6.2. Faktor Eksternal Perusahaan
Analisis faktor eksternal dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan dan faktor-faktor ancaman yang harus
dihindari dalam menyusun statu strategi. Faktor-faktor eksternal perusahaan dapat dikelompokkan menjadi lingkungan umum, lingkungan operasional, dan
lingkungan industri.
6.2.1. Lingkungan Umum
Lingkungan umum adalah lingkungan luar atau lingkungan jauh dari perusahaan. Linkungan umum merupakan suatu tingkatan dalam lingkungan
eksternal organisasi yang menyusun faktor-faktor yang memiliki ruang lingkup luas dan faktor-faktor tersebut pada dasarnya berada di luar operasi perusahaan.
Lingkungan umum terdiri dari politik dan kebijakan pemerintah, ekonomi, sosial, dan teknologi.
6.2.1.1. Faktor Politik dan Kebijakan Pemerintah
Faktor politik dan keamanan merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi perkembangan perusahaan ataupun industri dalam suatu negara.
Situasi politik yang tidak kondusif akan berdampak negatif bagi kelanjutan usaha, begitu pula sebaliknya, stabilitas politik yang kondusif akan mendukung jalannya
suatu perusahaan. Adanya kebijakan-kebijakan pemerintah pun akan turut membantu perusahaan dalam rangka mendukung seluruh program dan rencana
yang akan dijalankan. Kebijakan pemerintah yang mendukung PT. AI yaitu antara lain dengan
ditetapkannya Peraturan Pemerintah Perpres nomor 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional dan juga Instruksi Presiden Inpres nomor 1 tahun
2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati BBM biodiesel sebagai bahan bakar lain. Adanya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah yang di dalamnya mengatur desentralisasi wewenang pemerintah pusat ke daerah, sehingga diharapkan dengan adanya
otonomi tersebut maka pemerintah daerah dapat mengembangkan dan memajukan potensi dan kekhasan daerah daerah masing-masing baik berupa sumberdaya
manusia maupun kekayaan alam yang berupa komoditi atau produk unggulan yang menjadi prioritas pengembangan.
Berdasarkan PT. AI, kondisi stabilitas politik dan keamanan di kabupaten Lebak pada khususnya dan propinsi Banten pada umumnya tidak kondusif karena
tidak adanya dukungan dari pemerintah daerah setempat. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya peraturan perundangan daerah yang mengatur kegiatan
usaha. Hingga saat inipun tidak ada program-program konkrit dari pemerintah dalam upaya pengembangan biodiesel di propinsi Banten.
6.2.1.2. Faktor Ekonomi
Kondisi ekonomi suatu negara akan mempengaruhi perkembangan suatu perusahaan atau industri dalam menjalankan usahanya. Indikator perekonomian
yang baik dapat dilihat oleh adnya pembangunan ekonomiyang terjadi dalam tempo waktu tertentu. Indikator tersebut antara lain dapat dilihat dari segi
pertumbuhan ekonomi Produk Domestik Bruto, neraca perdagangan luar negeri, investasi, dan tingkat inflasi. Perkembangan indikator perekonomian dapat dilihat
pada tabel 13 halaman 64.
Tabel 13. Perkembangan Beberapa Indikator Ekonomi Indonesia Tahun 2002 – 2005
Indikator No.
Indikator 2002 2003 2004 2005
1. Pertumbuhan
Ekonomi 4,50 4,78 5,05 5,60
2. Inflasi 10,03
5,06 6,40
17,11 3. PDB
harga konstan
2000 Rp
1505,20 1577,20 1656,80 1749,50 4.
PDB per kapita harga berlaku ribu rupiah 8645,10
9429,50 10506,20
12450,70 Neraca Perdagangan luar negeri juta US
25869,90 28507,60
25060,10 27959,10
Ekspor juta
US 27158,80 61058,30 71584,60 85660,00
5. Impor
juta US
31228,90 32550,70 46524,50 57700,90 Investasi
a. PMDN
milyar Rp
25262,30 48484,80 36747,60 50577,40 6.
b. PMA juta US 9744,10
13207,20 10277,30
12979,30
Sumber : BPS, 2005
Kinerja perekonomian Indonesia selama empat tahun mengalami percepatan pertumbuhan . Pada tahun 2003 ekonomi Indonesia tumbuh sebesar
4,78. Pada tahun 2004 perekonomian Indonesia mampu tumbuh lebih tinggi lagi, yaitu sebesar 5,05. Pada tahun 2005, perekonomian Indonesia tidak
mencapai target dari target pertumbuhan yang direncanakan sebesar 6,0. Pertumbuhan ekonomi terasa sangat menurun pada triwulan terakhir tahun 2005.
Hal ini sebagai dampak dari kenaikan BBM yang diberlakukan pemerintah per tanggal 1 Oktober 2005 sebanyak dua kali lipat. Keadaan tersebut membuat daya
beli masyarakat menjadi turun yang juga secara langsung berakibat pada penurunan nilai produksi.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2005 yang diukur berdasarkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto PDB atas dasar harga konstan
2000, tercatat sebesar 5,6 dengan nilai PDB sebesar Rp. 1.749,5 triliun. Pertumbuhan tersebut terjadi pada seluruh sektor ekonomi, dimana berbagai
sektor ekonomi pada tahun 2005 sangat dipengaruhi oleh sensitifitas masing- masing sektor ekonomi terhadap depresiasi nilai tukar dan perlambatan
permintaan dunia. Beberapa sektor yang melambat umumnya merupakan sektor yang terkait langsung dengan ekspor serta relatif sensitif terhadap perubahan
perubahan harga BBM dan nilai tukar seperti sektor industri pengolahan dan pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, transportasi dan komunikasi,
dan sektor listrik, gas dan air minum mencatat pertumbuhan yang relatif tinggi. Stabilitas perekonomian dapat dilihat dari laju inflasi. Selama periode
tahun 2001 sampai tahun 2004 laju inflasi Negara Indonesia menunjukkan kecenderungan yang terus menurun. Perubahan laju inflasi yang terjadi
menunjukkan bahwa pada tahun 2003 tingkat harga lebih baik jika dibandingkan tahun 2001, 2002, dan 2004. Pada tahun 2003, tingkat kenaikan harga barang
secara umum lebih rendah dibandingkan tahun 2001, 2002, dan 2004. Pada tahun 2005 neraca perdagangan luar negeri Indonesia tercatat surplus
sebesar US 28 milyar. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan nilai yang tedapat pada tahun 2004 yaitu US 25,1 milyar. Kebijakan yang diberlakukan pemerintah
pun menimbulkan barbagai hal positif antara lain peningkatan perdagangan luar negeri ekspor dan impor. Hal ini ditunjukkan dengan nilai ekspor dan impor
yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005, nilai investasi dalam negeri tercatat sebesar Rp. 50.577,4
milyar atau mengalami peningkatan sebesar 37,63 dibandingkan pada tahun 2004 yang sebesar Rp. 36. 747,6 milyar. Hal ini diikuti pula dengan investasi
asing yang meningkat dari US 10.277,3 juta menjadi US 12.979,3 juta atau mengalami penungkatan sebesar 26,29.
Dari beberapa faktor ekonomi tersebut diatas, terlihat bahwa sektor perekonomian Indonesia khususnya pada bidang industri pengolahan dan
pertanian, menunjukkan pertumbuhan yang relatif tinggi. Hal ini akan sangat mendukung perusahaan untuk lebih mengembangkan usaha yang digeluti yaitu
pengembangan biodiesel berbasis tanaman jarak pagar.
6.2.1.3. Faktor Sosial