Perkembangan Tarekat di Banten

Pada umumnya para kiyai sangat dicintai dan dihormati oleh rakyat karena mereka menganggapnya sebagai lambang kejujuran dan keluhuran budi. 88 88 Sartono Kartodirdjo, Pemberontakan Petani Banten 1888, h. 230. 35

BAB III SEJARAH DAN

PERKEMBANGAN TAREKAT RIFA’IYAH DI BANTEN ABAD KE-19

A. Tarekat Rifa’iyah di Banten Profil, Sosial Historis

Tare kat Rifa’iyah pertama kali muncul dan berkembang di wilayah Irak bagian Selatan. Pendirinya adalah Syekh Abu Al-Abbas Ahmad ibn Ali Al- Rifa’i. Ia lahir di Qaryah Hasan, dekat Basrah. Tahun kelahirannya diperkirakan pada 1106 M dan wafat pada tahun 1182 M. 1 Tarekat ini kemudian berkembang di beberapa wilayah, seperti Mesir, Suriah dan Indonesia. Tarekat Rifa’iyah masuk ke Indonesia dari salah satu ulama yang berasal dari India yakni Nuruddin al- Raniri. 2 Ia ditunjuk oleh Syekh Ba Syaiban sebagai khalifah dalam tarekat Rifa’iyah, dan karenanya ia bertanggungjawab untuk membawa dan menyebarkannya ke beberapa wilayah Indonesia. 3 Pertama kali ia menyebarkan ke wilayah Aceh, 4 sehinggga kini pengaruhnya sampai ke Minangkabau, Cirebon, Maluku, dan Banten. 5 1 Abu Bakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat, Cet. XI, Solo: Ramadhani, 1995, h. 355 dan 357. 2 Sri Mulyati, Mengenal Memahami Tarekat-Tarekat Muktabaroh di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005, h. 15. 3 M. Solihin, Sejarah dan Pemikiran Tasawuf di Indonesia, Bandung: Pustaka Setia, 2001, h. 38. Sebelumnya penganut tarekat ini ialah Syekh Muhammad Al-Aidarus kakek rohani dari Nurudin al-Raniri. Melaui Syeh Al-Aidarus ini Ba Syaiban diterima masuk dalam tarekat Rifa’iyah kemudian ia menggantikannya dan menerima kedatangan murid-murid baru. Sri Mulyati, Tasawuf Nusantara: Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka, Cet. ke-1, Kencana: Prenada Media Group, 2006, h. 88. 4 Nurudin al- Raniri pertama kali menyebarkan tarekat Rifa’iyah di wilayah Aceh, karena ia telah menjabat Syekh al-Islam atau mufti di Kerajaan Aceh pada zaman Sultan Iskandar Tsani dan Sultanah Shafiatu al-Din. Ia tinggal di Aceh selama 7 tahun. Sri Mulyati, Mengenal Memahami Tarekat-Tarekat Muktabaroh di Indonesia, h. 15. 5 Badri Yatim, “Tarekat dan Perkembangannya”, Indonesia Dalam Arus Sejarah Jilid 3: Kedatangan dan Peradaban Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2011, h. 369. Tarekat Rifa’iyah diperkirakan pertama kali masuk dan berkembang di Banten pada masa Sultan Abu Al-Mufakhir Aliyuddin 1777-1802. 6 Tarekat ini pertama kali menyebar dari kalangan istana dan elit kota, kemudian menyebar ke kalangan penduduk yang luas bahkan ke kalangan masyarakat awam. 7 Tarekat Rifa’iyah yang berkembang di Banten merupakan tarekat yang berkaitan dengan permainan debus, 8 meski dalam perkembangannya tidak ada guru-guru terkemuka yang memberi dorongan baru. Akan tetapi ada salah seorang Kiyai Abdul Qadir seorang guru keturunan Banten yang bermukim di desa Cibaregbeg, Cianjur. Ia dikenal sebagai Guru Tarekat Rifa’iyah terakhir di Banten yang diakui secara luas. 9 Keberadaan tarekat Rifa’iyah di Banten juga di dukung dengan adanya naskah tentang Ratib tarekat Rifa’i. Di dalam naskah tersebut, sering menyebutkan nama pendiri tarekat Rifa’iyah yaitu Syekh Ahmad al-Kabir al- Rifa’i. Penyebutan nama ini juga menunjukkan perkembangan tarekat Rifa’iyah di Banten. 10 Di dalam isi naskah Ratib Rifa’i juga terdapat nama-nama orang yang dianggap penting dan memiliki hubungan dengan sejarah tarekat Rifa’iyah di Banten antara lain: 1. Syekh Ahmad al-Kabir al-Rifa’i 2. Syekh „Abd al-Qadir al-Jaelani 3. Syekh Safi ad-Din Ahmad ibn „Alwan 6 Riwayat Sultan Abu Al-Mufakhir belum ada yang mengungkapkan dan masa pemerintahnnya juga belum ada sejarahnya, yang ada hanya tahun pemerintahannya saja. 7 Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia. Bandung: Mizan, 1995, h. 273. 