumberdaya manusia, dengan melakukan pendidikan & pelatihan SIM RS, penambahan dan perbaikan sarana prasarana,


(43)

27 serta dibuatkannya SOP dan kebijakan tertulis dari pimpinan rumah sakit terkait dengan pelaksanaan SIM RS di RSUD Brebes.

Penelitian yang dilakukan pada rumah sakit di Depok oleh Titania (2012) dalam skripsinya yang berjudul evaluasi sistem informasi manajemen di bagian rawat jalan rumah sakit Bhakti Yudha Depok, permasalahan yang diungkapkannya selain masalah umum seperti diatas adalah apabila terjadi kendala yang tidak umum pada berjalannya sistem aplikasi, pihak operator SIM RS tidak dapat melakukan perbaikan karena tidak menemukan sumber kode (source code) sistem pada aplikasi tersebut hal ini dikarenakan pihak vendor tidak memberikan source code tersebut. Akibatnya, pihak operator SIM RS di rumah sakit tersebut tidak dapat mengubah bahasa pemrograman.

Dari beberapa penelitian tersebut terungkap bahwa pelaksanaan SIM RS yang ada di Indonesia memang belum semuanya berjalan dengan baik, masih terdapat hambatan yang umum terjadi disetiap rumah sakit yang ada di Indonesia. Dikemukakan dalam jurnal Etty Ernawati (2012) yaitu permasalahan yang menghambat dan menjadi kendala bagi pengembangan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) di Indonesia bukan menjadi penghalang bahwa teknologi ini tidak digunakan dan dikembangkan. Setiap Rumah Sakit yang memiliki hambatan dan kendala dalam pengembangan SIM RS harus dengan cepat mengatasi dan menyelesaikannya dengan memberikan pemahaman, pelatihan dan insentif kepada setiap pegawai yang memanfaatkan SIM RS dengan lebih optimal. Pemanfaatan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) yang optimal, maka akan memberikan banyak manfaat bagi rumah sakit tersebut.


(44)

28 Penelitian yang dilakukan oleh Rara Syafara (2009) dalam Skripsinya yang berjudul hambatan dalam pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) di RSU Dr. Pirngadi Medan, mengemukakan adapun manfaat yang dapat dirasakan sejauh ini setelah diterapkannya SIMRS di rumah sakit tersebut yaitu memberikan data-data yg akurat dan segera, memberikan kepastian harga pada pasien, mempercepat pelayanan pada pasien dan mengatur sistem keuangan yang jelas dan transparan.

Menurut Kuhn dalam skripsi Titania (2012), kesuksesan sebuah proyek 80% bergantung pada pengembangan keterampilan sosial dan politik dari pengembang dan 20% bergantung dari implementasi teknologi hardware dan software. Sehingga dapat dikatakan bahwa kebijakan dari rumah sakit sebagai salah satu pemeran dalam pengembangan rumah sakit memiliki andil yang besar dalam menentuka kesuksesan SIMRS.

Kemudian didalam Titania (2012) dikutip lagi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi SIM RS menurut Amin, Hussein dan Isa, yaitu sebagai berikut :

1. Pada tujuan jangka panjang

Tujuan jangka panjang merupakan area strategik, dimana implementasi membutuhkan perencanaan yang baik dari pihak manajemen. Selanjutnya, kontribusi manajemen yang efektif terhadap proses implementasi bergantung pada asupan infromasi yang berkelanjutan mengenai kinerja sistem. Jika manajemen pada proses implementasi tidak dapat mensuplai


(45)

29 proses implementasi dengan tambahan sumberdaya dan kompetensi yang dibutuhkan, dapat dikatakan proses tersebut gagal.

Diperlukan pengembangan yang berkelanjutan tidak hanya pada saat awal implementasi SIM RS, namun setelah sistem telah berjalan. Hal ini disebabkan oleh kondisi rumah sakit yang senantiasa berubah, sehingga seringkali membutuhkan penyesuaian secara teknis untuk dapat mempertahankan kinerja sistem yang optimal. Jika manajemen kurang memperhatikan kompleksitas dari rutinitas klinis dan pentingnya pengguna untuk diikutsertakan pada proses implementasi SIMRS, hasil yang akan diperoleh adalah inefisiensi dan pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja rumah sakit.

