Komunikasi Implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (Sim Rs) Dalam Pemenuhan Pelayan Kesehatan

21 dapat menghasilkan output. Sedangkan pada aplikasi SIM RS dengan provider yang baru ini, nantinya tidak seperti aplikasi yang sebelumnya, jadi data yang di input akan menghasilkan output yang sewaktu-waktu dapat di akses apabila dibutuhkan jadi tidak ada pengerjaan manual lagi. Bahkan informan merasa hal seperti ini dapat menghemat kertas, jika ingin meakses data bisa disaksikan dilayar monitor komputer tanpa harus melakukan tabulasi manual untuk melihat output dari sistem. Kinerja operator SIM RS maupun pegawai atau petugas yang lain jadi lebih mudah dan lebih teratur. Adapun kendala yang terjadi pada sumebrdaya fasilitas ini menurut penuturan seorang informan juga jika terjadi pemadaman listrik maka komputer yang terkoneksi dengan SIM RS juga ikut mati.

3. Komunikasi

Komunikasi mencakup hubungan antar organisasi pelaksana implementasi. Komunikasi yang baik meliputi proses penyampaian informasi yang akurat, jelas, konsisten, menyeluruh serta koordinasi antar instansi-instansi yang terkait dalam proses implementasi dan bentuk koordinasi yang dilakukan. Berdasarkan penuturan seorang informan, SIM RS adalah aplikasi dirumah sakit untuk informasi manajemen, yang tidak hanya terdiri dari informasi pasien saja, tetapi juga informasi diantara petugas kesehatan, mengingat banyaknya bagian yang ada dirumah sakit. Menurut mereka apabila SIM RS ini dapat dikelola dengan baik maka kedepannya akan dapat memberikan manfaat yang sangat luar biasa dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Medan. 22 Mengenai pelaksanaan SIM RS, pihak Rumah Sakit mengikuti sesuai dengan Juklak SIRS dari Kementerian Kesehatan. SIM RS sendiri sudah dilaksanakan sejak 2012 di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau. Namun, adapun informasi yang didapatkan peneliti dari penuturan informan bahwa rumah sakit baru saja mengganti provider SIMRS dari yang lama ke yang baru dan sedang berjalan lebih kurang 2 minggu sejak pertama kali peneliti mulai melakukan penelitian. Bentuk komunikasi yang dilakukan adalah dengan melakukan sensus harian dengan seluruh bagian yang terhubung dengan SIM RS. Komunikasi berbentuk sensus harian ini juga merupakan bentuk koordinasi, dimana setiap harinya akan ada pelaporan dari masing-masing bagian mengenai keadaan pasien. Terutama pada bagian rawat inap, sensus harian ini dilakukan setiap hari dalam hitungan jam 00.00 WIB sampai dengan 24.00 WIB, bentuknya adalah sensus yang berisikan jumlah pasien yang masuk berikut waktu saat pasien dinyatakan masuk rawat inap, ruangan perawatannya, diagnosa penyakit serta informasi mengenai dokter yang merawat dan juga informasi mengenai pasien yang pulang, apakah pasien pulang dengan keadaan sembuh, tidak sembuh atau dirujuk ke rumah sakit lain atau meninggal dunia. Selain dengan sensus ini petugas-petugas SIM RS juga akan berkeliling ke masing-masing ruangan sesuai dengan pembagiannya setiap hari untuk menginput tindakan-tindakan perawatan kepada pasien yang ada diruangan rawat inap. Dengan komunikasi berbentuk koordinasi seperti ini memudahkan bagian pelaporan yang ada di bagian pelayanan medis dalam mengumpulkan data, karena nantinya data – data yang telah dikumpulkan tersebut akan dikompilasi atau 23 digabungkan dan menjadi data bulanan, lalu data triwulan, lalu bisa menjadi tahunan sebagai bahan evaluasi. Adapun manfaat dari SIM RS dengan menggunakan aplikasi dari provider SIM RS yang sekarang ini, yang sudah dirasakan sejauh ini seperti pada bagian pendaftaran, dirasakan lebih cepat dan jumlah kunjungan menjadi lebih tertib dan teratur datanya, pasien juga menjadi merasa lebih terlayani. Kemudian, selain manfaat yang dirasakan oleh pasien sendiri sebagai pengguna pelayanan, SIM RS ini juga bermanfaat sangat banyak bagi tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit sendiri dalam meningkatkan kinerja mereka, seperti bagi pimpinan rumah sakit dapat dengan mudah memperoleh informasi seperti jumlah pasien yang sedang dirawat inap sampai saat ini, jumlah pasien yang berkunjung ke bagian poliklinik, semuanya akan menjadi mudah dengan kewenangannya sebagai pimpinan untuk mengakses data dari aplikasi SIM RS. Kemudian selain bagi pimpinan, SIM RS itu nanti juga akan dirasakan sendiri oleh perawat diruangan rawat inap. Apabila ada pasien yang ingin mengetahui biaya perawatannya saat itu, perawat dapat dengan mudah membuka aplikasi SIM RS di komputer yang akan disediakan disetiap nurse station yang ada di tiap ruangan rawat inap. Sebenarnya ini sudah diterapkan dibeberapa nurse station pada ruangan rawat inap, namun terjadi kendala dimana masih ada nurse station yang ruangannya belum mencukupi untuk penempatan komputer tersebut.

4. Disposisi