4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi awal, rata-rata hasil belajar UAS semester gasal kelas VIII di SMP N 1 Gabus pada mata pelajaran IPA adalah 6,50 dan
sebagian besar siswa masih memiliki nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yaitu 70. Nilai yang belum memuaskan tersebut disinyalir karena model
pembelajaran yang digunakan di sekolah tersebut kurang bervariasi. Model pembelajaran yang digunakan adalah ceramah yang dilanjutkan diskusi tanya
jawab. Dalam model pembelajaran ini tidak semua siswa berperan akftif dalam mengikuti pembelajaran. Nilai-nilai karakter siswa di sekolah tersebut juga dirasa
kurang, terbukti dari hasil observasi dan wawancara terhadap guru. Misalnya siswa datang terlambat masuk kelas, tidak rapi dalam berseragam, kondisi kelas
yang kotor, kurangnya kerjasama dalam kerja kelompok. Selain hal tersebut mengingat bahwa sekolah berada pada kabupaten yang rawan akan bencana,
sehingga dalam pembelajaran IPA diselipkan materi tentang kebencanaan. Berdasarkan UU No. 24 tahun 2007 bencana didefinisikan sebagai
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan serta penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam termasuk faktor
manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Sebagai bentuk tanggung jawab sosial kepada masyarakat mahasiswa kependidikan fisika perlu memberikan pemahaman kebencanaan kepada
masyarakat melalui jalur pendidikan formal dan non formal. Upaya yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu melalui pembelajaran di sekolah. Materi
kebencanaan tidak harus dijadikan mata pelajaran tersendiri, cukup diintegrasikan ke dalam mata pelajaran, salah satunya yaitu dalam mata pelajaran IPA
Rusilowati et al., 2012. Pada penelitian ini menggunakan kelas VIII sebagai populasi, yang terdiri
dari 3 kelas yaitu kelas VIII B, VIII C, dan VIII D. Sebelum menentukan sampel populasi tersebut di uji homogenitasnya. Uji homogenitas menggunakan nilai
ulangan harian pada materi IPA sebelum dilakukan penelitian. Hasil yang diperoleh dari uji homogenitas populasi adalah bahwa ketiga kelas tersebut
mempunyai varians yang sama atau homogen. Uji coba soal diujikan pada kelas VIII A, kelas yang sudah memperoleh
materi tekanan. Uji coba soal dilakukan untuk mendapatkan soal yang memenuhi kriteria valid, reliabel, memiliki taraf kesukaran dan daya pembeda.
Berdasarkan hasil analisis tahap awal diperoleh data yang menunjukkan bahwa kelas yang diambil sebagai sampel dalam penelitian mempunyai varians
yang homogen, berdistribusi normal dan mempunyai nilai rata-rata yang tidak jauh berbeda. Hal ini berarti sampel berasal dari kondisi atau keadaan yang sama
yaitu memiliki pengetahuan yang sama. Kemudian dipilih secara acak kelas VIII C sebagai kelas eksperimen yang diajar menggunakan model pembelajaran Team
Games Tournament bervisi SETS dan kelas VIII D sebagai kelas kontrol yang diajar menggunakan model pembelajaran diskusi bervisi SETS.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran Team Games Tournament bervisi SETS efektif terhadap hasil
belajar dan karakter siswa. Dengan demikian data hasil posttest dianalisis sebagai
analisis akhir untuk menguji hipotesis penelitian, yang meliputi uji homogenitas, uji normalitas, uji kesamaan dua proporsi dan uji perbedaan dua rata-rata.
Setelah diberi perlakuan yang berbeda pada kelas eksperimen yang diajar melalui model pembelajaran Team Games Tournament bervisi SETS dan kelas
kontrol yang diajar melalui model diskusi bervisi SETS, diperoleh data hasil belajar kemudian dilakukan analisis data akhir. Dari perhitungan pada hasil
penelitian, diperoleh hasil beda proporsi yang cukup signifikan. Siswa yang tuntas dalam hasil belajar kognitif pada kelas eksperimen sebesar 33 siswa sedangkan
siswa yang tuntas pada kelas kontrol sebesar 27 siswa. Untuk hasil belajar ranah afektif pada kelas eksperimen siswa yang tuntas sebesar 34 sedangkan pada kelas
kontrol sebesar 28 siswa. Hasil Belajar untuk ranah psikomotorik pada kelas eksperimen siswa yang tuntas sebesar 35 siswa sedangkan pada kelas kontrol
sebesar 30 siswa. Secara keseluruhan siswa yang telah mencapai ketuntasan hasil belajar pada kelas eksperimen lebih baik daripada siswa yang telah mencapai
ketuntasan hasil belajar pada kelas kontrol. Sehingga dapat dikatakan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran Team Games
Tournamnet bervisi SETS lebih baik dari ketuntasan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran diskusi bervisi SETS.
