pun tidak melakukan distribusi karena menurut Bapak R. Pandji telah ada perjanjian terlebih dahulu dengan pihak konsumen walaupun secara tidak tertulis.
Permasalahan muncul ketika hasil panen yang telah ada, tidak dapat diterima oleh pihak konsumen dengan alasan standard biji jarak yang dihasilkan
tidak sesuai dengan yang diinginkan sehingga hasil panen terbengkalai begitu saja hingga saat ini. Lagipula, konsumen tidak sanggup menampung biji jarak yang
begitu banyak karena saat ini masih sebatas pengembangan.
5.2. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan
PT. Armada Indonesia mempunyai visi menjaga lingkungan yang lestari dan misi perusahaan adalah mensejahterakan perusahaan dan masyarakat.
Sedangkan tujuan perusahaan adalah membuka peluang usaha di bidang Agribisnis yang produktif dan menguntungkan.
5.3. Struktur Organisasi Perusahaan
Sebagai perusahaan keluarga yang berskala menengah, maka PT. AI memiliki struktur organisasi yang sederhana. Struktur organisasi tersebut
dibentuk dan didasari atas Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. Struktur Organisasi PT. AI dapat dilihat pada Gambar 6 halaman 56.
Gambar 6. Struktur Organisasi PT, Armada Indonesia
Sumber: PT. Armada Indonesia, 2007
Dalam menjalankan usahanya, PT. AI tidak memiliki karyawan, peusahaan lebih memilih untuk menyebut pekerja. Bertindak selaku Presiden
Komisaris yaitu Bapak Moeslimin, selaku Komisaris yaitu Bapak Suhadi Wira Subrata dan Raden Adang Ganda Suntara yang seluruhnya tergabung dalam
Dewa Komisaris. Bapak R. Pandji sendiri bertindak sebagai Presiden Direktur selaku pengambil keputusan. Posisi Direktur yang menjalankan aktifitas
perusahaan diduduki oleh Bapak Mohamad Kusnan. Direktur I yang menjalankan proses pemasaran ditempati oleh putra dari Bapak R. Pandji yaitu R. Deny Fajar
Pramudya dan Direktur II yang menjalankan aktifitas keuangan perusahaan ditempati oleh putri Bapak R. Pandji yaitu R. Pursita Ayu Gandari.
Presiden Direktur
Direktur Direktur I
Direktur II
Pekerja Dewan Komisaris
5.4. Aktifitas Perusahaan
Aktifitas PT. AI pada pengembangan tanaman jarak pagar dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu pengadaan bibit, produksi dan
penjualan. Proses pengadaan bibit merupakan kegiatan yang penting karena menjadi awal penentu mutu tanaman jarak yang akan dipanen. Bibit tanaman
jarak pagar yang akan ditanam diperoleh dengan cara pembelian bibit di Departemen Pertanian dengan harga satuan sebesar Rp. 500. Dalam pengadaan
bibit, PT. AI tidak memiliki standard kualitas khusus yang ditetapkan. Hal inilah yang kemudian menjadi masalah yang sangat krusial karena konsumen pada
akhirnya hanya menginginkan hasil panen tanaman jarak yang berasal dari bibit berkualitas.
Proses produksi yang terdiri dari penanaman dan pemanenan dilakukan setelah pengadaan bibit tersebut diatas. Siklus tanam tanaman jarak pagar dalam
kurun waktu satu tahun dapat dilaksanakan tiga kali penanaman. Setiap empat bulan sekali tanaman jarak dapat dipanen. Proses ini dilakukan oleh masyarakat
sekitar sebagai pekerja tetap denngan pengawasan oleh Direktur I dan juga dengan sistem kepercayaan. Begitu pula halnya dengan proses pemanenan dilaksanakan
oleh masyarakat sekitar dengan pengawasan Direktur I. Proses penjualan setelah pemanenan dilakukan secara langsung yaitu
konsumen secara langsung datang dan membeli hasil panen Proses penjualan ini dilaksanakan langsung oleh Direktur I dan juga diawasi oleh Presiden Direktur
secara langsung.
VI. IDENTIFIKASI FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PERUSAHAAN