Landasan Teori 1. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini

21 2. Industri sedang bertenaga kerja 20-99 orang 3. Industri kecil bertenaga kerja 5-19 orang 4. Industri rumah tangga bertenaga kerja 1-4 orang. b Macam – Macam Industri Dari pengertian industri tersebut maka dapat diklasifikasikan pula jenis – jenis industri berdasarkan beberapa kriteria yang ada. Menurut SK Menteri Perindustrian no 19MSKI1986, tanggal 24 Januari 1986, jenis – jenis kegiatan industri dapat diklasifikasikan berdasarkan; bahan baku, jumlah tenaga kerja, produkstifitas per orangan, pemilihan lokasi, dan lain – lain. 1. Macam – Macam Industri Berdasarkan Besar atau Kecilnya modal a. Industri Padat Modal Industri Padat Modal adalah Industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya. b. Industri Padat Karya Industri padat karya adalah industri yang lebih dititikberatkan pada sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan dan pengoperasiannya. 2. Jenis – Jenis Industri Berdasarkan Klasifikasi atau penjenisannya 22 a. Industri Kimia Dasar Industri Kimia dasar adalah suatu bagian dari kimia terapan yang berhubungan dengan optimasi, pengembangan dan pengetahuan kimia dasar proses yang digunakan dalam industri untuk memproduksi bahan kimia atau produk kimia. Contoh Industri Kimia, meliputi: industri semen, obat – obatan, pupuk, dan kertas. b. Industri Mesin dan Logam Dasar Industri Mesin dan Logam Dasar merupakan industri yang mengolah bahan mentah logam menjadi mesin berat atau rekayasa mesin perakitan, contohnya meliputi; pesawat terbang, radio, televisi, kulkas, dan lain- lain. c. Industri Kecil Industri kecil merupakan industri yang memiliki tenaga kerja berjumlah sekitar 5 hingga 19 orang, dan industri tersebut memiliki modal yang relatif kecil. Bisanya tenaga kerja yang ada masih dalam lingkungan tempat tinggal ataupun saudara. Contoh industri kecil diantaranyaindustri roti, kompor 23 minyak, industri batu- bata, dan industri makanan ringan. d. Aneka Industri Aneka industri merupakan industri yang tujuannya untuk menghasilkan barang – barang untuk kehidupan sehari hari. Contoh dari aneka industri diantaranya;industri tekstil, industri alat listrik, industri pangan, dan industri bahan – bahan bangunan. 3. Jenis – jenis industri berdasarkan jumlah tenaga kerja a. Industri Rumah Tangga adalah industri yang jumlah karyawan atau tenaga kerjanya berjumlah antara 1-4 orang. b. Industri Kecil adalah industri yang jumlah karyawan atau tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang. c. Industri Sedang atau industri menengah adalah industri yang jumlah karyawan atau tenaga kerja berjumlah 100 orang atau lebih . 4. Pembagian atau Penggolongan industri berdasarkan pemilihan lokasi 24 a. Industri yang berorientasi pada pasar market oriented industry Industri yang berorientasi pada pasar adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen. Industri ini akan mendekati kantong – kantong di mana konsumen potensial berada. Semakin dekat dengan pasar maka semakin baik. b. Industri yang berorientasi pada tenaga kerja Labour Oriented Industry Industri yang berorientasi pada tenaga kerja adalah Industri yang dekat dengan pemukiman penduduk karena biasanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja untuk lebih efektif dan efisien. c. Industri yang menitikberatkan pada bahan baku Supply Oriented Industry Industri yang berorientasi pada bahan baku adalah industri yang mendekati lokasi dimana bahan baku berada memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar. d. Industri yang tidak terkait dengan persyarata lain Industri yang tidak terkait oleh persyaratan lain adalah industri yang didirikan tidak terkait oleh syarat syarat 25 jenis industri sebelumnya. Industri dapat didirikan dimana saja , karena bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya sangat luas serta dapat ditemukan dimana saja. Contoh dari industri tersebut adalah industri elektronik, industri lokomotif, dan indutri transportasi. 