21
2.1.2 Hasil Belajar
Dalam proses pembelajaran, siswa melakukan serangkaian aktivitas baik fisik maupun mental untuk mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hasil belajar diperoleh setelah siswa melakukan serangkaian aktivitas belajar.
Rifa’i dan Anni 2009: 85 mendefinisikan hasil belajar sebagai perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar.
Sementara menurut Suprijono 2012: 5 hasil belajar adalah ”pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan-
keterampilan”.
Menurut Bloom dalam Suprijono 2012: 6 hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan Gagne dalam
Suprijono 2012: 5 mengemukakan bahwa hasil belajar berupa:
1 Informasi Verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. 2
Keterampilan Intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
3 Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri. 4
Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani.
22 5
Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Beberapa pendapat ahli mengenai pengertian hasil belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa
setelah melakukan serangkaian aktivitas dalam proses pembelajaran yang berupa perubahan perilaku yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2.1.3 Karakteristik Siswa SD
Pada umumnya masa usia siswa SD berlangsung pada usia 6-12 tahun. Pada masa ini siswa SD memiliki berbagai karakteristik utama. Karakteristik
siswa SD menurut Putri 2010 diantaranya yaitu senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, senang merasakanmelakukan sesuatu
secara langsung, cengeng, sulit memahami isi pembicaraan orang lain, senang diperhatikan, dan senang meniru.
Sedangkan Darmodjo 1992 dalam Putri 2010 berpendapat bahwa anak usia sekolah dasar adalah anak yang sedang mengalami pertumbuhan baik
pertumbuhan intelektual, emosional maupun pertumbuhan badaniyah, dimana kecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut tidak sama,
sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut. Ini suatu faktor yang menimbulkan adanya perbedaan individual pada anak-anak
sekolah dasar walaupun mereka dalam usia yang sama. Piaget 1988 dalam Rifa’i dan Anni 2009: 26 membagi tahap
perkembangan kognitif anak-anak ke dalam empat tahapan, yaitu:
23 1
Sensorimotorik 0-2 tahun Dalam tahap sensorimotorik kemampuan berpikir anak baru melalui
gerakan atau perbuatan. Perkembangan panca indera sangat berpengaruh dalam diri mereka. Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh atau
memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya. Pada usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata
terbesarnya adalah menangis. Memberi pengetahuan pada anak dalam usia ini tidak dapat hanya sekedar dengan menggunakan gambar sebagai media,
melainkan harus dengan sesuatu yang bergerak. 2
Praoperasional 2-7 tahun Tahap praopersional kemampuan skema kognitif anak masih terbatas.
Anak masih suka menirukan perilaku orang lain, terutama orang tua dan guru yang pernah dilihat ketika orang itu merespon perilaku orang, keadaan dan
kejadian pada masa lampau. Anak mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu pula mengekspresikan kalimat pendek secara efektif.
3 Operasional konkrit 7-11 tahun
Pada tahap operasional konkrit anak sudah mulai memahami aspek-aspek komulatif materi, misalnya volume dan jumlah. Mempunyai kemampuan
memahami cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang tingkatannya bervariasi. Anak sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan
peristiwa-peristiwa yang konkrit.
24 4
Operasional formal 12-15 tahun Anak telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan dua ragam
kemampuan kognitif secara serentak maupun berurutan. Misalnya kapasitas merumuskan hipotesis dan menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan
kapasitas merumuskan hipotesis anak mampu berpikir memecahkan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan.
Berdasarkan uraian tahap perkembangan kognitif anak-anak menurut Piaget 1988 dalam Rifa’i dan Anni 2009: 26, dapat diketahui bahwa siswa
sekolah dasar berada pada tahap operasional konkrit. Pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis dan masih sangat terikat pada fakta-fakta
perseptual, artinya anak mampu berpikir logis tetapi masih terbatas pada obyek- obyek konkrit dan mampu melakukan konservasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa SD yaitu individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dimana
proses pertumbuhan dan perkembangan tersebut tidak mungkin sama antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Karakteristik siswa SD tersebut diantaranya
yaitu kemampuan berpikirnya masih terbatas pada benda-benda konkrit, senang bermain dan senang bergerak. Oleh karena itu, guru sebagai ujung tombak
keberhasilan proses pembelajaran harus bisa memilih metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa SD sehingga diharapkan tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
25
2.1.4 Performansi Guru