2. Pada tujuan jangka menengah

Jangka menengah merupakan area taktis, dimana sistem perlu untuk fit dengan alur kerja klinis yang sering kali berbeda antara pengembang sistem dan manajer, dan tim yang ada pada pelayanan. Kelebihan dan kekurangan implementasi sistem bergantung pada nilai yang dapat mereka berikan pada pengguna akhir dan penyesuaian hubungan antara tugas pekerjaan dari pengguna yang berbeda harus menjadi perhatian.

3. Pada tujuan jangka pendek

Tujuan jangka pendek merupakan area operasional harian. Hal ini diobservasi pada kasus dimana implementasi SIM RS tidak bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan pasien karena praktisi cenderung untuk


(46)

30 tidak mau menggunakan sistem. Kecenderungan ini juga berkaitan dengan apakah klinisi dilibatkan dalam desain dan implementasi atau tidak. Harmonisasi antara tujuan organisasi dan tujuan klinis individu pada tingkat penggunaan harian merupakan hal yang penting, terutama karena interpretasi kemudahan penggunaan sebuah sistem dapat berbeda antara stakholder dan praktisi pelayanan. Pada berbagai penelitian, partisipasi dan koalborasi lintas grup pengguna berkaitan kritis dengan implementasi sistem klinis yang sukses. Profesional dari kedokteran, keperawatan dan disiplin laboratorium perlu untuk belaajr berkolaborasi dalam pengembangan SIMRS yang membutuhkan pengalaman personal mereka mengenai fungsi sistem.

2.4 Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan bagian dari pelayanan publik yang termasuk dalam pelayanan dasar yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan. Dalam setiap pelayanan publik yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik harus memenuhi 6 (enam) kriteria penyusunan dan penetapan standar pelayanan pada pelayanan publik yang ditetapkan dalam PERMENPAN No. 15 Tahun 2014 tentang Pedoman Standar Pelayanan yaitu : 1. Sederhana, yakni standar pelayanan yang mudah dimengerti, mudah diikuti,

mudah dilaksanakan, mudah diukur, dengan prosedur yang jelas dan biaya terjangkau bagi masyarakat maupun penyelenggara.


(47)

31 2. Partisipatif, yaitu penyusunan Standar Pelayanan dengan melibatkan masyarakat dan pihak terkait untuk membahas bersama dan mendapatkan keselarasan atas dasar komitmen atau hasil kesepakatan.

3. Akuntabel, yakni hal-hal yang diatur dalam Standar Pelayanan harus dapat dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan kepada pihak yang berkepentingan.

4. Berkelanjutan yakni standar pelayanan harus terus-menerus dilakukan perbaikan sebagai upaya peningkatan kualitas dan inovasi pelayanan.

5. Transparansi yakni standar pelayanan harus dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat.

6. Keadilan yakni standar pelayanan harus menjamin bahwa pelayanan yang diberikan dapat menjangkau semua masyarakat yang berbeda status ekonomi, jarak lokasi geografis, dan perbedaan kapabilitas fisik dan mental.

Menurut Undang-Undang no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan seseorang, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat (Azwar,1996: 44). Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan harus didukung dengan fasilitas pelayanan kesehatan yakni suatu alat atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan


(48)

32 upaya pelayanan kesehatan, yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat.

2.3.1 Bentuk Pelayanan Kesehatan

Dalam Undang–Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, dijelaskan bahwa upaya pelayanan kesehatan adalah setiap kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya pelayanan kesehatan diselenggarakan dalam bentuk :

a. Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatanmdan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan.

b. Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit.

c. Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.

d. Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.


(49)

33 2.3.2 Asas Pelayanan Kesehatan

Pembangunan kesehatan harus memperhatikan berbagai asas yang memberikan arah pembangunan kesehatan dan dilaksanakan melalui upaya kesehatan ini dicantumkan pada Undang- Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, asas pelayanan kesehatan tersebut terdiri dari :

a. asas perikemanusiaan yang berarti bahwa pembangunan kesehatan harus dilandasi atas perikemanusiaan yang berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa dengan tidak membedakan golongan agama dan bangsa.

b. asas keseimbangan berarti bahwa pembangunan kesehatan harus dilaksanakan antara kepentingan individu dan masyarakat, antara fisik dan mental, serta antara material dan sipiritual.

c. asas manfaat berarti bahwa pembangunan kesehatan harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanausiaan dan perikehidupan yang sehat bagi setiap warga negara.

d. asas pelindungan berarti bahwa pembangunan kesehatan harus dapat memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.

e. asas penghormatan terhadap hak dan kewajiban berarti bahwa pembangunan kesehatan dengan menghormati hak dan kewajiban masyarakat sebagai bentuk kesamaan kedudukan hukum.

f. asas keadilan berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus dapat memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada semua lapisan masyarakat dengan pembiayaan yang terjangkau.


