Pembentukan ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Tabel 6.14 Kebutuhan Barang di Setiap Stasiun Lanjutan No Stasiun Barang-barang yang Dibutuhkan Untuk Mendukung Proses Produksi 8 Envolving − 1 set kunci inggris − Hand Truck − Worksheet dan alat tulis − Skip Gum − Velg Sementara − Plastik − Pisau atau gunting 9 Chambering − Worksheet dan alat tulis − 1 set kunci inggris 10 Finishing − 1 set kunci inggris − Hand Truck − Worksheet dan alat tulis − Cat Hitam − Velg Baru 11 Inspeksi Akhir − Forklift − Worksheet dan alat tulis 2. Memindahkan barang yang tidak dibutuhkan Setelah mengetahui barang-barang yang dibutuhkan untuk setiap stasiun, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menyingkirkan barang-barang lainnya yang tidak termasuk dalam daftar tersebut sehingga nantinya akan lebih mudah dan cepat untuk memperoleh barang-barang yang diperlukan. 3. Mengatur letak barang sesuai frekuensi kebutuhan Barang-barang yang dibutuhkan kemudian dikelompokkan berdasarkan frekuensi kebutuhan sehingga barang yang paling sering digunakan akan diletakkan lebih dekat dengan area kerja operator. Selanjutnya adalah penerapan seiso resik yang dilakukan dengan harapan daerah di lantai produksi akan terbebas dari kotoran yang berasal dari sisa-sisa proses yang berada di sekitar area lantai produksi. Kotoran yang berada di sekitar mesin dapat menyebabkan mesin berhenti secara tiba-tiba sehingga barang yang sedang diproses dapat rusak. Pembersihan di area lantai produksi juga akan menghindarkan terjadinya kecelakaan kerja seperti adanya sisa penghalusan dan karet ban yang terletak sembarangan sehingga dapat mengganggu pekerja yang sedang melakukan aktivitas transportasi. Adapun langkah-langkah dalam menerapkan seiso adalah: a. Membagi area produksi b. Menyediakan alat kebersihan dalam jumlah yang cukup di masing-masing stasiun kerja. Selanjutnya adalah penerapan seikatsu rawat yang dilakukan untuk mempertahankan dan menindaklanjuti ketiga kegiatan sebelumnya. Adapun langkah-langkah dalam menerapkan seikatsu ialah sebagai berikut: a. Membuat jadwal piket kebersihan setiap akhir jam kerja. b. Melakukan pemeriksaan lapangan setiap akhir bulan Selanjutnya adalah penerapan Shitsuke rajin yaitu upaya Mengkampanyekan budaya 5S di lantai produksi, menuju suatu kebiasaan yang rajin yang pada akhirnya akan menjadi budaya kerja perusahaan. Adapun langkah- langkah dalam menerapkan seikatsu ialah sebagai berikut: a. Pemasangan visual display berisi slogan-slogan untuk memotivasi operator agar selalu menjaga kebersihan dan keteraturan di area kerja. b. Pemberian pelatihan dan seminar untuk operator. Dengan menerapkan 5S dapat mengurangi lead time proses sehingga untuk memulai proses berikutnya pekerja tidak memerlukan waktu yang panjang karena mencari peralatan yang akan digunakan atau berhentinya mesin secara tiba-tiba.