Pada analisis perbedaan dua rata-rata pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh rata-rata hasil belajar kognitif kelas eksperimen sebesar 77,30,
sedangkan kelas kontrol sebesar 74,05. Rata-rata hasil belajar afektif untuk kelas eksperimen sebesar 79,70, sedangkan kelas kontrol sebesar 77,11. Untuk rata-rata
hasil belajar psikomotorik kelas eksperimen adalah 78,26, sedangkan kelas
kontrol adalah 75,81. Secara keseluruhan diperoleh hasil bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen yang diajar melalui model pembelajaran Team
Games Tournament bervisi SETS lebih baik daripada rata-rata hasil belajar kelas kontrol yang menerapkan model pembelajaran diskusi bervisi SETS. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Rohendi et al.2010 yang menyatakan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran Team
Games Tournament lebih tinggi daripada kelas yang menggunakan model konvensional.
Belajar merupakan proses internal yang kompleks, yang meliputi ranah- ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar memiliki peranan penting dalam
perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan persepsi seseorang Dimyati Mudjiono, 2009:18. Hasil belajar yang optimal pada kelas
eksperimen merupakan akibat dari pembelajaran menggunakan model Team games Tournament bervisi SETS, sesuai dengan pernyataan Rifa’i Anni
2009:85 bahwa hasil belajar merupakan semua perubahan perilaku yang diperoleh setelah mengalami aktivitas pembelajaran.
Berdasarkan analisis perbedaan dua rata-rata lembar observasi afektif kelas eksperimen diperoleh bahwa secara keseluruhan aspek karakter pada kelas
eksperimen yang diajar melalui model pembelajaran Team Games Tournament bervisi SETS lebih baik dari kelas kontrol yang diajar melalui model pembelajaran
diskusi bervisi SETS. Sikap siswa dalam penelitian ini yang dimaksud adalah karakter siswa pada kelas eksperimen yang diajar melalui model Team Games
Tournament bervisi SETS memiliki karakter atau sikap yang lebih baik dibanding
kelas kontrol. Berdasarkan hasil analisis tiap aspek karakter, pada kelas eksperimen aspek karakter tertinggi adalah kedisiplinan dan aspek terendah adalah
kerjasama. Rendahnya karakter kerjasama pada siswa di kelas eksperimen dikarenakan siswa masih belum terbiasa dengan bekerja kelompok, apalagi dalam
kelompok tersebut ada siswa yang tidak cocok satu sama lain maupun siswa yang sulit untuk bekerjasama. Pada kelas kontrol aspek tertinggi juga pada kedisiplinan
sedangkan aspek terendah adalah aspek peduli lingkungan dan aspek kerjasama. Secara keseluruhan aspek karakter pada kelas eksperimen yang diajar melalui
model Team Games Tournament bervisi SETS lebih baik dibandingkan aspek karakter pada kelas kontrol yang diajar melalui model diskusi bervisi SETS. Hal
ini sesuai dengan penelitian Wyk 2011: 9 bahwa model pembelajaran Team Games Tournament berpengaruh dalam perubahan sikap siswa. Karakter dapat
dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya
dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari Samani, 2012:43.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial Trianto, 2007: 1. Model pembelajaran digunakan
untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas. Model pembelajaran harus diterapkan dengan tepat, menarik dan
tidak meninggalkan keefektifan kegiatan belajar mengajar sehingga siswa dapat
aktif dalam kegiatan pembelajaran dan dapat menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung.
Team Games Tournament merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang menggunakan turnamen akademik, kuis-kuis dan sistem skor
kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka Slavin,
2005: 163. Dalam pelaksanaan model ini guru harus berperan aktif dalam menyiapkan kuis atau pertanyaan yang akan diberikan ketika games dan
turnamen. Pembelajaran pada kelas eksperimen yang menerapkan model
pembelajaran Team Games Tournament bervisi SETS melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran aktif siswa
sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Sesuai dengan pernyataan Charlton et al.2005 bahwa pembelajaran dengan games dapat
membuat siswa lebih aktif dan merasa senang untuk belajar. Pembelajaran tersebut terlihat menarik ketika penjelasan guru dikombinasikan dengan games
sehingga penyampaian materi menjadi lebih cepat tersampaikan. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran
kooperatif model Team Games Tournament memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks dan menumbuhkan karakter kerjasama, disiplin, kepedulian dan
tanggung jawab siswa. Terbukti pada hasil analisis pada kelas yang menggunakan model pembelajaran Team Games Tournament sikap atau karakter siswa lebih
baik dibanding kelas yang menggunakan model diskusi.