(50)

34 g. asas gender dan nondiskriminatif berarti bahwa pembangunan kesehatan

tidak membedakan perlakuan terhadap perempuan dan laki-laki.

h. asas norma agama berarti pembangunan kesehatan harus memperhatikan dan menghormati serta tidak membedakan agama yang dianut masyarakat.

2.3.3 Rumah Sakit

Dalam Undang – Undang No. 44 Tahun 2009 dijelaskan bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008, jenis-jenis pelayanan minimal yang harus disediakan rumah sakit terdiri dari: Pelayanan gawat darurat, Pelayanan rawat jalan, Pelayanan rawat inap, Pelayanan bedah, Pelayanan persalinan dan perinatologi, Pelayanan intensif, Pelayanan radiologi, Pelayanan laboratorium patologi klinik, Pelayanan rehabilitasi medik, Pelayanan farmasi, Pelayanan gizi, Pelayanan transfusi darah, Pelayanan keluarga miskin, Pelayanan rekam medis, Pengelolaan limbah, Pelayanan administrasi manajemen, Pelayanan ambulans/kereta jenazah, Pelayanan pemulasaraan jenazah, Pelayanan laundry, Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit, Pencegah Pengendalian Infeksi.


(51)

35 1) Klasifikasi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit:

a. Rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialistik luas.

b. Rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya sebelas spesialistik dan subspesialistik luas.

c. Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.

d. Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.

2) Pemilik Rumah Sakit

Ditinjau dari pemiliknya maka rumah sakit di Indonesia dapat dibedakan atas: a. Rumah Sakit Pemerintah, dapat dibedakan atas dua macam, yaitu:

 Pemerintah pusat, Dapat dibedakan atas dua macam : a) Dikelola Kementerian Kesehatan

b) Dikelola oleh Kementerian lainnya, seperti Kementerian Pertambangan, Kementerian Pertahanan dan Keamanan, Kementerian Perhubungan.


(52)

36  Pemerintah daerah, sesuai dengan UU Pemerintah Daerah No.32 tahun 2004, maka rumah sakit yang berada di daerah di kelola oleh pemerintah daerah. Pengelola yang dimaksud disini seperti keuangan, dan kebijakan, seperti pembangunan sarana, pengadaan peralatan, dan operasionalisasi Rumah Sakit, serta penetapan tarif pelayanan.

b. Rumah Sakit Swasta, sesuai dengan Undang-Undang kesehatan No.36 tahun 2009, beberapa rumah sakit yang ada di Indonesia juga dikelola oleh pihak swasta. Sebagai akibat telah dibenarkannya pemilik modal bergerak dalam perumahsakitan, menyebabkan mulai banyak ditemukannya rumah sakit swasta yang telah dikelola secara komersial serta yang berorientasi mencari keuntungan, walaupun untuk yang terakhir ini harus tetap mempertahankan fungsi sosial rumah sakit swasta tersebut dan menyediakan sekurang-kurangnya 20% dari tempat tidurnya untuk masyarakat golongan tidak mampu. 3) Kewajiban dan Hak Rumah Sakit

a) Kewajiban :

a. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan rumah sakit kepada masyarakat;

b. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;

c. Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan;


(53)

37 d. Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di

Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien; e. Menyelenggarakan rekam medis;

f. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak; g. Melaksanakan sistem rujukan;

h. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta peraturan perundang-undangan;

i. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban pasien;

j. Menghormati dan melindungi hak-hak pasien; k. Melaksanakan etika Rumah Sakit;

l. Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana; m.Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional

maupun nasional;

n. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya;

o. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit (hospital by laws);

p. Melindungi dan memberikan bantuan hokum bagi semua petugas rumah sakit dalam melaksanakan tugas; dan

q. Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa rokok.


(54)

38 b) Hak :

a. Menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya manusia sesuai dengan klasifikasi rumah sakit;

b. Menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan remunerasi, insentif, dan penghargaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; c. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka mengembangkan

pelayanan;

d. Menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;

e. Menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian;

f. Mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan pelayanan kesehatan;

g. Mempromosikan layanan kesehatan yang ada di rumah sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan Universitas Sumatera Utara h. Mendapatkan insentif pajak bagi rumah sakit publik dan rumah sakit yang

ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan.