2. Melakukan pengurangan dan penambahan operator dan mesin

Pengurangan dan penambahan operator dan mesin dilakukan berdasarkan hasil analisa takt time. Pengertian pengurangan di sini adalah pengalokasian pekerja ke stasiun yang membutuhkan pekerja lebih banyak untuk mempercepat penyelesaian pekerjaannya. a. Pengurangan jumlah pekerja dan mesin di bagian buffing sebanyak 1 orang, dilakukan dengan tujuan untuk menurunkan kapasitas harian di stasiun ini yang dianggap jauh melebihi dari target produksi harian dan sering mengganggur. Pekerja akan dialokasikan ke stasiun cementing yang membutuhkan operator tambahan. b. Pengurangan jumlah pekerja di bagian chambering sebanyak 2 orang, dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi waktu menganggur operator. Pekerja akan dialokasikan ke stasiun inspeksi awal yang membutuhkan operator tambahan. Pengertian penambahan di sini adalah pengalokasian pekerja yang menganggur di stasiunnya ke stasiun yang membutuhkan pekerja lebih banyak untuk mempercepat penyelesaian pekerjaannya. a. Penambahan jumlah pekerja dan mesin di bagian inspeksi awal dibutuhkan sebanyak 2 orang, dilakukan dengan tujuan untuk menaikkan kapasitas harian di stasiun ini. Pekerja yang ditambah berasal dari pekerja di stasiun lain yang sedang menganggur, seperti pekerja di stasiun chambering yang berjumlah 4 orang, yang sering menganggur karena proses pemasakan ban yang lama sampai 2 jam 45 menit. b. Pada bagian skiving dilakukan penambahan jumlah operator dan peralatan sebanyak 1 orang. Hal ini dilakukan untuk menyeimbangkan kapasitas dengan stasiun buffing agar waktu menunggu karena WIP dapat diminimalisir dan tidak melebihi dari takt time. Selain itu hal ini dilakukan agar operator di stasiun repairing tidak menunggu ban selesai dari stasiun skiving. c. Pada bagian cementing dilakukan penambahan jumlah operator dan peralatan sebanyak 1 orang.. Hal ini dilakukan untuk menyeimbangkan kapasitas dengan stasiun repairing agar tidak menimbulkan WIP dan tidak melebihi dari takt time. d. Pada bagian finishing dilakukan penambahan jumlah operator dan peralatan sebanyak 1 orang. Hal ini dilakukan untuk menyeimbangkan kapasitas dengan stasiun chambering agar waktu menunggu karena WIP dapat diminimalisir dan tidak melebihi dari takt time.

3. Pengurangan Kapasitas Produksi Harian

Saat ini perusahaan memproduksi setahap demi setahap, dimana produk yang selesai dikerjakan menunggu produk lain selesai dikerjakan. Kapasitas produksi yang besar juga mengakibatkan waktu menunggu untuk diinspeksi awal dan juga menyebabkan work in process di sejumlah stasiun kerja. Hal ini disebabkan karena inspeksi awal yang lama dan keterbatasan fasilitas. Kapasitas produksi sekarang ini adalah 300 unit per hari, untuk memperlancar kegiatan produksi maka kapasitas produksi yang akan digunakan adalah berdasarkan hasil peramalan permintaan periode April 2015, sehingga diperoleh bahwa seharusnya kapasitas produksi harian sebesar 246 unit.

