Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis

sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diteskan diujikan. Sedangkan untuk data kualitatif, teknik pemeriksaan keterpecayaan yang penulis gunakan untuk memeriksa keabsahan data adalah teknik triangulasi. Teknik triangulasi yaitu menggali data dari sumber yang sama dengan menggunakan cara yang berbeda. Dalam hal ini untuk memperoleh informasi tentang aktivitas belajar matematika siswa dilakukan dengan mengobservasi siswa dan mewawancarai siswa.

W. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis

Sebelum melakukan analisis data, peneliti memeriksa kembali kelengkapan data dari berbagai sumber. Kemudian analisis data dilakukan pada semua data yang sudah terkumpul, yaitu berupa hasil wawancara, hasil observasi, hasil tes siswa dan catatan komentar observer pada lembar observasi. Semua data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Untuk menganalisis setiap indikator aktivitas belajar digunakan teknik analisis secara deskriptif dengan rumus sebagai berikut: P = s f x 100 Ket: P = persentase aktivitas belajar f = frekuensi siswa yang melakukan indikator aktivitas belajar s = jumlah siswa yang hadir Tahap analisis data dimulai dengan menyajikan keseluruhan data yang diperoleh dari berbagai sumber, membaca data, kemudian mengadakan rekapitulasi data dan menyimpulkannya. Data yang diperoleh berupa kalimat- kalimat dan skala penilaian aktivitas siswa diubah menjadi kalimat yang bermakna.