2.3.4 Instalasi Rawat Inap

Menurut Muninjaya (2004: 232) Rawat inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta, serta Puskesmas perawatan dan rumah bersalin yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap. Sedangkan menurut Wiyono (2000), pelayanan rawat inap adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi,


(55)

39 perawatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medis dan atau kesehatan lainnya dengan menempati tempat tidur. Batasan tempat tidur adalah tempat tidur yang tercatat dan tersedia di ruang rawat inap

2.5 Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) 2.5.1 Sistem Informasi Manajemen

Menurut Sabarguna (2003: 5), Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan terdiri dari berbagai faktor yang berhubungan atau diperkirakan berhubungan serta satu sama lain mempengaruhi yang kesemuanya dengan sadar dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Taurany (1986: 41) adapun ciri-ciri sistem adalah sebagai berikut :

a. adanya tujuan yang jelas b. mempunyai struktur tertentu

c. terdiri dari kesatuan usaha dari bagian-bagian yang saling tergantung dan berinteraksi satu sama lain.

Bentuk dasar dari sebuah sistem sangat sederhana, terdiri dari Input, Proses dan Output.

Gambar 2.5 Bentuk dasar sistem

Sumber : Mukhtar, 2008

Informasi adalah data yang telah diolah dan dianalisa secara formal, dengan cara yang benar dansecara efektif, sehingga hasilnya bisa bermanfaat dalam


(56)

40 operasional dan manajemen. Sabarguna (2005) menyatakan informasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. data yang telah diolah

b. menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerima c. menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata

d. digunakan untuk mengambil keputusan.

Menurut Hasibuan (2002: 1) mengemukakan bahwa Manajemen adalah ilmu dan seni yang mengatur prosespemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Menurut Sutabri (2005: 41), Sistem Informasi Manajemen merupakan penerapan sistem informasi di dalam organisasi untuk mendukung informasi-informasi yang dibutuhkan oleh semua tingkatan manajemen. Menurut Drs. Soetedjo Moeljodihardjo (Sutabri, 2005: 91) mendefinisikan Sistem Informasi Manajemen sebagai suatu metode untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu bagi manajemen tentang lingkungan luar organisasi dan kegiatan operasi di dalam organisasi, dengan tujuan untuk menunjang proses pengambilan keputusan serta memperbaiki proses perencanaan dan pengawasan.

Jadi dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Manajemen adalah sistem buatan manusia yang berisi himpunan terintegrasi dari komponen-komponen manual dan komponen-komponen terkomputerisasi yang bertujuan untuk menyediakan fungsi-fungsi operasional dan mendukung pembuatan keputusan manajemen dengan menyediakan informasi yang dapat


(57)

41 digunakan oleh pembuat keputusan untuk merencana dan mengontrol kegiatan perusahaan.

2.5.2 Sistem Informasi Rumah Sakit

Sistem Informasi adalah suatu cara tertentu untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh organisasi untuk beroperasi dengan cara yang sukses dan untuk organisasi bisnis dengnan cara menguntungkan. Sistem informasi Rumah Sakit menurut Sabarguna (2005: 11) adalah suatu tatanan yang berurusan dengan pengumpulan data, pengolahan data, penyajian informasi, analisa dan penyimpanana informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit. Penerapan sistem informasi rumah sakit meliputi medik, perawatan, administrasi dan penunjang. Sistem Informasi Rumah Sakit terdiri atas : 1. Sistem Informasi Administrasi

Merupakan sistem informasi yang membantu pelaksanaan administrasi rumah sakit. Misalnya: billing system, pelaporan data obat-obatan, penggajian, dll. 2. Sistem Informasi Klinik

Merupakan sistem informasi yang secara langsung untuk membantu pasien dalam pelayanan medis selama pasien di rumah sakit. Misalnya: sistem yang membantu pelayanan laboratorium, radiologi, obat-obatan, dll.

3. Sistem Informasi Manajemen

Merupakan sistem informasi yang membantu manajemen rumah sakit dalam pengambilan keputusan. Misalnya: sistem informasi manajemen pelayanan, keuangan, dan pemasaran.


(58)

42 a) Permintaan tujuan dan target

b) Memperhatikan kebutuhan pelayanan c) Alokasi sumber daya

d) Pengendalian mutu pelayanan e) Evaluasi program

Untuk memenuhi kegiatan manajemen itu diperlukan adanya informasi, jadi informasi berperan dalam hal pengambilan keputusan.