4. Penerapan SMED

Single Minute Exchange of Die Pengurangan waktu set up, dapat dilakukan dengan menggunakan metode SMED dimana dilakukan dengan mengubah kegiatan internal menjadi eksternal. Penerapan SMED ini dapat dilakukan untuk mengurangi waktu menunggu dalam kegiatan set up mesin. Langkah-langkah yang dilakukan pada SMED adalah: 1. Mengidentifikasi kegiatan internal dan eksternal set up Langkah awal dari SMED adalah menggonlongkan seluruh aktivitas menjadi internal set up dan eksternal set up. Penggolongan aktivitas dapat dilihat pada Tabel 6.15. Tabel 6.15. Pengelompokan Aktivitas Set up Mesin No Aktivitas Waktu Standar detik InternalEksternal 1 Pemeriksaan oli mesin 28.06 Internal 2 Mengambil oli 159.71 Internal 3 Pengisian oli 68.92 Internal 4 Pemeriksaan kondisi komponen mesin 552.47 Internal Tabel 6.15. Pengelompokan Aktivitas Set up Mesin Lanjutan No Aktivitas Waktu Standar detik InternalEksternal 5 Pemeriksaan kabel 56.58 Internal 6 Pemeriksaan power control 23.82 Internal 7 Menyambungkan mesin ke power suplai dan menekan tombol start 21.14 Internal 8 Pemasangan benda kerja dan alat yang akan digunakan 507.81 Internal 9 Menyalakan mesin 10.81 Internal 10 Pembersihan scrap pada mesin 299.77 Internal 11 Memeriksa mata pisau mesin 335.81 Internal 12 Mengambil Lem 79.57 Internal 13 Mengambil Kuas 80.28 Internal 14 Mengambil cushion gum 79.57 Internal 15 Mengambil filling gum 80.28 Internal 16 Pemeriksaan kondisi peralatan 552.47 Internal 17 Mengambil liner baru 159.71 Internal 18 Mengambil velg sementara 79.57 Internal 19 Mengambil skip gum 80.28 Internal 20 Pemeriksaan Air 27.91 Internal 21 Mengambil Air 159.71 Internal 22 Pengisian Air 68.94 Internal 23 Menunggu mesin panas 333.62 Internal 24 Pemeriksaan kesesuaian suhu dan waktu 72.43 Internal 25 Mengambil ban dalam 53.14 Internal 26 Mengambil velg baru 53.14 Internal 27 Mengambil cat 54.52 Internal 28 Mengambil alat tulis dan worksheet 160.59 Total 4240,61 2. Konversi internal setup menjadi eksternal setup Pada langkah ini kegiatan internal set up dikonversikan menjadi eksternal set up. Hasil konversi dapat dilihat pada Tabel 6.16. Tabel 6.16. Konversi Internal Set Up Menjadi Eksternal Set Up No Aktivitas Waktu Standar detik InternalEksternal 1 Pemeriksaan oli mesin 28.06 Internal 2 Mengambil oli 159.71 Eksternal 3 Pengisian oli 68.92 Internal 4 Pemeriksaan kondisi komponen mesin 552.47 Internal 5 Pemeriksaan kabel 56.58 Internal 6 Pemeriksaan power control 23.82 Internal 7 Menyambungkan mesin ke power suplai dan menekan tombol start 21.14 Internal 8 Pemasangan benda kerja dan alat yang akan digunakan 507.81 Internal 9 Menyalakan mesin 10.81 Internal 10 Pembersihan scrap pada mesin 299.77 Eksternal 11 Memeriksa mata pisau mesin 335.81 Internal 12 Mengambil Lem 79.57 Eksternal 13 Mengambil Kuas 80.28 Eksternal 14 Mengambil cushion gum 79.57 Eksternal 15 Mengambil filling gum 80.28 Eksternal 16 Pemeriksaan kondisi peralatan 552.47 Internal 17 Mengambil liner baru 159.71 Eksternal 18 Mengambil velg sementara 79.57 Eksternal 19 Mengambil skip gum 80.28 Eksternal 20 Pemeriksaan Air 27.91 Internal 21 Mengambil Air 159.71 Eksternal 22 Pengisian Air 68.94 Internal 23 Menunggu mesin panas 333.62 Internal 24 Pemeriksaan kesesuaian suhu dan waktu 72.43 Internal 25 Mengambil ban dalam 53.14 Eksternal 26 Mengambil velg baru 53.14 Eksternal 27 Mengambil cat 54.52 Eksternal 28 Mengambil alat tulis dan worksheet 160.59 Internal Total 4240,61 3. Perbaikan proses operasi setup Perbaikan proses set up yang dilakukan adalah menggabungkan internal set up dengan eksternal set up. Untuk perubahan kegiatan set up mesin dapat dilihat pada Tabel 6.17 Tabel 6.17. Perbaikan Operasi Set up No Aktivitas Waktu Standar detik InternalEksternal 1 Pemeriksaan oli mesin 28.06 Internal 2 Pengisian oli 68.92 Internal 4 Pemeriksaan kondisi komponen mesin 552.47 Internal 5 Pemeriksaan kabel 56.58 Internal 6 Pemeriksaan power control 23.82 Internal 7 Menyambungkan mesin ke power suplai dan menekan tombol start 21.14 Internal 8 Pemasangan benda kerja dan alat yang akan digunakan 507.81 Internal 9 Menyalakan mesin 10.81 Internal 10 Pembersihan scrap pada mesin 299.77 Internal 11 Memeriksa mata pisau mesin 335.81 Internal 12 Pemeriksaan kondisi peralatan 552.47 Internal 13 Pemeriksaan Air 27.91 Internal 14 Pengisian Air 68.94 Internal 15 Menunggu mesin panas 333.62 Internal 16 Pemeriksaan kesesuaian suhu dan waktu 72.43 Internal 17 Mengambil bahan baku dan peralatan 160.59 Internal Total 3121,15 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pengurangan waktu setup yang didapat dengan penggunaan SMED ini ialah sebesar 1119,46 detik.