5. Jenis – jenis Industri berdasarkan Proses Produksi a. Industri Hulu Industri hulu adalah industri yang mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan bakuuntuk kegiatan industri yang lain. Contoh industri tersebut diantaranya, industri kayu lapis, industri alumunium, industri pemintalan, dan industri baja. b. Industri Hilir Industri yang mengolah barang setengah jadi sehingga barang yang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati konsumen. Contoh industri tersebu diantaranya adalah industri pesawat terbang, industri konveksi, industri otomotif, dan industri meubel. 26 6. Macam – Macam Industri berdasarkan produktivitas perorang a. Industri primer adalah industri yang berang – barang produksinya bukan hasil barang olahanlangsung atau tanpa diolah terebh dahulu. Contoh dari industri tersebut adalah produksi pertanian, produksi peternakan, perikanan dan sebagainya. b. Industri Sekunder adalah industri yang mengolah bahan mentah, dan bahan mentah tersebut dapat diolah kembali barang setengah jadi. Contoh dari industri tersebut diantaranya adalah pemintalan benagn sutera, komponen elektronik, dan sebagainya. c. Industri Tersier adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa. Contoh dari industri tersebut adalah telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan sebagainya. c Konsep Industrialisasi Dari pengertian industri dan ruang lingkupnya, adapun beberapa konsep industrialisasi secara definitif, yang menjelaskan pola hubungan perekonomian dengan industrialisasi secara umum dalam ruang lingkup ekonomi pembangunan, yang berawal dari transformasi struktural. Sehingga pola hubungan jangka panjang dalam sektor perekonomian 27 dalam menghasilkan output dapat terukur melalui modernisasi dan produktivitasnya. Industrialisasi adalah mekanisme yang memungkinkan perekonomian negara terbelakang mentransformasi struktur peekonomian dalam negeri mereka dari sesuatu yang berat, seperti pertanian tradisional untuk mencukupi kebutuhan sendiri, kepada suatu perekonomian yang lebih modern, mengarah ke kota, dan beraneka di bidang industri dan jasa – jasa Todaro,1997:75. Peran industrialisasi bagi perekonomian nasional yaitu dapat terlihat dari sumbangan sektor industri terhadap PDB cukup besar dan menunjukkan peningkatan dalam 27 tahun terakhir BPS,2011. Dalam sejarahnya, seluruh industri yang ada di Indonesia saat ini bukanlah industri yang dapat berdiri sendiri sesuai dengan kebutuhan ekonomi dalam negeri, melainkan karena permintaan dan kebutuhan ekspansi modal asing. Sampai saat ini Indonesia masih harus membeli bahan mentah ataupun setengah jadi dari teknologi luar. Industri di Indonesia pada awalnya hanya menyentuh sektor primer Pertanian, dengan teknologi yang minim, sehingga produktivitas dan upah yang diterima oleh buruh sangatlah rendah. Hal tersebut terjadi di Indonesia pada masa kolonial dalam UU Agraria tahun 1980, karena sejak saat itu pemodal – pemodal asing berlomba – lomba untuk menanamkan 28 modal asingnya terutama pada industri manufaktur Basundro,2001:133. Selanjutnya, Kurtowidjoyo berpendapat, bahwa industri merupakan suatu variabel pendorong perubahan sosial dalam abad – abad terakhir. Sehingga dengan hadirnya industri tersebut dapat membedakan antara masyarakat modern dengan masyarakat agraris. Menurutnya transformasi sosial merupakan hal yang tak mungkin terelakkan lagi untuk menciptakan masyarakat industri, namun perlu pembatasan bahwa industrialisasi bukanlah merupakan sistem yang unineal, melainkan suatu evolusi yang multineal Kurtowijoyo,1991;Basundro;133,2001. Proses