2.5.3 Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)

Dalam PERMENKES No. 82 Tahun 2013, Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) adalah suatu sistem teknologi informasi komunikasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan Rumah Sakit dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk memperoleh informasi secara tepat dan akurat, dan merupakan bagian dari Sistem Informasi Kesehatan.

SIM RS sudah harus diadakan oleh setiap rumah sakit oleh karena teknologi kedokteran kini semakin berkembang, semakin kompleks dan semakin mahal biayanya, sehingga memerlukan pengawasan yang ketat. Situasi lingkungan yang mengharuskan pelayanan kesehatan di rumah sakit dilakukan seefektif dan seefisien mungkin. Teknologi sistem informasi yang semakin canggih sehingga memungkinkan pengawasan yang ketat dengan biaya yang wajar.

Sistem informasi manajemen rumah sakit (SIM RS) sering dianggap sebagai senjata strategik manajemen dalam mengarungi kompetisi yang semakin


(59)

43 ketat dalam persaingan produk pelayanan kesehatan. Sistem informasi menyajikan mengenai kegiatan operasional organisasi kepada para pelaku manajemen, sehingga dapat dilakukan perencanaan, pengendalian dan pengembangan strategik organisasi tersebut. Sistem informasi manajemen rumah sakit yang berlangsung menangkap, menyalurkan dan merekam data untuk di tampilkan sebagai informasi penting bagi manajemen. (Mahmudin, 2003)

1) Manfaat Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS)

SIM RS sangat bermanfaat dalam membantu meningkatkan kinerja rumah sakit, dari kegiatan pelayanan sampai kegiatan administratif. Adapun manfaat Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) tersebut terdiri dari :

a) Meningkatkan profesionalisme manajemen rumah sakit dimana terjadi peningkatan pemahaman terhadap sistem

b) Merubah budaya kerja menjadi lebih disiplin, dimana setiap unit akan bekerja sesuai fungsi, tanggung jawab dan wewenangnya.

c) Meningkatkan koordinasi antar unit (Team working), yakni mendukung kerja sama, keterkaitan dan koordinasi antar bagian/unit dalam rumah sakit. d) Lebih akurat dan transparan, karena mencegah terjadinya duplikasi data

untuk transaksi-transaksi tertentu yang pasti akan berakibat pada peningkatan pelayanan.

e) Lebih terintegrasi, bila dengan sistem manual, data pasien harus dimasukkan di setiap unit, maka dengan SIMRS data tersebut cukup sekali dimasukkan di pendaftaran saja.


(1)

99 2. Peneliti menyarankan agar diadakan perekrutan sumberdaya manusia khususnya operator yang lebih banyak lagi dan terlatih dibidang sistem komputerisasi, agar penerapan dan pelaksanaan SIM RS dapat diperluas cakupannya sampai ke unit-unit lainnya, dan penambahan fasilitas sehingga fasilitas yang tersedia dapat digunakan secara maksimal.

3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang hambatan dalam pelaksanaan SIMRS ini agar dapat diketahui jenis hambatan lainnya serta cara penanggulangannya.

4. Saran tambahan dari pasien yang menjalani rawat inap, agar disesuaikan jumlah tenaga perawat dengan pasien yang ada, supaya pasien lebih terlayani dan diperhatikan. Karena menurut mereka selama ini perawat yang ada kebanyakan kurang memperhatikan hal kecil, seperti perhatian terhadap penggantian cairan infus yang hampir habis.


(2)

100 DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Affandie H. 1994. Penerapan Teknologi Informasi Untuk Meningkatkan Pelayanan Rumah Sakit Dalam Menyongsong PJPT-II. Cermin Dunia Kedokteran.

Arif, Saiful. dkk. 2008. Reformasi Pelayanan Publik. Program Sekolah Demokrasi : Malang.

Azwar, A, 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga, Binarupa Aksara, Jakarta.

Bungin, Burhan.2008. Penelitian Kualitatif. Kencana Prenada Media Group : Jakarta.

Dwiyanto, Indiahono. 2009. Kebijaakn Publik Berbasis Dynamic Policy Analisis. Gava Media : Yogyakarta.

Ernawati, Etty. 2012. Pengembangan Sistem Informasi Rumah Sakit (Simr) Untuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan.

Faisal, Sanapiah. 2007.Format – Format penelitian social. Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Gunawan, Indra. 2013. Evaluasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) RSUD Brebes Dalam Kesiapan Penerapan Sistem Informasi Rumah Sakit (Sirs) Online Kemenkes RI Tahun 2013. Skripsi. Universitas Dian Nuswantoro : Semarang.