X. Tindak Lanjut atau Pengembangan Perencanaan Tindakan

Tahapan penelitian tindakan ini diawali dengan dilakukannya penelitian pendahuluan pra penelitian dan akan dilanjutkan dengan tindakan pertama dalam siklus I. Siklus ini terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanakan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, apabila indikator keberhasilan belum tercapai maka penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II. Penelitian ini berakhir, apabila peneliti menyadari bahwa penelitian ini telah berhasil menggunakan pembelajaran tematik dalam meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa. Kegiatan penelitian yang penulis akan lakukan memerlukan perencanaan dan persiapan yang cukup panjang, dan sangat disayangkan apabila model pembelajaran dalam penelitian ini hanya dilakukan pada dua bab saja. Penulis berharap penelitian ini tidak hanya sampai disitu, oleh karena itu penulis akan membuat pengembangan perencanaan tindakan agar pembaca atau guru dapt melanjutkan penelitian ini. Adapun perencanaan tindakannya adalah peneliti mempersiapkan instrumen penelitian seperti lembar observasi guru pada KBM, observasi aktivitas belajar matematika siswa, soal-soal yang dipergunakan untuk latihan dan soal-soal tes formatif untuk menilai hasil belajar matematika siswa. Peneliti juga dapat menggunakan lembar kerja siswa yang dibuat oleh peneliti sendiri atau yang dianjurkan oleh sekolah. Dalam melakukan penelitian, guru bidang studi dapat berkolaborasi dengan observer yang dalam hal ini adalah teman seprofesi untuk membantu kelancaran penelitian dan dapat juga sebagai kolaborator untuk berdiskusi membicarakan kegiatan pada siklus selanjutnya. BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS, DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Hasil Pengamatan 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan dengan observasi pembelajaran di kelas serta wawancara terhadap guru dan siswa. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 22 September, 16, 17, 20 dan 24 Oktober 2008. Pertama peneliti melakukan observasi ke kepala sekolah dan kepala bidang kurikulum untuk menanyakan sejauh mana penerapan model pembelajaran tematik yang sudahpernah dilaksanakan di sekolah tersebut. Berdasarkan penjelasan dari kepala sekolah dan bidang kurikulum, diperoleh informasi bahwa banyak pihak yang merasa bahwa model pembelajaran tematik sangat bagus dan baik untuk diterapkan. MI Pembangunan UIN Jakarta juga pernah mencoba untuk menerapkannya secara tematik keseluruhan dalam satu semester. Tetapi hal ini menimbulkan banyak komplain dari wali murid karena sistem yang tidak dipahami oleh mereka sehingga sulit untuk membimbing anak-anak dalam belajar. Oleh karena itu, model pembelajaran tematik tidak diterapkan lagi. Setelah peneliti mendapatkan ijin untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut, pihak sekolah menentukan kelas yang dapat dijadikan objek penelitian yaitu kelas IF. Model pembelajaran tematik ini sangat tepat untuk diterapkan pada kelas awal SD dan dipilih kelas IF karena berdasarkan pengamatan bidang kurikulum kelas ini termasuk kategori kelas yang prestasi belajarnya sedang, bukan yang terbaik ataupun terburuk. Pada tanggal 16 Oktober 2008 peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas IF. Wawancara ini dilaksanakan untuk mengetahui pendapat guru tentang model pembelajaran tematik, aktivitas belajar 43 matematika siswa dan permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran matematika di kelas tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, diperoleh informasi sebagai berikut: 1. Sebagian besar siswa menyukai pelajaran matematika. 2. Metode yang sering digunakan guru adalah ceramah, simulasi, tanya jawab, dan penugasan. 3. Untuk aktivitas mendengarkan dan memperhatikan guru dilakukan oleh sebagian besar siswa dan yang lainnya bermain atau ngobrol sendiri. Namun untuk aktivitas memperhatikan teman yang bertanya atau memberi tanggapan sangat kurang, biasanya kalau ada siswa yang bertanya atau maju maka yang lain cuek dan hanya beberapa siswa saja yang memperhatikan. Untuk bertanya tentang pelajaran juga jarang sekali terjadi. Sebagian besar siswa hanya sering bertanya pada saat mengerjakan soal. 4. Seluruh siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru. Namun ada beberapa siswa yang tidak semangat dalam mengerjakan tugas sehingga lamban. 5. Guru pernah menerapkan model pembelajaran tematik tetapi sangat jarang, terkadang 2 atau 3 minggu sekali. Menurut guru, model pembelajaran tematik pada tataran teori bagus tetapi dalam pelaksanaanya sulit dan terkadang materinya tidak sesuai dengan tema. 6. Nilai hasil belajar siswa pada tes sub sumatif sebelumnya adalah mencapai rata-rata 78 dengan 4 orang siswa yng nilainya dibawah KKM, yaitu 65. Hari senin tanggal 17, 20 dan 24 Oktober 2008 peneliti melakukan observasi pembelajaran matematika di kelas IF. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran matematika di kelas tersebut dan aktivitas belajar matematika siswa. Adapun hasil observasi pembelajaran di kelas adalah sebagai berikut: a Metode yang digunakan guru adalah ceramah, simulasi dan penugasan. Guru menjelaskan materi, memberika sedikit simulasi dan waktu lebih banyak dipergunakan untuk pemberian tugas soal latihan. b Selama proses pembelajaran matematika, sebagian besar siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru. Namun jarang sekali siswa bertanya tentang materi pelajaran. c Dalam hal menjawab pertanyaan, sebagian besar siswa menjawab pertanyaan guru dan yang lain bermain sendiri. Jika diberikan games dan dimotivasi dengan pemberian hadiah, maka siswa sangat semangat. Akan tetapi guru jarang menggunakan metode games dan lebih sering menggunakan metode penugasan. d Masih ada beberapa siswa yang tidak menunjukkan ekspresinya, baik senang ataupun bosan. Mereka hanya diam dan termangu. e Pemberian tugas kurang efektif. Guru menuliskan soal latihan di papan tulis dan siswa mengerjakannya di buku latihan. Pada saat mengerjakan tugas, kebanyakan siswa sangat lamban. Hal ini dikarenakan belum semua siswa lancar membaca dan menulis. Belum lagi kebanyakan siswa selalu menanyakan jawaban dari tiap soal pada guru secara bergantian. Jadi guru kelas harus berkeliling untuk membantu mereka mengerjakan soal. Sedangkan guru pendamping mendampingi siswa yang masih belum lancar membaca. Beberapa siswa yang duduk di belakang mengerjakan tugas di depan kelas duduk dan tiduran di lantai dengan alasan tidak kelihatan. Setelah siswa selesai mengerjakan soal, guru pendamping langsung mengoreksi dan menilainya. Setelah jam pelajaran matematika habis, guru kelas mengajarkan pelajaran berikutnya dan siswa yang belum selesai mengerjakan tugas harus meneruskannya sampai selesai, tanpa mengikuti pelajaran yang baru. f Hasil persentase aktivitas belajar siswa, rata-ratannya hanya mencapai 48 Dokumentasi aktivitas siswa mengerjakan tugas pada penelitian pendahuluan ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar 1 Aktivitas Mengerjakan Tugas pada Penelitian Pendahuluan Pada tanggal 20 dan 24 Oktober 2008 peneliti melakukan wawancara dengan 7 orang siswa kelas IF. Ketujuh siswa ini terdiri dari 2 orang siswa yang aktif, 2 orang siswa yang cukup aktif, dan 3 orang siswa yang pasif. Ketentuan ini berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap aktivitas belajar siswa pada pelajaran matematika sebelumnya. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui minat siswa terhadap pelajaran matematika dan aktivitas belajar matematika siswa. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi sebagai berikut: 1. Sebagian besar siswa menyukai pelajaran matematika karena mudah dan memang suka. Sedangkan yang lain menyatakan tidak suka karena lelah mengerjakan soal. 2. Seluruh siswa pernahkadang merasa bosan saat belajar matematika. 3. Sebagian kecil siswa jarang sekali bertanya tentang materi pelajaran dan sebagian besar tidak pernah. 4. Siswa selalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, namun apabila guru memberikan pertanyaan secara lisan sebagian kecil siswa menjawabnya dan siswa yang lain hanya kadang-kadang. Hasil observasi pembelajaran matematika di kelas dan wawancara tersebut digunakan sebagai bahan untuk merencanakan tindakan pada siklus I nanti. 2. Siklus I a Tahap perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah membuat jaringan tema, silabus dan RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Peneliti juga membuat instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar observasi guru pada KBM, lembar observasi aktivitas belajar siswa, pedoman wawancara untuk guru dan siswa, serta membuat LKS untuk tiap pertemuan dan soal tes untuk akhir siklus I ini. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dibuat dan didiskusikan bersama guru kelas agar materi sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan di sekolah tersebut. Pada tahap perencanaan ini peneliti juga menjelaskan cara penilaian pada lembar observasi dan hal-hal yang harus diperhatikan selama proses pembelajaran. b Tahap pelaksanaan Tema pada siklus I ini adalah ”kegiatan sehari-hari” dengan alokasi waktu 5 kali pertemuan. Adapun materinya adalah satuan waktu pertemuan ke-1, nama-nama hari pertemuan ke-2, nama- nama bulan pertemuan ke-3, jam analog pertemuan ke-4 dan pelaksanan tes akhir siklus I pada pertemuan ke-5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus I dapat dilihat pada lampiran 1. Adapun uraian proses pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut: 1 Pertemuan ke-1 Jumat, 31 Oktober 2008 Pertemuan pertama berlangsung selama 2 x 35 menit 2 jam pelajaran. Siswa yang hadir pada pertemuan pertama ini ada 32 orang dan siswa yang tidak hadir ada 3 orang. Yaitu S29 dan S30 dikarenakan sakit serta S16 dikarenakan ijin. Pada pertemuan pertama ini peneliti mulai menerapkan model pembelajaran tematik. Materi yang disampaikan adalah satuan waktu pagi, siang, sore, dan malam. Adapun materi yang digabungkan pada subbab ini adalah keadaan alam pelajaran sains, bercerita pelajaran bahasa indonesia dan menyanyikan lagu sesuai irama tepukan serta mewarnai gambar pelajaran seni budaya. Pembelajaran dimulai dengan menyanyikan lagu ”bangun tidur” dengan bertepuk tangan, kemudian guru membimbing siswa untuk menyebutkan macam-macam satuan waktu. Setelah itu, beberapa siswa diminta maju ke depan kelas untuk menceritakan tentang kegiatan sehari-harinya. Siswa yang berani maju untuk bercerita ada 4 orang. Pada saat siswa yang maju bercerita hanya sedikit siswa yang memperhatikannya dan sebagian besar siswa tidak memperhatikannya. Kegiatan selanjutnya adalah guru memberikan contoh keadaan alam dan beberapa kegiatan sehari-hari berdasarkan waktunya dengan teknik tanya jawab. Pada saat menjawab secara bersamaan sebagian besar siswa semangat untuk ikut menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Namun ketika ditanya individu, siswa masih terlihat ragu menjawabnya. Guru sudah memberikan kesempatan bagi siswa yang mau bertanya dan belum memahami materi, namun hanya satu siswa yang bertanya yaitu siswa S2 yang bertanya: ”Ibu, kalo subuh berarti udah pagi ya?”. Karena tidak ada lagi siswa yang bertanya maka kegiatan dilanjutkan dengan dilakukan games. Setiap siswa dibagikan selembar kertas origami dengan warna yang berbeda yaitu biru sebagai perumpamaan waktu pagi, kuning sebagai perumpamaan waktu siang, orange sebagai perumpamaan waktu sore, dan hitam sebagai perumpamaan waktu malam. Guru menyebutkan contoh keadaan alam atau suatu kegiatan dan siswa yang memegang kertas sesuai dengan pernyataan guru harus mengangkatnya. Bagi siswa yang salah harus maju ke depan untuk menyebutkan contoh kegiatan yang dilakukan pada tiap satuan waktu masing-masing satu kegiatan. Setelah games selesai, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan kembali materi satuan waktu. Sebagai evaluasi, pada akhir pembelajaran siswa diberikan LKS berupa soal latihan 1 yang berjumlah 10 soal. Siswa terlihat senang dan semangat untuk mengerjakan soal pada LKS, apalagi mereka dapat mewarnai gambar-gambar yang ada pada LKS tersebut. Dokumentasi aktivitas siswa mengerjakan soal latihan pada LKS dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar 2 Aktivitas Siswa Mengerjakan Tugas pada Pertemuan Ke-1 Namun pada saat mengerjakan LKS latihan 1 ini masih banyak siswa yang selalu menanyakan jawabannya. Disini guru tidak langsung memberi tahu jawaban tetapi hanya mengarahkan maksud soal dengan tujuan agar siswa belajar mandiri dalam mengerjakan tugas. a. Pertemuan ke-2 Senin, 3 November 2008 Pertemuan kedua berlangsung selama 2 x 35 menit 2 jam pelajaran. Siswa yang hadir pada pertemuan kedua ini ada 33 orang dan siswa yang tidak hadir ada 2 orang. Yaitu S28 dan S29 dikarenakan sakit. Pada pertemuan kedua ini masih menggunakan tema ”kegitan sehari-hari”. Materi yang disampaikan adalah nama-nama hari. Adapun materi yang digabungkan pada subbab ini adalah membaca dengan nyaring dan lafal yang tepat pelajaran bahasa indonesia dan menyanyikan lagu sesuai irama tepukan serta mengekspresikan diri melalui gambar pelajaran seni budaya. Pembelajaran dimulai dengan menyanyikan lagu ”nama- nama hari” dengan irama tepukan tangan, kemudian guru membimbing siswa untuk menyebutkan nama-nama hari dengan suara nyaring dan lafal yang tepat. Setelah itu, guru menjelaskan tentang besok, lusa, dan kemarin. Kemudian guru memberikan kesempatan bagi siswa yang mau bertanya dan belum memahami materi. Pada pertemuan kedua ini siswa mulai berani untuk menanyakan materi yang belum dipahami meskipun hanya 5 anak. Namun hal ini lebih baik dari pertemuan sebelumnya. Siswa yang bertanya yaitu S1, S2, S3, S6, dan S32. Diantaranya yaitu S1 bertanya: ”Ibu, yang pertama hari senin kan?Kok nyanyinya hari minggu dulu?” . Kegiatan selanjutnya adalah guru memberikan contoh soal dan masalah yang berkaitan dengan nama-nama hari dengan teknik tanya jawab. Sebagian besar siswa berebut untuk menjawabnya. Namun masih banyak juga siswa yang hanya diam bahkan bercanda dengan temannya. Mungkin mereka menganggap materi ini mudah sehingga kurang bersemangat. Agar siswa bersemangat, maka dimulailah games dengan media berupa tulisan nama-nama hari yang terbuat dari kertas warna-warni. Perwakilan dari tiap kelompok sebanyak 7 orang maju ke depan kelas, kemudian tiap orang mengambil 1 nama hari dan dalam hitungan 1-10 mereka harus berdiri secara berurutan. Kelompok yang tercepat dan terkompak diberi nilai 100 sedangkan yang lain 80 dan 60. Games dilanjutkan untuk anggota kelompok yang belum maju. Nama-nama hari diletakkan di meja di depan papan tulis, kemudian guru memberikan soal tentang besok, lusa dan kemarin secara lisan. Masing-masing kelompok tersebut harus mencari jawabanya di meja dengan cepat. Guru kembali memberikan penilaian untuk tiap kelompok. Setelah games berakhir, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan kembali materi nama-nama hari. Sebagai evaluasi, pada akhir pembelajaran siswa diberikan LKS berupa soal latihan 2 yang berjumlah 7 soal. Siswa terlihat senang dan semangat untuk mengerjakan soal pada LKS, mereka juga harus menentukan gambar ekspresi wajah yang sesuai dengan perasaan siswa selama pembelajaran. b. Pertemuan ke-3 Rabu, 5 November 2008 Pertemuan ketiga berlangsung selama 2 x 35 menit 2 jam pelajaran. Siswa yang hadir pada pertemuan ketiga ini ada 34 orang dan siswa