Model pembelajaran bervisi SETS merupakan model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SETS Science, Environment, Technology, and Society,
yaitu sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Dalam hal ini siswa diminta untuk menghubungkan antar unsur SETS. Dalam konteks pendidikan, SETS
membawa pesan bahwa untuk menggunakan sains S-pertama ke bentuk teknologi T dalam memenuhi kebutuhan masyarakat S-kedua diperlukan pe-
mikiran tentang berbagai implikasinya pada lingkungan E secara fisik maupun
mental Rusilowati et al., 2012. Maksudnya adalah siswa diminta menghubungkaitkan antara konsep sains yang dipelajari dan ditransformasi dalam
bentuk teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat tanpa harus merusak atau merugikan lingkungan yang dapat menyebabkan bencana.
Model pembelajarn Team Games Tournament bervisi SETS merupakan model pembelajaran dengan pendekatan SETS yang menekankan siswa agar
saling bekerjasama dan tanggung jawab dalam belajar kelompok tanpa memandang status, untuk menyelesaikan tugas atau soal berkaitan dengan materi
tekanan yang mengintegrasikan materi kebencanaan. Dengan penerapan model pembelajaran tersebut siswa bisa rileks dalam belajar sehingga nilai yang didapat
pun memuaskan. Selain itu melalui model pembelajaran Team Games Tournament bervisi SETS dan materi yang disampaikan yaitu materi tekanan yang
mengintegrasikan kebencanaan siswa bisa paham dan mengerti tentang pentingnya kepedulian terhadap lingkungan, bahaya bencana, bagaimana
mengatasi dan mencegahnya, mengingat sekolah berada di wilayah yang rawan akan bencana. Hal ini bisa dilihat dari hasil belajar dan observasi afektif pada
siswa, menunjukkan bahwa hasil belajar dan karakter lebih baik jika diajar melalui model pembelajaran Team Games Tournament bervisi SETS.
Hasil di atas sesuai dengan pernyataan Yoruk et al.2010 bahwa melalui pendekatan SETS siswa mampu mengenali kemampuan mereka sendiri, dan telah
belajar lebih bermakna dibandingkan dengan pendekatan tradisional. Berdasar hasil penelitian Yoruk et al.2010 siswa yang belajar dengan pendekatan SETS
lebih kompeten dalam menghubungkan situasi yang dialamai dengan konsep yang pernah dipelajari.
Dari hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih baik dari ketuntasan hasil belajar
siswa pada kelas kontrol, rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol, dan karakter siswa pada kelas eksperimen lebih baik
daripada karakter siswa pada kelas kontrol. Berdasarkan hasil analisis serta hasil pembelajaran di kelas eksperimen dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui
model pembelajaran Team Games Tournament bervisi SETS merupakan pembelajaran yang efektif dalam menyampaikan materi pembelajaran IPA yang
mengintegrasikan materi kebencanaan. Dalam penerapan model pembelajaran Team Games Tournament bervisi
SETS juga terdapat beberapa kendala. Kendala tersebut antara lain : 1.
Ketika bekerja kelompok para siswa berdiskusi dengan suara yang keras sehingga mengganggu kelompok lain dan kelas lain
2. Ada beberapa tim yang anggotanya sulit diajak kerjasama karena ketidak
cocokan antar anggota.
3. Ketika diadakan turnamen ada meja turnamen yang soalnya kurang.
4. Siswa sering melakukan kesalahan dalam kegiatan praktikum terutama dalam
langkah-langkahnya. Langkah-langkah untuk mengatasi beberapa kendala tersebut antara lain:
1. Selalu memberi nasehat dan pengertian bahwa jika berdiskusi jangan terlalu
keras dan mengganggu kelompok maupun kelas lain. 2.
Memberi pengertian terhadap siswa bahwa kerjasama itu penting dalam mengerjakan tugas dalam tim.
3. Guru maupun peneliti harus menyiapkan segalanya dengan baik agar tidak
terjadi kekurangan soal atau lainnya. 4.
Guru maupun peneliti memberi pengarahan terlebih dahulu sebelum siswa melakukan praktikum dan sabar dalam menuntun siswa melakukan praktikum.
82
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan