Asam lemak jenuh Asam lemak
Jumlah
Asam kaproat 0.5
Asam kaplirat 8.0
Asam kaprat 7.0
Asam laurat 48.0
Asam miristat 17.0
Asam palmitat 9.0
Asam stearat 2.0
Asam arakhidat 0.1
Asam dodekanoat 0.0
Total asam lemak jenuh 91.6
Asam lemak tak jenuh Asam lemak
Jumlah
Asam palmitoleat 0.1
Asam oleat 6.0
Asam linoleat 0.1
Asam α – linoleat
Total asam lemak tak jenuh 6.2
Sumber : Riset Muhammad Ahkam Subroto Duryanto dalam Trubus, Oktober 2005
B. TEMULAWAK Curcuma xanthorhiza Roxb.
Temulawak adalah salah satu tanaman rempah yang banyak ditemukan di Indonesia. Di daerah Jawa Barat dikenal dengan sebutan Koneng Gede, sedangkan
di Madura dikenal dengan nama Temolobak. Temulawak termasuk dalam famili Zingiberaceae
, genus Curcuma dan spesies Curcuma xanthorrhiza Roxb. Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan
terlindung sinar matahari. Namun tanaman ini masih dapat tumbuh di tempat yang terik matahari, seperti di tanah tegalan. Tanaman ini memiliki daya adaptasi yang
tinggi terhadap berbagai cuaca di daerah iklim tropis. Suhu udara yang baik adalah 19-30
o
C. Tanaman ini membutuhkan curah hujan tahunan antara 1000- 4000 mmtahun. Temulawak dapat beradaptasi dengan baik di segala jenis tanah,
baik tanah berkapur, berpasir, agak berpasir, maupun tanah liat. Temulawak dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 0-1500 meter
di atas permukaan laut. Namun berdasarkan penelitian, temulawak yang tumbuh di dataran rendah sampai sedang antara 240-450 m dari permukaan laut dapat
memproduksi rimpang dengan jumlah yang lebih tinggi Afifah, 2005.
Gambar 1. Tanaman temulawak Rimpang temulawak adalah bagian utama yang sering dimanfaatkan.
Rimpang ini dibagi menjadi rimpang induk dan rimpang cabang. Rimpang induk berbentuk silindris, bulat, berbuku-buku, berdiameter sekitar 5 cm atau lebih dan
panjang sekitar 10 cm, sedangkan rimpang cabang berbentuk silindris berwarna kekuningan kelabu dan mengkilat. Rimpang-rimpang ini berbau harum dan tajam,
serta memiliki rasa pahit agak pedas.
Gambar 2. Rimpang temulawak Rimpang temulawak dipanen pada saat masa tanaman berumur 9-12 bulan,
yaitu setelah bagian tanaman yang berada di atas tanah mulai mengering dan mati. Setiap rimpang dapat menghasilkan 1.0-1.2 Kg rimpang induk dan rimpang
cabang. Tanaman temulawak menghasilkan rimpang induk berbentuk bulat dengan jumlah rimpang cabang 3-7 buah. Bila dibiarkan tumbuh lebih dari
setahun maka akan tumbuh rimpang cukup banyak.
Rimpang temulawak mengandung zat kuning kurkumin, minyak atsiri, pati, protein, lemak fixed oil, selulosa, dan mineral. Kadar protein temulawak cukup
tinggi, yaitu sebesar 1.5 , yang melebihi kandungan protein pada pati jagung 0.8, pati gandum 0.6, dan pati kentang 0.4. Komposisi selengkapnya
dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. Komposisi temulawak
No. Komponen Besaran
1. Abu 0.37
2. Protein 1.52
3. Lemak 1.35
4. Serat Kasar
0.80 5. Karbohidrat
79.96 6. Kurkumin
15.00 ppm
7. Karbon 11.45
ppm 8. Natrium
6.38 ppm
9. Calsium 19.07
ppm 10. Magneium
12.72 ppm
11. Ferrum 6.68
ppm 12. Mangan
0.82 ppm
13. Cadmium 0.02
ppm Kandungan minyak atsiri temulawak dipengaruhi pula oleh umur rimpang.
Kandungan tertinggi pada saat umur rimpang 8-12 bulan Sukardi, 1993. Rimpang dengan umur 12 bulan mempunyai kandungan minyak atsiri terbesar,
dapat dilihat di Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan Minyak Atsiri Rimpang Temulawak Umur rimpang bulan
Persentase
8 4.6 10 5.2
12 5.3 15 5.1
Sumber : Sirait et al. 1985
Komponen kurkuminoid merupakan senyawa penciri yang berwarna kuning yang diketahui memiliki aktivitas sitotoksik. Kandungan utama kurkuminoid
terdiri dari senyawa kurkumin, desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin Gambar 3. Disamping tiga senyawa utama tersebut terdapat senyawa lain yang
digolongkan ke dalam senyawa kurkuminoid, yaitu monometoksi-kurkumin, ortohidrokurkumin, dihidrokurkumin, heksahidrokurkumin dan senyawa turunan
kurkumin.
Gambar 3. Struktur kurkuminoid Kurkuminoid pada temulawak terdiri dari kurkumin dan desmetoksi
kurkumin. Kurkuminoid memiliki aroma yang khas, tidak bersifat toksik tidak beracun, dan berbentuk serbuk dengan rasa sedikit pahit.
Kurkumin memiliki rumus molekul C
21
H
20
O
6
BM 368. Dalam suasana asam, kurkumin berwarna kuning atau kuning jingga dan dalam suasana basa
berwarna merah. Hal tersebut disebabkan sistem tautometri pada molekulnya. Pada pH di atas 7 kurkumin mengalami disosiasi dan degradasi membentuk asam
ferulat dan feruloilmetan. Sifat kurkumin yang penting adalah sensitifitasnya terhadap cahaya. Bila kurkumin terkena cahaya, akan terjadi dekomposisi struktur
berupa siklisasi kurkumin Tonensen dan Karlsen, 1985 dalam Yusnira, 2005. Pada minyak atsiri terkandung isofuranogermakren, trisiklin, allo-aromadendren,
germakren dan xanthorrhizol yang merupakan komponen khas temulawak Pursglove et al., 1981. Xanthorrhizol biasanya bergabung dengan kurkumin
Konchedorfer dan Ketaren, 1988 dalam Yusnira, 2005. Penggunaan kurkuminoid telah diketahui sebagai bahan aditif dan bahan
pewarna alam. Manfaat lain dari kurkuminoid adalah dapat menetralkan racun, menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah Yasni et al., 1993 dalam
Yusnira, 2005, antibakteri dan analgetik Hentschel et al., 1996 dalam Yusnira,
2005, antiinflamasi Ozaki, 1990 dalam Yusnira, 2005 antitumor Itokawa et al., 1990 dalam Yusnira, 2005, dan sebagai antioksidan penangkal senyawa radikal
penyebab arteriosklerosis, penyakit jantung koroner serta kanker Subarnas dan Sidik, 1997. Menurut Darwis et al. 1991, kurkuminoid temulawak dapat
merangsang dinding kantong empedu untuk mengeluarkan cairan empedu supaya pencernaan lebih sempurna. Karena kurkuminoid rimpang temulawak tidak
mengandung bisdesmetoksikurkumin, rimpang temulawak lebih efektif untuk sekresi empedu. Hal ini disebabkan oleh aktivitas kerja bisdesmetoksikurkumin
untuk sekresi empedu berlawanan atau antagonis dengan aktivitas kerja kurkumin dan desmetoksikurkumin Afifah, 2005.
C. KUNYIT Curcuma domestica VAL