yang tidak hadir ada 1 orang, yaitu S29 yang masih sakit. Pada pertemuan ketiga ini masih menggunakan tema ”kegitan sehari-hari”. Materi yang disampaikan adalah nama-nama bulan. Adapun materi yang digabungkan pada subbab ini adalah membaca dengan nyaring dan lafal yang tepat pelajaran bahasa indonesia dan menyanyikan lagu sesuai irama tepukan, mewarnai, serta mengekspresikan diri melalui gambar pelajaran seni budaya. Pembelajaran dimulai dengan menyanyikan lagu ”nama- nama bulan” dengan irama tepukan tangan, kemudian guru membimbing siswa untuk menyebutkan nama-nama bulan dengan suara nyaring dan lafal yang tepat. Kemudian beberapa siswa ditunjuk untuk menyebutkan nama bulan secara urut dan bagi yang menjawab dengan benar maka diberi hadiah stiker. Setelah itu, guru menjelaskan tentang hubungan hari dan bulan. Pada pembelajaran kali ini siswa yang mendengarkan dan memperhatikan guru semakin banyak, tidak seperti pertemuan pertama dan kedua. Guru juga memberikan kesempatan bagi siswa yang mau bertanya dan belum memahami materi. Pada pertemuan kedua ini siswa yang berani bertanya semakin banyak mencapai 7 orang, yaitu S1, S2, S22, S25, S26, S32, dan S33. Diantara siswa yang bertanya yaitu S33 bertanya: ”Ibu, ’setelah’ itu maju atau mundur?” . Kegiatan selanjutnya adalah guru memberikan contoh soal dan masalah yang berkaitan dengan nama-nama bulan dengan teknik tanya jawab. Sebagian besar siswa berebut untuk menjawabnya. Namun masih banyak juga siswa yang hanya diam bahkan bercanda dengan temannya. Dan guru menunjuk siswa yang tidak memperhatikan untuk menjawab pertanyaan secara individu. Guru juga menanyakan kembali tentang materi nama- nama hari dan satuan waktu dengan tujuan agar siswa selalu mengingat materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Setelah tanya jawab selesai, maka dimulailah games dengan media berupa tulisan nama-nama bulan yang terbuat dari kertas warna-warni. Karena media yang ada hanya 1 set nama bulan, maka perwakilan dari tiap kelompok maju secara bergantian. Tiap kelompok diwakili oleh 12 orang, tiap orang mengambil 1 nama bulan dan dalam hitungan 1-10 mereka harus berdiri secara berurutan. Kelompok yang tercepat dan terkompak diberi nilai 100 sedangkan yang lain 90 dan 80. Games dilanjutkan untuk anggota kelompok yang belum maju. Nama-nama bulan diletakkan di meja di depan papan tulis, kemudian siswa tersebut harus mengurutkannya. Selain itu, guru memberikan soal secara lisan dan siswa harus mengambil bulan yang menjadi jawabannya. Guru kembali memberikan penilaian untuk tiap kelompok. Setelah games berakhir, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan kembali materi nama-nama bulan. Sebagai evaluasi, pada akhir pembelajaran siswa diberikan LKS berupa soal latihan 2 yang berjumlah 15 soal. Siswa terlihat senang dan semangat untuk mengerjakan soal pada LKS karena terdapat gambar bulan sabit yang harus mereka warnai dengan gradasi. Mereka juga harus menentukan gambar ekspresi wajah yang sesuai dengan perasaan siswa selama pembelajaran. 4 Pertemuan ke-4 Jumat, 7 November 2008 Pertemuan keempat berlangsung selama 2 x 35 menit 2 jam pelajaran dan dihadiri oleh seluruh siswa yaitu 35 orang. Pada pertemuan keempat ini masih menggunakan tema ”kegitan sehari-hari”. Materi yang disampaikan adalah jam analog. Adapun materi yang digabungkan pada subbab ini adalah hidup tertib yaitu membaca jam bahasa inggris, disiplin dalam hal waktu pelajaran PKn dan menyanyikan lagu sesuai irama tepukan serta mengekspresikan diri melalui gambar pelajaran seni budaya. Pembelajaran dimulai dengan menyanyikan lagu ”bangun tidur” dengan irama tepukan tangan, kemudian guru membimbing siswa untuk memegang media berupa jam dan menanyakan benda tersebut kepada siswa. Guru juga menanyakan jam saat bangun tidur, kemudian menanyakan bagaimana letak jarum jamnya. Karena hanya beberapa siswa yang dapat menjawab dengan benar, maka guru menjelaskan cara membaca jam analog dan cara penulisannya. Kemudian guru juga memberikan kesempatan bagi siswa yang mau bertanya dan belum memahami materi. Namun pada pertemuan keempat ini siswa yang bertanya hanya 2 orang S21 dan S22, lebih sedikit dari pertemuan sebelumnya. Diantara siswa yang bertanya yaitu S21 bertanya: ”Ibu, jamnya yang panjang atau yang pendek?” . Kegiatan selanjutnya adalah guru memberikan soal dengan teknik tanya jawab, yaitu guru memutar jarum jam dan siswa menjawab jam berapa kemudian sebaliknya, guru menyebut jam berapa dan salah satu siswa maju untuk menentukan jarum jam sesuai dengan pertanyaan guru tersebut. Pada pertemuan keempat ini, games yang sudah direncanakan dalam RPP tidak dapat dilaksanakan karena waktu yang tidak cukup. Apalagi tes siklus I yang seharusnya akan diadakan pada pertemuan berikutnya, berdasarkan hasil diskusi dengan guru kolaborator tes dilaksanakan pada pertemuan ini. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu, dimana 2 minggu lagi akan dilaksanakan TSS 3 sehingga materi harus selesai pada waktunya. Sebagai evaluasi pada pertemuan ini, guru kembali memberikan tugas berupa soal latihan 4 yang berjumlah 8 soal. Dan dilanjutkan dengan tes akhir siklus I dengan materi satuan waktu, nama-nama hari dan bulan, serta jam analog. Tes ini berupa soal uraian berjumlah 20 soal dengan alokasi waktu 1 jam pelajaran 35 menit. Pelaksanaan tes siklus I ini berjalan lancar, meskipun masih banyak siswa yang sering menanyakan jawaban tapi guru selalu mencoba membimbing siswa untuk mandiri dan supaya hasil belajar yang dicapai adalah hasil yang sebenarnya. Dokumentasi aktivitas siswa mengerjakan soal tes siklus I dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar 3 Aktivitas Siswa pada Pelaksanaan Tes Akhir Siklus I Setelah pelaksanaan tes siklus I, kemudian peneliti melaksanakan wawancara dengan guru kelas dan siswa untuk mengungkap pendapat mereka tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran tematik. c Tahap observasi dan analisis Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Guru kelas observer melakukan pengamatan langsung tentang pelaksanaan pembelajaran tematik dan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa Pada Pembelajaran Siklus I No Aspek yang diamati Pert.1 Pert. 2 Pert. 3 Pert. 4 Rata-rata 1 Memperhatikan penjelasan guru 10 31,25 18 54,55 25 73,53 18 51,43 52,69 2 Memperhatikan pertanyaan tanggapan teman 6 18,75 10 30,3 9 26,47 12 34,28 27,45 3 Bertanya pada guru 1 3,12 5 15,15 7 20,59 2 5,71 11,14 4 Menjawab pertanyaan guru 10 31,25 19 57,57 19 55,88 10 28,57 43,31 5 Mendengarkan penjelasan guru 10 31,25 21 63,67 27 79,41 35 100 68,58 6 Mengikuti games 29 90,63 33 100 34 100 72,66 7 Mengerjakan tugas 32 100 33 100 34 100 35 100 100 8 Berekspresi senangbosanberani 28 87,5 28 84,85 34 100 33 94,28 91,66 Jumlah siswa hadir 32 33 34 35 Rata-rata aktivitas total 58,44 Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa aktivitas belajar siswa pada siklus I adalah sebagai berikut: 1 Akitivitas mendengarkan dan aktivitas memperhatikan guru Rata-rata persentase siswa yang mendengarkan penjelasan guru sebanyak 68,58 dan memperhatikan penjelasan guru sebanyak 52,69 . Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang mendengarkan guru sudah cukup banyak, akan tetapi tidak semua siswa memperhatikan penjelasan guru dengan sungguh-sungguh. Masih banyak siswa yang bercanda dengan teman sebangkunya dan mengobrol dengan teman lainnya ketika guru menjelaskan materi pelajaran. Hal ini dapat dikatakan belum baik sehingga perlu adanya perbaikan pada siklus II. 2 Akitivitas memperhatikan pertanyaantanggapan teman Rata-rata persentase siswa pada aktivitas memperhatikan pertanyaan tanggapan teman hanya sebanyak 27,45. Persentase ini terbilang masih kurang, ketika salah satu siswa bertanya, menjawab pertanyaan guru atau maju ke depan maka siswa yang lain acuh dan tidak memperhatikannya. Terkadang pertanyaan yang sama ditanyakan kembali oleh siswa yang lain. Namun apabila dilihat dari tiap pertemuan maka aktivitas ini mengalami peningkatan meskipun hanya sedikit. 3 Akitivitas bertanya dan menjawab pertanyaan guru Aktivitas siswa bertanya pada guru, dari tabel di atas didapatkan rata-rata persentase 11,14. Persentase ini merupakan yang terkecil dari seluruh aspek aktivitas yang diobservasi. Dalam pembelajaran siklus I ini siswa masih jarang sekali bertanya. Sedangkan untuk rata- rata persentase siswa pada aktivitas menjawab pertanyaan guru sebesar 43,31. Hal ini menunjukkan bahwa mativasi siswa untukmenjawab pertanyaan guru masih kurang. Pada siklus I ini, berdasarkan penilaian observer guru kurang variatif dalam memberikan pertanyaan. Mungkin hal ini yang mengakibatkan siswa kurang semangat untuk menjawab pertayaan guru. 4 Akitivitas mengerjakan tugas Untuk aktivitas mengerjakan tugas, ini merupakan aspek yang paling baik yaitu dengan persentase 100. Memang pada setiap pertemuan seluruh siswa selalu mengerjakan tugas. 5 Akitivitas mengikuti games dan berekspresi Aktivitas mengikuti games yang mencapai rata-rata 72,66. Siswa sangat bersemangat mengikuti games, hal ini terlihat pada pertemuan pertama hanya ada 3 siswa yang tidak mengikuti games dan pada pertemuan kedua dan ketiga seluruh siswa mengikuti games. Namun pada pertemuan keempat, guru tidak memberikan games karena waktu yang tidak cukup. Sedangkan untuk aktivitas berekspresi mencapai 91,66, karena pada tiap pembelajaran masih ada 2-4 siswa yang masih sering diam dan tidak dapat terlihat ekspresinya. Hasil belajar selama siklus I diperoleh dari nilai tes akhir siklus I pada pertemuan keempat. Hasil tes akhir siklus I tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3 Nilai Tes Akhir Siklus I Interval F f relatif f relatif kumulatif 45-52 1 2,86 100 53-60 97,14 61-68 1 2,86 97,14 69-76 4 11,43 94,28 77-84 4 11,43 82,85 85-92 12 34,28 71,42 93-100 13 37,14 37,14 Keterangan: Nilai tertinggi = 100 Jumlah siswa = 35 Nilai terendah = 50 Rata-rata = 86,71 Berdasarkan tabel 3 di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa pada siklus I ini mencapai rata-rata 86,71. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I ini sudah baik, namun masih ada 2 orang siswa yang mendapat nilai dibawah KKM. Hasil observasi terhadap guru pada KBM oleh observer cukup baik, hanya saja guru harus lebih nyaring suaranya dan lebih variatif dalam memberikan pertanyaan kepada siswa. d Tahap refleksi 7 November 2008 Pada tahap ini peneliti dan kolaborator melakukan refleksi terhadap hasil dari analisis data dan seluruh pelaksanaan pembelajaran siklus I. Adapun hasil refleksi tersebut adalah sebagai berikut: Pada siklus I ini mulai dilakukan penerapan model pembelajaran tematik pada pelajaran matematika, yaitu dengan tema ”kehidupan sehari-hari”. Melalui tema ini guru dapat menyampaikan materi pelajaran matematika dan menggabungkan beberapa materi pelajaran lain seperti bahasa Indonesia, Pkn, bahasa Inggris, dan seni budaya. Pada penerapan model pembelajaran tematik ini guru juga dapat menggunakan variasi metode mengajar, seperti simulasi, penugasan, tanya jawab dan games. Setiap pembelajaran dimulai dengan bernyanyi dan diakhiri dengan games. Selama pelaksanaan pembalajaran siklus I ini siswa memberikan respon yang cukup baik. Pada setiap pertemuan terlihat peningkatan aktivitas belajar siswa dan motivasi siswa terhadap pelajaran matematika. Setiap awal pembelajarn siswa dengan gembira ikut bernyanyi sesuai dengan bimbingan guru. Siswa juga terlihat semangat untuk mengerjakan soal latihan pada LKS, apalagi jika mereka diberi kesempatan untuk mewarnai gambar pada LKS tersebut. Berdasarkan hasil observasi diperoleh rata-rata persentase aktivitas belajar siswa mencapai 58,44. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan penelitian ini, dimana rata-rata persentase aktivitas belajar siswa harus mencapai 70. Adapun aspek aktivitas yang perlu ditingkatkan adalah memperhatikan penjelasan guru, memperhatikan pertanyaaan tanggapan teman, bertanya pada guru, dan menjawab pertanyaan guru. Selain itu, guru harus lebih variatif dalam memberikan pertanyaan pada siswa. Berdasarkan hasil tes akhir siklus I diperoleh hasil belajar siswa mencapai nilai rata-rata 86,71 dan masih ada 2 orang siswa yang mendapat nilai dibawah KKM. Hal ini menunjukkan bahwa tes hasil belajar siswa pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan penelitian ini, dimana rata-rata tes hasil belajar siswa mencapai nilai 80 dan tidak ada siswa yang mendapat nilai di bawah KKM yaitu 65. Adapun hal yang perlu ditingkatkan adalah perhatian guru terhadap para siswa yang hasil belajarnya masih rendah dan lebih tegas dalam mendampingi siswa saat mengerjakan tugas atau soal latihan. Maksudnya adalah bahwa siswa harus mandiri dalam mengerjakan soal, bukan hanya pada saat tes tetapi saat latihan juga. Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru dan siswa diperoleh informasi bahwa model pembelajaran tematik yang telah diterapkan sudah cukup baik. Namun untuk meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa maka media yang digunakan harus lebih menarik, guru harus lebih variatif dalam memberikan pertanyaan pada siswa, dan games diharapkan dapat diikuti oleh seluruh siswa. Pada pelaksanaan siklus I peneliti mengalami beberapa hambatan, diantaranya paada pertemuan keempat games yang sudah direncanakan dalam RPP tidak dapat dilaksanakan karena waktu yang tidak cukup. Apalagi tes siklus I yang seharusnya akan diadakan pada pertemuan kelima akhirnya dilaksanakan pada pertemuan ini dikarenakan keterbatasan waktu, dimana 2 minggu lagi akan dilaksanakan TSS 3 sehingga materi harus selesai pada waktunya. Seluruh hasil yang diperoleh dari pelaksanaan siklus I ini menunjukkan bahwa indikator keberhasilan penelitian belum tercapai, sehingga penelitian dilanjutkan pada tahap siklus II dengan hasil refleksi ini digunakan untuk perbaikan. 3. Siklus II a Tahap perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah menyiapkan jaringan tema, silabus dan RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Peneliti juga menyiapkan instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar observasi guru pada KBM, lembar observasi aktivitas belajar siswa, pedoman wawancara untuk guru dan siswa, serta membuat LKS untuk tiap pertemuan dan soal tes untuk akhir siklus II ini. b Tahap pelaksanaan Tema pada siklus II ini adalah ”lingkungan” dengan alokasi waktu 5 kali pertemuan. Adapun materinya adalah bangun ruang sederhana pertemuan ke-5, ukuran besar dan kecil pertemuan ke-6, satuan panjang pertemuan ke-7 dan ke-8, serta pelaksanaan tes akhir siklus II pada pertemuan ke-9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus II dapat dilihat pada lampiran 2. Adapun uraian proses pembelajaran siklus II adalah sebagai berikut: 1 Pertemuan ke-5 Senin, 10 Oktober 2008 Pertemuan kelima berlangsung selama 2 x 35 menit 2 jam pelajaran. Siswa yang hadir pada pertemuan kelima ini ada 32 orang dan siswa yang tidak hadir ada 3 orang, yaitu S4 dan S14 karena sakit serta S16 karena ijin. Pada pertemuan kedua ini mulai menggunakan tema ”lingkungan”. Materi yang disampaikan adalah bangun ruang sederhana kubus, balok, tabung dan bola. Adapun materi yang digabungkan pada subbab ini adalah bentuk benda pelajaran sains, memahami isi cerita pelajaran bahasa indonesia, mengenal lingkungan rumah pelajaran ips, membiasakan tertib di rumah pelajaran Pkn serta mengekspresikan diri melalui gambar pelajaran seni budaya. Pembelajaran dimulai dengan guru