5. Perubahan

Layout untuk Mengurangi waste Gambar layout awal dari proses produksi di PT. Putra Sejahtera Mandiri Vulkanisir dapat dilihat pada Gambar 5.1. Layout awal ini dinilai kurang efesien dalam mendukung produktivitas operator. Hal ini dikarenakan pada layout awal adanya stasiun kerja yang berhubungan terletak berjauhan, seperti stasiun skiving ke repairing yang berjarak 10 meter. Tata letak mesin yang bisa menurunkan produktifitas operator dengan kondisi suhu lingkungan kerja yang tinggi. Begitu juga dengan lokasi penempatan bahan baku maupun bahan setengah jadi yang menghambat transportasi. Untuk meminimalkan transportation waste yang terjadi, penulis memberikan usulan layout yang dapat mengefesienkan waktu produksi. Gambar layout usulan dapat dilihat pada gambar 6.17. Pada layout usulan ini lokasi mesin repairing didekatkan dengan stasiun skiving. Hasil perubahan layout dapat dilihat pada Gambar 5.18

6. Penambahan jumlah material handling

Usulan untuk menambah jumlah material handling dilakukan sehingga tidak terjadi pemborosan waktu transportasi yang disebabkan oleh transportasi yang repetitive. Saat ini material handling yang digunakan hanya hand truck di stasiun repairing, cementing, filling rubber, dan conveyor gantung di stasiun chambering. Diharapkan untuk ke depannya setiap stasiun diusulkan untuk memiliki satu hand truck. Perbaikan sistem transportasi di lantai produksi dilakukan dengan cara berikut, jika pekerja pada suatu proses yang terdiri lebih dari satu orang, maka setelah menyelesaikan pekerjaannya salah seorang pekerja melakukan pengecekan ke proses selanjutnya, apakah material sudah dapat dipindahkan atau tidak, jika ya maka material langsung dipindahkan ke proses selanjutnya, sedangkan jika material dipindahkan tanpa adanya pengecekan, akan terjadi penumpukan material di beberapa proses dan menutupi gang-gang di lantai produksi. 14 1 4 5 M-3 6 10 M-5 M-5 M-5 M-5 7 M-2 M-2 M-2 M-4 M-4 11 12 13 M-6 3 2 8 9 Keterangan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Incoming Ban Stasiun Inspeksi Awal Stasiun Buffing Stasiun Skiving Stasiun Repairing Stasiun Cementing Stasiun Filling Rubber Stasiun Building Stasiun Envolving Stasiun Chambering Stasiun Finishing Stasiun Inspeksi Akhir Tumpukan Produk Akhir Kantor Bagian Produksi Keterangan Lambang M-1 M-2 M-3 M-4 M-5 M-6 Mesin Inspeksi Mesin Buffing Mesin Tambal Mesin Building Mesin Chamber Mesin Envolve Keterangan Lambang Dinding Batas Antar Stasiun Aliran Bahan Mesin M-1 M-1 M-1 1 M-3 M-3 15 13 14 Tumpukan Bahan Baku 15 Gambar 6.2. Usulan Perbaikan Layout Lantai Produksi

