= − �
� 1
− �
Sudjana, 2002: 233 Keterangan:
: banyak siswa yang memenuhi KKM : banyaknya seluruh siswa
� :
0,08 Kriteria pengujian ini, dengan taraf signifikan
� = 5 adalah terima jika
ℎ �
−
0,5 −�
dalam hal lain ditolak.
3.7.4 Uji Kesamaan Dua Proporsi
Uji kesamaan dua proporsi ini digunakan untuk menguji hipotesis yaitu ketuntasan klasikal siswa terhadap kemampuan penalaran matematis dengan
pembelajaran Model-Eliciting Activities lebih baik daripada ketuntasan klasikal siswa dengan pembelajaran ekspositori. Uji kesamaan dua proporsi yang
digunakan adalah uji satu pihak, yaitu uji pihak kanan. Hipotesis:
: �
1
�
2 1
: �
1
�
2
Dengan
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
=
1 1
−
2 2
1
1
+ 1
2
Sudjana, 2002: 246 Keterangan:
=
1
+
2 1
+
2
dan = 1
−
1
: banyak siswa yang tuntas pada kelas eksperimen
2
: banyak siswa yang tuntas pada kelas kontrol
1
: banyaknya seluruh siswa pada kelas eksperimen
2
: banyaknya seluruh siswa pada kelas kontrol Kriteria pengujian tolak H
jika
0,5−�
dimana
0,5−�
diperoleh dari distribusi normal baku dengan peluang
0,5 − � dan � = 5.
3.7.5 Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menguji apakah kemampuan penalaran dan disposisi matematis siswa dengan pembelajaran
Model-Eliciting Activities lebih baik daripada kemampuan penalaran dan disposisi matematis siswa dengan pembelajaran ekspositori. Hipotesis yang digunakan
untuk uji perbedaan dua rata-rata adalah sebagai berikut. H
: �
1
�
2
H
1
: �
1
�
2
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut Sudjana, 2002: 239. =
1
−
2
1
1
+ 1
2
dengan
2
=
1
− 1
1 2
+
2
− 1
2 2
1
+
2
− 2 Keterangan:
1
: nilai rata-rata kelas eksperimen
2
: nilai rata-rata kelas kontrol
1
: banyaknya subyek kelas eksperimen
2
: banyaknya subyek kelas kontrol
1 2
: varians kelas eksperimen
2 2
: varians kelas kontrol
2
: varians gabungan Dengan derajat kebebasan
=
1
+
2
− 2, taraf signifikan � = 5 maka kriteria pengujiannya adalah terima
jika
ℎ �
1 −�
dalam hal lain ditolak.
3.7.6 Analisis Skala Disposisi Matematis Siswa
Sebelum melakukan tes hipotesis melalui uji statistik, harus diketahui arti dari skor yang diperoleh responden. Untuk mengetahuinya, dilakukan proses
kategorisasi. Kategorisasi dapat dilakukan secara normatif dengan memanfaatkan statistik deskriptif untuk menginterpretasi skor skala. Kategorisasi didasarkan
pada asumsi bahwa skor subjek dalam kelompoknya merupakan estimasi skor subjek dalam populasi dan bahwa skor subjek dalam populasinya terdistribusi
secara normal Azwar, 2010: 106. Norma kategorisasi yang digunakan adalah sebagai berikut.
−1,5� kategori sangat rendah −1,5�
−0,5� kategori rendah −0,5�
0,5 � kategori sedang
0,5 �
1,5 � kategori tinggi
1,5 � kategori sangat tinggi
Azwar, 2010: 108 Langkah kategorisasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1 Menentukan skor terendah;
2 Menentukan skor tertinggi;
3 Menentukan rentang skor skala;
4 Menentukan deviasi standar;
5 Mengubah skor yang diperoleh responden ke dalam bentuk presentase.
Untuk mengetahui tingkat disposisi matematis siswa, digunakan data yang berasal dari skala disposisi matematis siswa. Berdasarkan langkah di atas,
untuk mengetahui tingkat disposisi matematis siswa dilakukan sebagai berikut. 1
Menentukan skor terendah. Skor terendah
= 1 35 = 35. 2
Menentukan skor tertinggi. Skor tertinggi
= 4 35 = 140. 3
Menentukan rentang skor skala. Rentang
= 140 – 35 = 105.
4 Menentukan deviasi standar �
Nilai � =
� 6
=
105 6
= 17,5 ≈ 18.
5 Mengubah skor yang diperoleh responden kedalam bentuk presentase.
Persentase kriteria tingkat disposisi matematis siswa dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.8 Kriteria Tingkat Disposisi Matematis Siswa Skor
Presentase Skor Kriteria
27 27
Sangat Rendah 27
45 27
45 Rendah
45 63
45 63
Sedang 63
81 63
81 Tinggi
81 81
Sangat Tinggi
68
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5-12 Januari 2013 di SMP Negeri 11 Semarang, dengan kelas VIII G sebagai kelas eksperimen yang diberi
perlakuan pembelajaran Model-Eliciting Activities dan kelas VIII H sebagai kelas kontrol yang diberi perlakuan pembelajaran ekspositori. Pembelajaran dilakukan
sebanyak empat kali pertemuan untuk masing-masing kelas. Pada pertemuan keempat, dilakukan postes untuk kedua kelas, baik kelas eksperimen maupun
kelas kontrol. Data postes tersebut dianalisis untuk menguji asumsi hipotesis- hipotesis dalam penelitian ini.
Hasil analisis deskriptif data kemampuan penalaran matematis siswa pada materi lingkaran setelah diberi perlakuan pada kelas eksperimen dengan
pembelajaran Model-Eliciting Activities dan kelas kontrol dengan pembelajaran ekspositori dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Data Kemampuan Penalaran Matematis No. Statistik Deskriptif Kelas Eksperimen
Kelas kontrol 1
Nilai tertinggi 96
88 2
Nilai terendah 39
21 3
Rata-rata 73,25
62,00 4
Varians 165,972
218,593 5
Simpangan baku 12,883
14,785