pertumbuhan ekonomi juga dikemukakan oleh Rostow yang meliputi proses peekembangan industrialisasi di negara – negara berkembang, diantaranya masyarakat tradisional, prasyarat untuk tinggal landas, tinggal landas, dewasa maturity, dan masa konsumsi massal. Perkembangan industri secara meluas dapat terlihat pada tinggal landas, dimana Rostow mendefinisikan tinggal landas sebagai revolusi industri yang bertalian secara langsung dengan perubahan radikal secara langsung dengan perubahan pesat di dalam metode produksi dalam jangka waktu singkat menimbulkan konsekuensi yang menentukan. Perkembangan lainnya terdapat pada sektor – sektor penting sebagai tulang punggung analitis, dalam sektor perekonomian. 29 Sektor tersebut diantaranya, pertumbuhan sektor primer; kemungkinan inoasi atau menggarap sumber baru atau yang belum tergarap menghasilkan laju pertumbuhan tinggi dari sektor perekonian lainnya. Tekstil katun di Britania dan Inggris baru pada tahap awal pertumbuhannya masuk dalam kategori ini. Sektor Pertumbuhan Suplementer; pertumbuhan pesat yang terjadi sebagai konsekuensi perkembangan sektor pertumbuhan primer tersebut. Pembangunan kereta api merupakan sektor primer, perluasan industri besi, batu bara dan baja dianggap pertumbuhan seplementer. Sektor Pertumbuhan turunan; Pertumbuhan yang terjadi “ dalam kaitan yang agak tetap dengan pertumbuhan di bidang pendapatan nasional, produksi industri, atau beberapa variabel lain yang agak cepat, contohnya produksi makanan dan pembangunan perumahan dalam hubungannya dengan penduduk Jhingan,2004:142 - 143. Rostow menjelaskan kembali, bahwa pertumbuhan cepat sektor – sektor utama tergantung pada adanya 4 faktor dasar diantarnya; Pertama , adanya kenaikan permintaan efektif terhadap produk sektor – sektor tersebut, yang biasanya dicapai melalui pengurangan konsumsi, impor modal atau melalui peningkatan tajam secara nyata. Kedua, pengenalan fungsi produksi baru dan perluasan kapasitas sektor tersebut. Ketiga, Sektor – Sektor Penting harus mendorong perluasan output di sektor lain melalui transformasi tekhnik Jhingan,2004:147. 30 Schumpeter lebih lanjut mengutarakan pola perubahan ekonominya dengan teori ekonom melalui Teori Sirkuler dalam Ekonomi Pembangunan, bahwa Perubahan dalam kehidupan ekonomi yang spontan dan terputus – putus ini tidak dapat dipaksaksan dari luar akan tetapi timbul atas inisiatif perekonomian sendiri dan muncul di atas cakrawala kehidupan perdagangan dan industri. Kombinasi baru peletakan unsur pembangunan memungkinkan membuat kondisi pembangunan semakin mantap. Unsur – unsur tersebut diantaranya adalaha sebagai berikut: Pertama, Inovasi. Pada intinya menurut Schumpeter, pengenalan produk baru dan perbaikan terus – menerus pada produk inilah yang membawa kepada pembangunan. Dalam industrialisasi hal tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut seperti; Pengenalan barang baru, penguasaan sumber penawaran baru bahan mentah atau barang semi manufaktur, dan pembentukan organisasi baru pada setiap industri seperti penciptaan monopoli. Kedua , Peranan Inovator. Peranan ini menurut Schumpeter bukanlah diberikan kepada kaum kapitalis melainkan kepada pengusaha, lebih lanjut Schumpeter menjelaskan ada dua hal untuk menjalankan fungsi ekonominya untuk para pengusaha , diantaranya; Pertama, adanya pengetahuan teknologi dalam rangka memproduksi barang – barang baru. Kedua, Kemampuan mengatur faktor faktor produksi dalam bentuk pinjaman. Menurut Schumpeter ada banyak pengetahuan seputar teknologi yang belum 31 dimanfaatkan, namun pengusaha sudah mulai memanfaatkannya Schumpeter dalam Jhingan,2004:126. Keynes mengutarakan jelas pada teori mengenai konsep multiplier yang didasarkan pada empat konsep di negara terbelakang yang tinggi, walaupun banyak dikritisi oleh