7. Penerapan Kanban

a. Perhitungan Jumlah Kartu Kanban

Banyaknya kartu kanban yang diperlukan dihitung dengan rumus Arnaldo Hernandez, 1989: ��������� ������ = ���������� ℎ����� � ����� ������ � ������ �������� ������ ��� Sebagai contoh perhitungan pada stasiun incoming ban: Permintaan harian = 246 unit, Waktu tunggu = waktu proses + lead time = 7,45 menit + 0,16 menit = 7,61 menit = 0.13 jam 24 jamhari = 0.00528 hari, Faktor pengaman =1,5 ; penentuan faktor pengaman dilakukan atas pertimbangan dengan manajer produksi dengan dasar pengamatan error estimation kinerja kerja 50 dari kondisi ideal yang diinginkan. Besarnya faktor pengaman juga menunjukkan range kartu kanban pengaman. Ukuran lot yaitu 2 unit. Maka perhitungan jumlah kartu kanban untuk stasiun incoming ban dapat dihitung sebagai berikut: ��������� ������ = 246 � 0,00528 � 1,5 2 ��������� ������ = 0,9742 kartu ≈ 1 kartu Hasil perhitungan pada setiap stasiun dapat dilihat pada Tabel 6.18 Tabel 6.18. Jumlah Kebutuhan Kartu Kanban Setiap Stasiun Stasiun Customer DemandDay Unit Waktu Tunggu Hari Ukuran Lot Unit Banyaknya Kartu Kanban kartu Inspeksi Awal 246 0,0053 1 1,9557 ≈2 Buffing 246 0,0019 1 0,7011 ≈1 Skiving 246 0,0006 1 0,2214 ≈1 Repairing 246 0,0078 1 2,8782 ≈3 Cementing 246 0,0248 13 0,7039 ≈1 Filling Rubber 246 0,0025 1 0,9225 ≈1 Building 246 0,0020 1 0,738 ≈1 Envolving 246 0,0067 1 2,4723 ≈3 Chambering 246 0,1151 25 1,6989 ≈2 Finishing 246 0,0003 1 0,1107 ≈1 Inspeksi Akhir 246 0,0011 1 0,4059 ≈1

b. Rancangan Kartu Kanban Dan Sistem Informasi

Setelah menentukan jumlah kartu kanban pada setiap stasiun, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perancangan jenis kartu kanban dan sistem informasi perusahaan. 1. Jenis Kartu kanban Adapun kartu kanban yang diperlukan perusahaan adalah kanban pengambilan dan kanban perintah produksi. Kanban pengambilan diperlukan pada setiap stasiun untuk menentukan jumlah produk yang harus diambil dari proses terdahulu oleh proses berikutnya. Sedangkan kanban perintah produksi hanya dipakai di stasiun inspeksi akhir untuk memberi perintah kepada bagian gudang produk agar membuat tali pengikat untuk menyatukan beberapa ban. 2. Melakukan perancangan sistem komunikasi antara perusahaan dengan pemasok vendor dimana perusahaan dapat mengupayakan adanya zero inventory dengan melakukan kesepakatan dengan pihak pemasok vendor yaitu dengan cara menspesifikasikan kebutuhan bahan baku dan frekuensi pengambilan melalui kanban pemasok dengan pihak perusahaan pemasok. Dalam hal ini, perusahaan perlu membina hubungan yang sangat baik dengan pihak vendor. Rincian usulan sistem komunikasi adalah sebagai berikut: a. Manajer vulkanisir mengirim jumlah pesanan bahan baku per hari untuk 1 bulan ke depan ke pihak vendor. b. Pihak vendor mengkonfirmasi kesediaan bahan untuk 1 bulan dan kesanggupan untuk menyalurkan bahan setiap minggu. c. Apabila ada perubahan dalam jumlah pesanan selama 1 bulan tersebut, harus segera melapor ke pihak vendor maksimal 1 minggu sebelum proses produksi jadwal harian dilakukan. d. Mengatur kesepakatan waktu tibanya bahan baku agar tidak ada keterlambatan ketika menjalani proses produksi. e. Untuk mencegah adanya keterlambatan datangnya bahan baku karena masalah transportasi, perusahaan dan vendor harus membangun sistem transportasi yang baik, misalnya dengan bekerjasama dengan pihak transportasi. Berdasarkan beberapa usulan perbaikan di atas kemudian dirancanglah proses produksi yang baru. Adapun hasil rancangan dari proses produksi dapat dilihat pada rancangan future state map pada Gambar 6.4.