8 C. Snouck Hurgronje, De Atjehers Jilid II, Leiden: E.J. Brill, 1894, h. 256. 9 Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia, h. 271. 10 Ibid., h. 271. 4. Syekh Ahmad Badawi al-Rifa’i 5. Syekh Ibrahim Ahmad ad-Dasuqi 6. Syekh Abu Bakar „Abdullah al-Aydarus 7. Syekh Musa ibn Sayyid „Abdullah al-Qadir al-Rifa’i 8. Sultan Maulana Hasan ad-Din Hasanuddin ibn Maulana Mahdum 9. Sultan Muhammad al-Arif Zain al-„Asyiqin 10. Sultan Abu Mufakhir Muhammad „Aliyuddin. 11 Syekh Ahmad al-Kabir al- Rifa’i adalah Pendiri tarekat Rifa’iyah, sedangkan yang nomor dua Syekh Abd al-Qadir al-Jaelani, ia adalah tokoh utama tarekat Qadiriyah. 12 Tiga tokoh berikutnya adalah murid- murid Ahmad Rifa’i yaitu Syekh Safi ad-Din Ahmad ibn Alwan w.1266 M, Syekh Ahmad Badawi al- Rifa’i w.1276 M, Syekh Ibrahim Ahmad ad-Dasuqi w.1288 M. 13 Tokoh yang ke enam Syekh Abu Bakar „Abdullah al-Aydarus adalah salah seorang syekh tarekat Rifa’iyah yang namanya tercantum dalam silsilah Nuruddin al-Raniri. Dalam silsilah tersebut tertulis nama lengkapnya Syekh Fakhir ad-Din Abu Bakr Abdullah al-Aydarus al-Adani. Ulama ini selain mengajarkan tarekat Rifa’iyah, juga mengajarkan tarekat Qadiriyah. Al-Aydarus adalah kakek Nuruddin al- Raniri dalam tarekat Rifa’iyah. Nuruddin al-Raniri masuk dalam tarekat Rifaiyah melalui Syekh Said Abu Hafs Umar bin Abdullah Ba Syaiban 11 Nur Karim, “Ratib Ar-Rifa’i Terjemahan Naskah dan Pengungkapan Isi”, Skripsi Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1991, h. 158. 12 Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia, h. 207. 13 J. Spencer Trimingham, The Sufi Orders In Islam, New York: Oxford University Press, 1971. h. 40 dan 281. dari Tarim. Sementara Ba Syaiban sendiri masuk tarekat Rifa ’iyah melalui Syekh Abu Bakar Abdullah al-Aydarus. 14 Tokoh nomor tujuh, dalam hadiah al-fatihah hanya disebutkan nama singkatnya saja yaitu Sayyid Musa. Sedangkan dalam munajat Rifa’i namanya disebutkan secara lengkap sebagai Sayyid Syekh Musa ibn Sayyid Abd al-Qadir al- Rifa’i. Dalam naskah sering disebut sebagai petunjuk jalan, pengikut, dan perantara kepada Allah SWT. Ia juga merupakan salah seorang syekh dalam tarekat Rifa ’iyah, karena nama belakangnya Rifa’i sehingga memperkuat dugaan tersebut. 15 Tiga tokoh selanjutnya yaitu, Sultan Maulana Hasanuddin ibn Maulana Mahdum, Sultan Muhammad al-Arif Zain al-Asyiqin, dan Sultan Abu Mufakhir Muhammad Aliyuddin, tiga orang sultan tersebut yang pernah memerintah di Kesultanan Banten. Maulana Hasanuddin Sultan pertama Banten pada tahun 1552-1570. Penyebutan nama Maulana Hasanuddin dalam naskah ditunjukkan untuk lebih menghormatinya sebagai tokoh yang mengislamkan Banten dan daerah sekitarnya. Muhammad al-Arif Zain al- „Asyiqin dengan nama lengkap Abu al-Nasr Muhammad al- „Arif Zain al-Asyiqin, diganti oleh putranya pada tahun 1777 M dengan gelar Sultan Abu Mufakhir Muhammad Aliyuddin 16 yang wafat pada tahun 1802 M. 17 Dalam naskah tersebut menambahkan gelar khalifah 18 kepada Sultan Abu Mufakhir Muhammad Aliyuddin. 14 Sri Mulyati, Tasawuf Nusantara: Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka, Cet. ke-1, Kencana: Prenada Media Group, 2006, h. 88. 15 Nur Karim, “Ratib Ar-Rifa’i Terjemahan Naskah dan Pengungkapan Isi”, h. 159. 16 Mengenai Sultan Muhammad al-Arif Zain al- „Asyiqin, dan Sultan Abu Mufakhir Muhammad Aliyuddin. Belum menemukan catatan yang mengungkapkan riwayat hidupnya, bahkan masa pemerintahannyapun belum ditemukannya juga, yang bisa di temukan hanya sekedar Nama dan tahun pemerintahannya saja 17 Sanusi Pane, Sejarah Indonesia Jilid II, Jakarta: Perpustakaan Perguruan Kementrian, 1956, h. 14.