V.K.R.V. Rao karena belum pernah mendiskusikan tentang relevansinya pada negara terbelakang. Konsep Multiplier Keynes didasarkan pada empat teori diantaranya adalah ; Pengangguran Terpaksa, Suatu Ekonomi Industri dengan kurva penawaran output miring ke kanan – atas dan baru menjadi vertikal setelah melewati interval yang panjang. Kapasitas lebih pada industri barang konsumsi, dan Penawaran modal tenaga kerja yang diperlukan bagi output bersifat elastis. Keynes, melanjutkan penjelasannya bahwa tanpa adanya kondisi kapasitas lebih industri barang konsumsi, dan Penawaran modal tenaga kerja yang diperlukan output bersifat elastis, seperti yang telah diutarakan di atas, maka membuat bekerjanya multiplier menjadi sulit. Tidak adanya kapasitas lebih pada industri barang konsumsi dan sifat penawaran modal kerja yang cukup inelastis menghambat peningkatan volume output industri tersebut dan jumlah pekerjaan yang dihasilkan di dalamnya Keynes dalam Jhingan,2004:140. Hirschman mengemukakan kegiatan produksi primer kebanyakan merupakan daerah kantong untuk ekspor mempunyai dampak perkembangan yang kecil pada perekonomian dalam lapangan kerja 32 maupun produk nasional bruto. Dalam pendapatan lanjutan Hirschman menganjurkan untuk mengutamakan industri tahap akhir Last Industries. Alasan tersebut dikemukakan karena dalam pembuatan industri, suatu negara sedang tidak perlu mengusahakan semua tahap produksi secara serentak, tapi dapat mengimpor pabrik”converting, assembling, dan mixing” bagi proses akhir produk yang hampir jadi. Industri tahap akhir disebut dengan industri kantong impor Import enclave industry. Industri ini lain dengan industri kantong ekspor yang menghadapi kesulitan besar di dalam memecahkan situasi kantong tersebut dan dapat memberikan dampak kaitan mundur yang mendalam. Dampak kaitan mundur adalah penting tidak hanya dari produksi sekunder kembali ke produksi primer tapi juga dari produksi tersier kembali ke produksi sekunder dan produksi primer. Kaitan mundur lahir karena tingginya permintaan. Hirschman menjelaskan kembali tentang bahwa sebenarnya tidak ada pilihan lain dalam pengembangan pola industri, yakni substitusi impor dan promosi ekspor, walaupun pada kenyataannya untuk negara – negara berkembang lebih banyak menggunakan pola subsitusi impor dibandng dengan ekspor yang tidak memberikan peran penting pada pembangunan ekonomi mereka.. Dalam strategi tersebut pembangunan industri akan berlanjut sebagian besar melalui kaitan mundur, yakni dari industri tahap akhir ke “industri menengah dan industri dasar” Hirschman dalam Jhingan,2004:196. 33 d Ciri – Ciri Keberhasilan Industrialisasi Pada konsep industrialisasi telah dijelaskan pengertian dan pemikiran – pemikiran tentang industrialisasi dari beberapa ahli. Selanjutnya akan diutarakan lebih lanjut, Ciri – ciri keberhasilan proses industrialisasi sebagai tolak ukur atau parameter sejauh mana industrialisasi berkembang dalam suatu negara. Berikut ini ciri – ciri keberhasilan industrialisasi ; 1. Suatu negara industrialisasi dapat dikatakan berhasil jika di dalam suatu negara tersebut terjadi Transformasi dari masyarakat pertanian ke masyarakat industri Tambunan,2009:62. 2. Dalam proses industrialisasi, seharusnya pendapatan perkapita masyarakat naik dan produktivitas meningkat Jhingan,2004:143. 3. Apabila suatu negara mengimpor kebutuhan pangannya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, maka akan meningkatkan pendapatan per kapita pada negara tersebut dan terjadi Multiplier effect di luar bukan pada wilayah perekonomian negara tersebut Kuncoro,2010. 34 4. Industrialisasi yang berhasil syarat akan menaikkan produktivitas pertanian karena struktur teknologi yang mulai ke arah yang lebih modern Jhingan,2004:89. 