Hasibuan, Malayu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia:Pengertian Dasar, Pengertian, dan Masalah. PT. Toko Gunung Agung : Jakarta.


(3)

101 Hidayatullah, Moch. Taufiq. 2014. Analisis Penerapan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) Instalasi Radiologi Menggunakan Metode PRISM di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang. Skripsi. Universitas Diponegoro : Semarang.

Megawarni, Julia. 2013. Pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) di Rumah Sakit Martha Friska Multatuli Medan. Skripsi. Fakultas Kedokteran GIGI, USU : Medan.

Moleong L. J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung.

Muninjaya, AAG, 2004. Manajemen Kesehatan. Penerbit EGC, Jakarta

Nawawi, Hadari. 1990. Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada Press : Yogyakarta. Novida, Sida. 2009. Hubungan Kenyamanan (Convenience) Pasien Dinas Kodam I/BB dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit TK. II Putri Hijau Medan. Tesis. Universitas Sumatra Utara: Medan.

Sabarguna, Boy S. 2005. Sistem Informasi Rumah sakit. Konsorsium Rumah Sakit Islam Jateng : Yogyakarta.

Shelly, Titania Nur. 2012. Evaluasi sistem informasi manajemen di bagian rawat jalan rumah sakit Bhakti Yudha, Depok. Tesis.Unieveristas Indonesia : Depok.

Singarimbun, Masri & Effendi Sofian. 2006. Metode Penelitian Survai. LP3ES : Jakarta.

Sitepu R. 2004.Evaluasi penerapan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit di RSUP Haji Adam Malik Medan. Tesis. Program Studi Magister Administrasi Rumah Sakit FKM USU : Medan


(4)

102 Soejadi. 1996. Pedoman Penilaian Kinerja Rumah Sakit Umum. Gramedia :

Jakarta.

Subarsono. AG.2005. Analisis Kebijakan Publik. Penerbit Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R&D. Alfabeta : Bandung.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R& D, Alfabeta, Bandung.

Suharsimi, Arikunto. 2005. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta. Sutabri, Tata .2005. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta.

Suyanto. 2005. Metode Penelitian Sosial. Kencana Prenada Media Group : Bandung.

Syafara, Rara. 2009. Hambatan dalam pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) di RSU Dr. Pirngadi Medan. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi, USU : Medan.

Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. YPAPI : Yogyakarta.

Tanuwijaya H, Herlambang S. 2005. Sistem Informasi: Konsep, Teknologi & Manajemen. Penerbit Graha Ilmu : Yogyakarta.

Taurany, Hendrik M. 1986. Editor. Administrasi Rumah Sakit. Jakarta : FKM-UI, Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Pressindo Media :

Yogyakarta.

Wiyono, D., 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Buku 1,2, Airlangga University Press, Surabaya.


(5)

103 Sumber Internet :

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/2011/02/sistem-informasi-manajemen-rumah-sakit.html diakses pada 5 November 2014, 13:27

http://andrazain.wordpress.com/2013/04/28/contoh-penerapan-sistem-informasi-manajemen/ diakses pada 5 Novembe4r 2014, 12:25

 http://independen.wordpress.com/2008/09/12/sistem-informasi-manajemen-rumah-sakit-sim-rs/ diakses pada 5 November 204, 13:24

 http://kdskonsultan.blogspot.com/p/partner.html di akses pada 5 November 2014, 13:23

 http://venus-imedis.com/spesifikasi-software/modul-rawat-inap/ diakses pada 11 November 2014, pukul 11.54 WIB

 http://rumah-sakit.findthebest.co.id/l/878/Rumkit-Tk-II-Putri-Hijau-Medan diakses pada 11 November 2014 pukul 12:37 WIB

Sumber Perundang-Undangan :

 Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.  Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.  PERMENKES No. 82 Tahun 2013 tentang Sistem Informasi Manajemen

Rumah Sakit

 PERMENKES No.129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal RS  PERMENKES No. 1171/MENKES/PER/VI/2011 tentang Sistem Informasi


(6)

104  KEPMENKES No. 932/MENKES/SK/VII/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota.  PERMENPAN No. 15 TAHUN 2014 Tentang Pedoman Standar Pelayanan.  Keputusan Kepala Rumkit TK.II Putri Hijau No: SK/MKI/10/12/2014 tentang