tubuh.
44
Sedangkan menurut Abu Bakar Atjeh Debus berasal dari bahasa Arab Dabbus yaitu sepotong besi yang tajam. Dalam permainan debus ini, orang-orang
yang menganut tarekat Rifa’iyah berdzikir di tengah-tengah suara rebana yang gemuruh.
45
Dengan demikian debus adalah suatu permainan yang menikam diri dengan benda tajam yang disertai dengan dzikir-
dzikir dari tarekat Rifa’iyah. Para pelaku debus adalah syekh debus atau pemimpin kelompok debus dan sejumlah pemain
debus. Peralatan yang digunakan untuk permainan debus adalah belati penusuk, kayu dan paku besi yang ujungnya tajam.
46
Dalam pengertian tersebut, kata debus mengandung dua makna yaitu “sebagai suatu bentuk permainan kekebalan yang
menggunakan alat debus dan sebagai nama alat yang digunakan untuk permainan kekebalan”.
47
Dalam sejarahnya, Debus Banten merupakan tradisi yang berkembang sejak masa kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa di Banten dengan tujuan membangkitkan
moral pasukan Banten melawan VOC.
48
Kesenian Debus ini tidak hanya di jumpai Banten, tetapi juga berkembang di Aceh dikenal dengan
Rapa’i. Di Bugis, Makasar, Sulawesi, permainan ini dikenal dengan nama Daboso dan
Minangkabau Rapa’i, deboih dan Madaboih.
49
Jadi permainan debus di beberapa daerah memiliki nama yang berbeda, namun dalam unsur permainannya memiliki
44
J. Vredenbregt, Dabus in West Java, BKI, 1973, h. 302.
45
Abu Bakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat, Cet. XI, Solo: Ramadhani, 1995, h. 357.
46
J. Vredenbregt, Dabus In West Java, 302.
47
Isman Pratama Nasution, “Fungsi Debus Dalam Sistem Budaya Masyarakat Banten”, Depok: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budayalaporan, 1998, h. 10.
48
Vredenbregt, Dabus in West Java, h. 33.
49
C. Snouck Hurgronje, The Achehnese Vol II, Leiden: Briill, 1906, h. 351.
kesamaan yaitu suatu permainan kekebalan dengan menggunakan alat yang tajam ditusukkan ke bagian tubuh.
50
2. Ritual Permainan Debus
Ritual permainan debus adalah suatu proses upacara permainan debus, yang mempertunjukkan permainan kekebalan yang dilakukan oleh anggota debus,
dalam rangka syi’ar Islam yang bernafaskan ritual keagamaan.
51
Dalam tahap ini ada tiga kegiatan yang harus dilakukan, yaitu: a. Pembukaan; b. Pembacaan
wirid dan amalan; c. Permainan debus.
a. Pembukaan
Pada tahap ini, ketua debus, pemain, pemusik dan penonton biasanya menempati posisi tertentu dan melakukan peranan sesuai yang telah ditentukan.
Ketua biasanya menjadi pemimpin acara atau MC yang berada ditengah-tengah pemain, atau antara pemain dan penonton. Sementara pemain debus dan para
pemain musik membentuk setengah lingkaran atau sejajar, berhadapan degan penonton. Sedangkan penonton biasanya mengelilingi arena pertunjukkan.
52
b. Pembacaan Wirid dan Amalan
Semua bacaan yang terdiri dari hadiah al-Fatihah kepada syekh, wirid Al- Qur’an dan do’anya, Munajat Rifa’i dan Shalawat Nabi dibaca bersama-sama
oleh semua pemain yang dipimpin oleh syekhnya.
53
Namun praktek seperti itu sekarang jarang sekali dilakukan karena akan memakan waktu yang lama, oleh
karena itu pembacaan dilakukan di rumah sebelum datang ke tempat
50
A. Hasyimy, Kebudayaan Aceh Dalam Sejarah, Jakarta: Beuna, 1983, h. 269-274.
51
Isma n Pratama Nasution, “Fungsi Debus Dalam Sistem Budaya Masyarakat Banten”,
h. 22.
52
Ibid., h. 22.
53
Untuk melihat hadiah al-Fatihah kepada syekh, wirid Al- Qur’an dan do’anya, munajat
Rifai, dan shalawat Nabi lihat BAB III.
pertunjukkan. Kegiatan dzikir dan shalawat dilagukan dengan nada yang tinggi dan rendah, dan diiringi dengan suara yang timbul dari alat musik. Atas izin
khalifahnya, para pemain kemudian mengambil peralatan musik yang telah dipersiapkan dan mereka bersama-sama menabuhnya. Bersamaan dengan itu
syair segera dinyanyikan. Syair dan musik suaranya saling menyesuaikan.
54
c. Pertunjukkan Debus
Pada pertunjukkan debus, perlengkapan yang harus disediakan antara lain: Perlengkapan upacara, peralatan permainan dan busana permainan.
Perlengkapan upacara terdiri dari beberapa benda upacara seperti: pendupaan yang dinyalakan ketika acara akan berlangsung. Menyediakan
Minyak kelapa, selain itu juga disediakan air yang ditempatkan di botol atau gelas, kemudian wajan atau tempat yang berukuran sedang.
Dalam pertunjukkan debus, minyak kelapa digunakan untuk mengobati orang apabila terkena bacokan dalam pertunjukkan debus. Sementara air yang
diletakkan dalam botol atau gelas, disebut sebagai air munajat. Para pemain debus percaya bahwa air tersebut berkat doa-doa yang dibaca saat debus akan
dimainkan membawa berkah yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan pengobatan, termasuk pengobatan kesurupan. Sedangkan wajantempat yang
berukuran sedang, dimanfaatkan untuk mengumpulkan uang dari para pengunjung. Ketika pertunjukkan berakhir uang yang telah terkumpul dibagi-
bagikan kepada para pemain.
55
54
Mohammad Hudaeri, Debus: Dalam Tradisi Masyarakat Banten, Serang: FUD Press, 2009, h. 87-88.
55
Makmun Muzakki, “Tarekat dan Debus Rifa’iyah di Banten”, Skripsi Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, 1990, h. 118-120.