Proses Ekstraksi dari Temulawak

Perlakuan perbandingan jumlah bahan uji dan pelarut yang efektif sangat tergantung dari jumlah dan jenis komponen yang ingin diekstrak dari bahan uji. Bila volume pelarut kurang cukup akan terjadi kejenuhan sebelum semua komponen kurkuminoid dapat terekstrak, sebaliknya bila volume berlebih kadar kurkuminoid yang terekstrak tidak dapat maksimal. Dari hasil ekstraksi yang dilakukan, perlakuan dengan perbandingan 1:4 dapat memenuhi kriteria tersebut. Berkaitan dengan hasil tersebut, pada penelitian selanjutnya dilakukan proses ekstraksi dengan konsentrasi satu tingkat lebih rendah yaitu 1:5 dan satu tingkat lebih tinggi yaitu 1:3. Berdasarkan hasil pengamatan selama proses ekstraksi 7 hari terjadi perubahan pH dan intensitas warna, selain kadar zat pigmen. pH dan intensitas warna yang dihasilkan dari proses ekstraksi merupakan parameter yang berhubungan secara langsung dengan kadar zat pigmen. Misalnya kurkuminoidoid yang dihasilkan dari ekstraksi temulawak dan kunyit akan berwarna kuning atau kuning jingga dalam suasana asam, sedangkan dalam suasana basa akan berwarna merah Farrel, 1990. Dapat dikatakan pula bahwa semakin pekat warna larutan yang dihasilkan menunjukan zat pigmen yang terekstrak semakin banyak, hal ini berkaitan pula dengan jumlah rendemen produk yang dihasilkan berdasarkan perbandingan bahan yang dilarutkan dalam VCO.