membacakan cerita tentang seorang ”Ahmad” yang membantu ibunya membersihkan gudang. Kemudian guru membimbing siswa untuk menyebutkan macam-macam benda yang ditemukan Ahmad dalam cerita tersebut. Kegiatan selanjutnya adalah guru menunjukkan beberapa bangun ruang dan menjelaskan nama dan ciri-ciri bangun tersebut. Kemudian dengan teknik tanya jawab guru membimbing siswa untuk menyebutkan contoh benda-benda di rumah dan di sekitar kelas yang mirip dengan bangun ruang-bangun ruang tersebut. Kemudian guru menunjukkan gambar yang berisi beberapa macam ruangan di dalam rumah. Dengan teknik tanya jawab guru menjelaskan nama dan fungsi ruangan tersebut serta memberi nasihat untuk membiasakan hidup rapi dengan meletakkan benda sesuai dengan tempatnya. Untuk mengingat kembali materi bangun ruang maka dilakukan games, yaitu dengan meletakkan sebanyak mungkin bangun ruang di depan kelas kemudian secara kelompok menjawab dengan cepat nama bangun ruang yang ditubjuk secara cepat oleh guru. Pemenang games adalah kelompok yang dapat menjawab seluruh pertanyaan dengan benar, cepat dan kompak. Adapun aktivitas siswa pada pertemuan ini adalah saat guru becerita tidak semua siswa mendengarkan dan memperhatikan guru, namun pada saat tanya jawab da games hampir seluruh siswa semangat untuk menjawabnya. Sedangkan siswa yang bertanya hanya 6 orang, yaitu yaitu S1, S3, S6, S11, S21, dan S22. Setelah games selesai, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan kembali nama-nama bangun ruang dan contohnya. Sebagai evaluasi, pada akhir pembelajaran siswa diberikan LKS berupa soal latihan 5 yang berjumlah 10 soal. b. Pertemuan ke-6 Rabu, 12 November 2008 Pertemuan keenam berlangsung selama 2 x 35 menit 2 jam pelajaran dan dihadiri oleh seluruh siswa yaitu 35 orang. Pada pertemuan kedua ini masih menggunakan tema ”lingkungan”. Materi yang disampaikan adalah ukuran besar dan kecil. Adapun materi yang digabungkan pada subbab ini adalah mengetahui dan menirukan suara hewan pelajaran bahasa indonesia, serta menggunting dan menempel pelajaran seni budaya. Pembelajaran dimulai dengan tebak-tebakan, yaitu guru menempel beberapa gambar hewan dan siswa diminta menyebutkan nama hewan serta membunyikan suara hewan tersebut. Setelah itu guru menjelaskan tentang besar, kecil, lebih besar dan lebih kecil. Kemudian guru memberikan kesempatan bagi siswa yang mau bertanya dan belum memahami materi. Pada pertemuan keenam ini seluruh siswa memperhatikan penjelasan guru dan menjawab petanyaan guru. Adapun siswa yang berani dan mau untuk bertanya ada 11 anak, yaitu S2, S5, S12, S14, S15, S16, S25, S26, S27, S31, dan S35. Hal ini lebih baik dari pertemuan-pertemuan sebelumnya, meskipun beberapa menanyakan masalah yang sama. Seperti S25 dan S35 bertanya: ”Ibu, kambing itu besar atau kecil?” . Kegiatan selanjutnya adalah guru meletakkan gambar hewan yang sama ikan dengan 3 ukuran yang berbeda, kemudian perwakilan tiap kelompok diminta maju untuk mengurutkan benda tersebut dari yang terkecil sampai terbesar. Bagi siswa yang maju dan menjawab dengan benar diberikan hadiah stiker. Sebagian besar siswa berebut untuk maju, namun setiap kelompok hanya 3 orang yang diberi kesempatan. Dokumentasi aktivitas siswa mengikuti games pada pertemuan keenam dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4 Aktivitas Mengikuti Games pada Pertemuan ke-6 Agar siswa yang lain tidak kecewa, maka dimulailah games yang dapat melibatkan seluruh siswa. Guru menjelaskan aturan games, yaitu siswa harus menjawab ”besar,besar,besar” apabila hewan yang disebut guru berukuran besar namun dengan gerakan tangan menyatakan kebalikanya kecil dan menjawab ”kecil, kecil, kecil” apabila hewan yang disebut guru berukuran kecil namun dengan gerakan tangan menyatakan kebalikanya besar. Permainan berjalan dengan lancar dan seluruh siswa terlihat senang serta semangat untuk mengikutinya, bahkan siswa saling menertawakan ekspresi temannya yang kaget dan bingung saat tiba-tiba ditunjuk oleh guru. Setelah games berakhir, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan kembali materi ukuran besar dan kecil. Sebagai evaluasi, pada akhir pembelajaran siswa diberikan LKS berupa soal latihan 6 yang berjumlah 8 soal. c. Pertemuan ke-7 Jumat, 14 November 2008 Pertemuan ketujuh berlangsung selama 2 x 35 menit 2 jam pelajaran dan dihadiri oleh seluruh siswa yaitu 35 orang. Pada pertemuan ketujuh ini masih menggunakan tema ”lingkungan”. Materi yang disampaikan adalah satuan panjang tidak baku langkah, depa, jengkal, dan telapak kaki. Adapun materi yang digabungkan pada subbab ini adalah memahami cerita pendek pelajaran bahasa indonesia, akhlak terpuji dan tercela pelajaran akidah akhlak, serta mengekspresikan diri melalui gambar pelajaran seni budaya. Pembelajaran dimulai dengan guru membacakan cerita tentang ”Si Pinokiyo” dengan menempel gambar pinokiyo yang semula berhidung pendek dan yang berhidung panjang. Kemudian dengan metode tanya jawab siswa diminta menyimpulkan isi cerita tersebut dan guru mengingatkan kembalitentang pelajaran akidah akhlak tentang akhlak terpuji dan tercela. Kegiatan selanjutnya guru menjelaskan macam-macam satuan panjang tidak baku yaitu jengkal, depa, langkah, dan telapak kaki. Guru memberi contoh cara mengukurnya dan siswa menghitungnya, setelah itu guru membimbing siswa untuk mempraktekkan masing-masing satuan panjang. Disini guru mengalami kerepotan untuk membimbing siswa untuk menirukan gerakan dengan benar khususnya untuk jengkal, hanya beberapa siswa yang bisa mengikuti sedangkan yang lain bingung. Seperti S9 yang bertanya: ”Ibu, gimana? Susah..” dan S29: ”Ibu, begini ya?” dengan menunjukkan gerakannya yang masih salah. Untuk lebih tahu apakah siswa sudah dapat mengukur dengan baik, maka guru menunjuk beberapa siswa untuk mengukur panjang papan tulis dengan satuan depa, jengkal, dan langkah. Sedangkan siswa yang lain memperhatikannya. Setelah itu guru membagikan tugas berupa 10 soal yang harus diisi siswa dengan mengukur sendiri panjang benda di sekitar kelas, dengan tetap diperhatikan oleh guru beserta kolabortor dan guru pendamping. Kegiatan ini dilaksanakan dengan baik oleh siswa, meskipun suasana sedikit gaduh karena siswa berlarian kesana- kemari. Dokumentasi aktivitas siswa saat melakukan tugas pengukuran dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar 5 Aktivitas Mengerjakan Tugas pada Pertemuan ke-7 4 Pertemuan ke-8 Senin, 17 November 2008 Pertemuan kedelapan ini berlangsung selama 2 x 35 menit 2 jam pelajaran dan dihadiri oleh seluruh siswa yaitu 35 orang. Pembelajaran dimulai dengan guru menempel media berupa sedotan 3 warna dengan ukuran yang berbeda dan kemudian siswa diminta untuk membandingkannya. Kemudian media sedotan diganti dengan gambar alat transportasi berupa mobil dan kereta api. Guru menjelaskan cara menyatakan lebih panjang, sama panjang, dan lebih pendek. Setelah itu dengan tehnik tanya jawab siswa diminta membandingan panjang benda di sekitar kelas, seperti buku dengan pensil dan meja dengan papan tulis. Kegiatan selanjutnya adalah games. Games yang pertama guru membagikan sebuah sedotan kepada setiap siswa, kemudian tiap kelompok menyambungkan tiap sedotan tersebut. Bagi kelompok yang dapat selesai lebih cepat, maka merekalah pemenangnya. Suasana kelas pada saat games ini sedikit gaduh karena peserta yang sudah selesai menyambungkan sedotannya ikut menyemangati temannya yang lain. Namun kegaduhan ini menunjukkan siswa senang dan semangat mengikuti games. Setelah games berakhir, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan kembali materi panjang dan pendek. Sebagai evaluasi, pada akhir pembelajaran siswa diberikan LKS berupa soal latihan 8 yang berjumlah 10 soal. 5 Pertemuan ke-9 