5. Tolak ukur industrialisasi menurut Rostow 1991:5 adalah apabila tingkat investasi dan tabungan mencapai 10 dari pendapatan nasional. e Prasyarat Industrialisasi Mengutip yang telah dikemukakan oleh Rostow, ada beberapa prasyarat industrialisasi pada tahap tinggal landas, diantaranya adalah sebagai berikut Jhingan,2004:145: 1. Kenaikan laju investasi produktif, misalnya dari 5 persen atau kurang lebih dari 10 persen dari pendapatan nasional atau produk nasional netto; 2. Perkembangan salah satu atau beberapa manufaktur penting dengan laju pertumbuhan yang tinggi; 3. Hadirnya secara cepat kerangka politik, sosial dan organisasi yang menampung hasrat ekspansi di sektor modern tersebut dan memberikan daya dorong pada pertumbuhan. 35 Lewis memberikan penjelasan hal – hal yang perlu dilakukan untuk dapat melakukan industrialisasi, diantaranya adalah sebagai berikut Lewis dalam Jhingan,2004:156 ; 1. Peningkatan produksi industrialisasi atas pekerja dalam sektor pangan 2. Memperbaiki tingkat upah dan pendapatan 3. Memperluas pasar untuk industri 4. Memperlas jalan untuk industri

2. Teori mengenai Output dan Input a. Teori Output dan Input

1. Teori Output

Setelah mengetahui landasan teori tentang industrialisasi, untuk dapat menghasilkan output tidak akan terlepas dari adanya fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu skedul tabel atau persamaan matematis yang menggambarkan jumlah output maksimum yang dapat dihasilkan dari suatu set faktor produksi tertentu, dan pada teknologi tertentu pula. Singkatnya fungsi produksi adalah katalog dari kemungkinan hasil produksi. Faktor produksi dikenal dengan istilah input dan jumlah produksi disebut juga output Sukirno;193,2010. Pada intinya, Output adalah hasil produksi yang dihasilkan dari aktivitas produksi Sudarman,2008:32. 36 Menurut Adiningsih, Output adalah barang atau jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi Adiningsih,1999;3-4. Selanjutnya Nicholson, menjelaskan kembali mengenai output. Output adalah keluaran akhir yang dihsilkan dari serangkaian proses produksi dengan memanfaatkan berbagai masukan input Nicholson,2002:21. Nilai Output dalam makroekonomi, adalah akumulasi dari nilai tambah yang dihasilkan dan nilai barang setengah jadi pada Gross domestic Product GDP Mankiw,2005:15.

2. Teori Input

Menurut Nicholson, input merupakan faktor – faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan hasil akhir output Nicholson,2005:31. Adiningsih menambahkan mengenai teori input, proses produksi merupakan proses mengubah input masukan menjadi output keluaran. Input dapat berupa barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi Adiningsih,1999:3-4. Selanjutnya, Mandala mendefinisikan tentang teori input, variabel – variabel yang besaran nilainya untuk menentukan variabel hasil output disebut dengan input, dengan kata lain variabel input merupakan variabel masukan 37 yang termasuk dalam variabel bebas dan output merupakan variabel dependen terikat Manurung,1999:30. Mankiw, dalam teori mikroekonominya menjelaskan kembali, mengenai input. input dapat dijelaskan melalui faktor – faktor produksi. Faktor produksi merupakan input yang digunakan dalam menghasilkan barang dan jasa Mankiw,2005:42.

b. Teori Nilai Bahan Baku

Bahan Baku menurut Mulyadi 2004;15, adalah bahan yang membentuk bagian integral produk jadi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, pembelian impor atau dari pengolahan sendiri. Nilai bahan baku atau yang dapat didefinisikan sebagai biaya bahan baku dapat dikelompokkan berdasarkan jenis dari bahan baku tersebut. Adapun jenis bahan baku menurut Gunawan Adi Saputro dan Marwan Asri 2012:185; 1. Bahan baku Langsung Direct Metal Semua bahan baku yang merupakan bagian daripada barang jadi yang dihasilkan. Biaya atau Nilai yang dikeluarkan untuk membeli bahan mentah langsung