a. Proses Ekstraksi dari Temulawak

Nilai rendemen tertinggi dari hasil proses ekstraksi temulawak dalam VCO terdapat pada perbandingan 1:5 dengan nilai rataan sebesar 70.64 ± 1.869 . Rata-rata rendemen yang diperoleh dari perbandingan lainnya lebih rendah yaitu sebesar 45.88 ± 4.000 pada perbandingan 1:3 dan 41.54 ± 3.008 pada perbandingan 1:4 Lampiran 4. Dalam penelitian ini perbandingan bahan uji dan VCO 1 : 5 lebih efektif dari perbandingan lainnya, karena VCO dengan leluasa dapat berpenetrasi ke dalam bahan uji, dan zat pigmen, serta komponen lain dari bahan uji dengan mudah akan terekstrak dibandingkan dengan jumlah pelarut yang lebih sedikit Hal ini akan berlangsung sampai tercapai tingkat kejenuhan tertentu. Perubahan kadar pigmen diukur dalam jumlah total yang terkandung dalam bahan uji, dengan mengkonversi kadar pigmen per satuan gram bahan uji menjadi jumlah keseluruhan gram sampel. Hasil pengujian menunjukan besarnya konsentrasi bahan yang direndam dalam VCO dan lamanya waktu ekstraksi memberikan pengaruh terhadap jumlah zat pigmen yang terekstrak bila faktor luar dianggap tidak ada. Pada grafik dapat dilihat hubungan antara perubahan kadar zat pigmen dengan perbandingan jumlah bahan yang direndam dalam VCO konsentrasi dan lamanya proses perendaman waktu ekstraksi. Pada perbandingan 1:3 dan 1:4 kadar kurkuminoid dari hasil ektraksi temulawak paling tinggi pada waktu ekstraksi hari ketiga. Namun besarnya kadar kurkuminoid yang terekstrak dari temulawak dengan perbandingan 1:3 lebih tinggi dibandingkan temulawak dengan perbandingan 1:4 Lampiran 4, sedangkan pada perbandingan 1:5 kadar kurkuminoid yang paling tinggi terdapat pada waktu ekstraksi hari kelima. Pada masing-masing perlakuan perendaman, terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi yang digunakan, maka waktu ekstraksi yang dibutuhkan untuk mencapai kadar pigmen maksimum semakin pendek. Gambar 14. Perubahan kadar kurkuminoid total pada VCO dengan ekstrak temulawak Berdasarkan besarnya kadar kurkuminoid yang maksimum dari masing- masing perlakuan perendaman, maka dapat dikatakan bahwa teknik perendaman yang paling efektif adalah perlakuan perbandingan 1:5 dengan lama waktu ekstraksi 5 hari. Hasil pengamatan ini menunjukan banyaknya jumlah bahan yang terendam atau semakin tinggi konsentrasi tidak selalu menghasilkan ekstrak zat pigmen yang tertinggi. Hal ini erat kaitannya dengan faktor kesetimbangan dalam larutan. Bila pelarut tidak berada dalam jumlah yang tepat akan mempercepat faktor kejenuhan, sehingga proses ekstraksi akan terhenti sebelum zat pigmen dapat terekstrak seluruhnya. Hubungan antara konsentrasi dengan waktu ekstraksi menunjukan pengaruh yang berbeda nyata dengan kadar kurkuminoid yang dihasilkan pada selang kepercayaan 95 α= 0.05. Secara umum adanya penambahan kurkuminoid dari temulawak akan menyebabkan penurunan pH di bawah pH VCO murni, yaitu 6.70 Lampiran 6. Hal ini dikarenakan kurkuminoid pada temulawak bersifat asam Farrel, 1990. 5.7 5.8 5.9 6 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 6.7 1 2 3 4 5 6 7 Lama ekstraksi hari N ila i p H Temulawak 1 : 3 Temulawak 1 : 4 Temulawak 1 : 5 Gambar 15. Perubahan pH selama proses ekstraksi temulawak Pada perbandingan 1:3 dan 1:4 pH sampel turun sampai hari ketiga, dan setelah itu meningkat kembali. Pada perbandingan 1:5 pH sampel turun sampai hari kelima dan meningkat kembali pada hari berikutnya. Seperti yang telah dikemukakan, sifat kurkuminoid yang memiliki sifat asam menyebabkan pH yang semakin turun bila kadar kurkuminoid dalam VCO meningkat. Parameter lain yang diujikan yang berhubungan dengan kadar zat pigmen yaitu intensitas warna. Pengamatan warna meliputi tingkat kecerahan L, tingkat kehijauan -a, dan tingkat kekuningan +b. Notasi kecerahan memiliki rentang nilai 0 -100 yang menunjukan warna akromatik hitam sampai putih, notasi a -80 sampai 100 yang menyatakan warna akromatik hijau sampai merah, sedangkan notasi b menyatakan warna kromatik biru sampai kuning dengan rentang nilai -80 sampai -70 Soekarto, 1990. Data yang diperoleh menunjukan perubahan kadar kurkuminoid pada sampel berbanding lurus dengan perubahan intensitas warna Lampiran 7. Tingkat kecerahan bahan uji menurun seiring bertambahnya kadar kurkuminoid pada bahan uji. Dengan bertambahnya kadar kurkuminoid menyebabkan warna pada produk yang dihasilkan menjadi lebih pekat. 10 20 30 40 50 60 70 80 1 2 3 4 5 6 7 Lama ekstraksi hari T ing k a t kece ra h a n Temulawak 1 : 3 Temulawak 1 : 4 Temulawak 1 : 5 Gambar 16. Perubahan tingkat kecerahan selama proses ekstraksi temulawak Intensitas warna lain yang diukur yaitu hijau. Pengamatan juga dilakukan pada warna hijau karena kurkuminoid akan berwarna kuning dengan bayangan hijau jelas pada pH rendah Henry, 1986. Hasil pengukuran menunjukan tingkat kehijauan semakin meningkat dengan meningkatnya kadar kurkuminoid pada bahan uji. Dari pengukuran sebelumnya menunjukan semakin tinggi kadar kurkuminoid, maka nilai pH akan semakin rendah. 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 Lama ekstraksi hari Ti ng k a t k e hi ja uan Temulawak 1 : 3 Temulawak 1 : 4 Temulawak 1 : 5 Gambar 17. Perubahan tingkat kehijauan selama proses ekstraksi temulawak Kuning merupakan warna penciri dari kurkuminoid. Dengan demikian pengukuran pada intensitas warna ini merupakan suatu hal penting yang erat hubungannya dengan kurkuminoid. Hasil pengukuran menunjukan bahwa semakin tinggi kadar kurkuminoid, maka intensitas warna kuning semakin kuat. Berdasarkan nilai hue pada bahan uji, warna yang terkandung pada produk yang dihasilkan yaitu kuning kemerahan. 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 1 2 3 4 5 6 7 Lama ekstraksi hari Ti ngk a t k e k uni nga n Temulawak 1 : 3 Temulawak 1 : 4 Temulawak 1 : 5 Gambar 18. Perubahan tingkat kekuningan selama proses ekstraksi temulawak

b. Proses ekstraksi dari kunyit