Rabu, 19 November 2008 Pada pertemuan kesembilan ini dilakukan tes akhir siklus 2, yaitu dengan bangun ruang sederhana, ukuran besar dan kecil, serta satuan panjang. Tes ini berupa soal uraian berjumlah 20 soal dengan alokasi waktu 1 jam pelajaran 35 menit. Pelaksanaan tes siklus I ini berjalan lancar dan siswa sudah mulai mandiri saat mengerjakan soal, meskipun masih ada beberapa siswa yang masih menanyakan jawaban. Guru hanya meyakinkan bahwa semuanya pasti bisa, semuanya sudah dipelajari bersama. Dokumentasi aktivitas siswa mengerjakan soal tes siklus II dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar 6 Aktivitas Siswa pada Pelaksanaan Tes Akhir Siklus 2 Kemudian peneliti melaksanakan wawancara dengan guru kelas dan siswa untuk mengungkap pendapat mereka tentang penerapan model pembelajaran tematik pada siklus 2 ini. c Tahap observasi dan analisis Tahap ini berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada setiap pelaksanaan tindakan, peneliti didampingi oleh guru kelas sebagai kolaborator dan juga sebagai observer. Observer melakukan pengamatan langsung tentang pelaksanaan pembelajaran tematik dan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa Pada Pembelajaran Siklus 2 No Aspek yang diamati Pert.1 Pert. 2 Pert. 3 Pert. 4 Rata-rata 1 Memperhatikan penjelasan guru 18 54,55 35 100 33 94,28 33 94,28 85,78 2 Memperhatikan pertanyaan tanggapan teman 17 51,52 17 48,57 17 48,57 18 51,43 50,02 3 Bertanya pada guru 6 18,18 11 31,43 9 25,71 6 18,14 23,11 4 Menjawab pertanyaan guru 31 93,94 35 100 27 77,14 35 100 92,77 5 Mendengarkan penjelasan guru 26 78,79 35 100 35 100 35 100 94,69 6 Mengikuti games 33 90,63 35 100 35 100 75 7 Mengerjakan tugas 33 100 35 100 35 100 35 100 100 8 Berekspresi: senang,bosan,berani 26 78,79 35 100 29 82,86 35 100 90,44 Jumlah siswa hadir 33 35 35 35 Rata-rata aktivitas total 76,47 Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa aktivitas belajar siswa pada siklus II adalah sebagai berikut: 1. Akitivitas mendengarkan dan aktivitas memperhatikan guru Rata-rata persentase siswa yang mendengarkan penjelasan guru sebanyak 94,69 dan yang memperhatikan penjelasan guru sebanyak 85,78. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang mendengarkan guru sudah cukup banyak, akan tetapi masih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru dengan sungguh-sungguh. Kedua aspek ini sudah menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik bila dibandingkan dengan hasil persentase pada siklus I. Dokumentasi aktivitas siswa saat memperhatikan penjelasan guru dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar 7 Aktivitas Memperhatikan Guru pada Siklus II 2. Akitivitas memperhatikan pertanyaantanggapan teman Rata-rata persentase siswa pada aktivitas memperhatikan pertanyaantanggapan teman hanya sebanyak 50,02. Persentase ini terbilang cukup. Ketika salah satu siswa bertanya, menjawab pertanyaan guru atau maju ke depan maka siswa yang lain diarahkan untuk memperhatikannya, namun masih ada siswa yang acuh dan tidak memperhatikannya. Dan apabila dilihat dari tiap pertemuan maka aktivitas ini tidak mengalami peningkatan yang baik, cenderung selalu sama. 3. Akitivitas bertanya dan menjawab pertanyaan guru Aktivitas siswa bertanya pada guru, dari tabel di atas didapatkan rata-rata persentase 23,11. Persentase ini merupakan yang terkecil dari seluruh aspek aktivitas yang diobservasi, sama seperti hasil pada siklus I. Namun pada siklus 2 ini keberanian siswa untuk bertanya pada tiap pertemuan meningkat, dan selalu berubah siswanya. Sehingga dapat dikatakan pada siklus 2 aspek ini meningkat. Sedangkan untuk rata-rata persentase siswa pada aktivitas menjawab pertanyaan guru sebesar 92,77. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam hal menjawab pertanyaan guru sangat baik. Pada siklus 2 ini, guru mencoba lebih variatif dalam memberikan pertanyaan, misalnya dengan tehnik tebakan dan memberi soal yang menarik dengan gambarmedia. Mungkin hal ini yang mengakibatkan siswa lebih semangat untuk menjawab pertayaan guru. 4. Akitivitas mengerjakan tugas Untuk aktivitas mengerjakan tugas, ini merupakan aspek yang paling baik yaitu dengan persentase 100. Memang pada setiap pertemuan seluruh siswa selalu mengerjakan tugas. 5. Akitivitas mengikuti games dan berekspresi Aktivitas siswa mengikuti games mencapai rata-rata 75. Siswa sangat bersemangat mengikuti games, hal ini terlihat pada setiap pertemuan seluruh siswa dapat mengikuti games. Namun pada pertemuan ketujuh, guru tidak memberikan games karena waktu yang tidak cukup. Sedangkan untuk aktivitas berekspresi mencapai 90,44, karena pada tiap pembelajaran masih ada 2-4 siswa yang selalu diam dan tidak dapat terlihat ekspresinya. Hasil belajar selama siklus II diperoleh dari tes akhir siklus II pada pertemuan kesembilan. Hasil tes akhir siklus II tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5 Nilai Tes Akhir Siklus II Interval F f relatif f relatif kumulatif 70-75 2 5,71 100 76-80 4 11,43 94,29 81-85 8 22,86 82,86 86-90 5 14,29 60 91-95 7 20 45,71 96-100 9 25,71 25,71 Keterangan: Nilai tertinggi = 100 Jumlah siswa = 35 Nilai terendah = 70 Rata-rata = 90 Berdasarkan tabel 5 di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa pada siklus 2 ini mencapai rata-rata 90. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus 2 ini sangat baik dan tidak ada lagi siswa yang mendapat nilai dibawah KKM. c Tahap refleksi 19 dan 20 November 2008 Pada tahap ini peneliti dan kolaborator melakukan refleksi terhadap hasil dari analisis data dan seluruh pelaksanaan pembelajaran siklus II. Adapun hasil refleksi tersebut adalah sebagai berikut: Pada siklus II ini dilanjutkan kembali penerapan model pembelajaran tematik pada pelajaran matematika, yaitu dengan tema ”lingkungan”. Melalui tema ini guru dapat menyampaikan materi pelajaran matematika dan menggabungkan beberapa materi pelajaran lain seperti bahasa Indonesia, Pkn, ips, sains, akidah akhlak, dan seni budaya dengan menggunakan variasi metode mengajar, seperti simulasi, penugasan, tanya jawab dan games. Selain itu, media yang digunakan dibuat lebih menarik, pertanyaan kepada siswa lebih variatif, dan digunakan games yang dapat diikuti oleh seluruh siswa. Selama pelaksanaan pembalajaran siklus II ini siswa memberikan respon yang semakin baik. Pada setiap pertemuan terlihat peningkatan aktivitas belajar siswa dan motivasi siswa terhadap pelajaran matematika. Dengan pertanyaan guru yang lebih variatif maka siswa yang menjawab pertanyan menjadi lebih banyak dan seluruh siswa dapat mengikuti games dengan penuh semangat. Berdasarkan hasil observasi diperoleh rata-rata persentase aktivitas belajar siswa mencapai 76,47. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata persentase aktivitas belajar siswa pada siklus II telah mencapai indikator keberhasilan penelitian ini, dimana rata-rata persentase aktivitas belajar siswa harus mencapai 70. Berdasarkan tes hasil belajar yaitu tes akhir siklus II ini mencapai rata-rata dengan nilai terendah 70. Hal ini juga menunjukkan bahwa tes hasil belajar siswa pada siklus II telah mencapai indikator keberhasilan penelitian ini, dimana rata-rata tes hasil belajar siswa mencapai nilai 80 dan tidak ada siswa yang mendapat nilai dibawah KKM yaitu 65. Adapun hasil wawancara terhadap guru dan siswa memberikan informasi bahwa siswa sangat merespon baik model pembelajaran tematik ini dan guru kelas juga menganggap bahwa penerapan model pembelajaran tematik ini telah dilaksanakan dengan sangat baik sehingga dapat dikatakan berhasil. Berdasarkan hasil refleksi siklus II ini, yaitu bahwa kedua indikator keberhasilan telah tercapai maka penelitian tindakan kelas ini dihentikan sampai dengan siklus II.

F. Pemeriksaan Keabsahan Data

Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran terpadu tipe connected untuk meningkatkan konsep diri siswa dalam belajar matematika (penelitian tindakan klas di madrasah tsanawiyah pembangunan UIN Jakarta

0 9 373

peranan model pembelajaran arias (Assurance, relavance, interest, assessment dan satisfaction untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa; penelitian tindakan kelas di MTs. Sa'aadatul mahabbah Pondok Cabe

0 6 202

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (Stad) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Sd/Mi (Penelitian Tindakan Kelas Di Sdn Cengkareng Timur 01 Pagi - Jakarta Barat)

0 4 165

Penerapan model pembelajaran terbalik reciprocal teaching untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa : penelitian tindakan kelas di mts daarul hikmah pamulang

0 20 265

Penerapan metode permainan untuk meningkatkan motivasi belajar matematika siswa: peneltian tindakan kelas di MI Jam’iyyatul Khair Ciputat

5 48 174

Penerapan pendekatan konstruktivisme untuk meningkatkan hasil belajar IPA kelas IV pada konsep struktur tumbuhan dan fungsinya : penelitian tindakan kelas di MI Miftahul Huda Tebet Jakarta Selatan

0 5 126

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu (Quasi Eksperimen di SMPN 87 Jakarta)

0 8 204

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar dalam Pembelajaran Tematik Terpadu Siswa Kelas I B SD Negeri 11 Metro Pusat

1 16 85

Penerapan Model Pembelajaran Treffinger untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis siswa

2 22 286

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung.

0 2 40