Agama Kondisi Masyarakat Banten Secara Umum

berbagai aktifitas, sehingga menjadikan kota Banten dikenal sebagai pusat perdagangan, 65 yang ramai dan disinggahi oleh kapal-kapal dagang Cina, India dan Eropa. 66 Perkembangan ekonomi tersebut kemungkinan besar terjadi ketika membaur dengan perdagangan Cina. 67 Pada abad ke-19 Banten mulai mengalami kemunduran sejak kedatangan kolonial Belanda. 68 Belanda masuk ke Banten karena Banten merupakan daerah yang strategis dan mengalami kemajuan di bidang perdagangan. Sehingga Belanda ingin menguasai wilayah Banten dan memonopoli perdagangan di pelabuhan yang strategis tersebut dan ingin membuat rakyat Banten sengsara. 69 Kehidupan ekonomi Rakyat Banten memburuk seiring menguatnya kekuasaan Belanda. Rakyat Banten yang semula umumnya adalah pedagang di laut, beralih profesi menjadi petani lada dan pemerintah kolonial campur tangan sampai ke urusan desa. 70 Pada abad tersebut Banten sangat prihatin dan tidak setuju dengan cara yang diterapkan Belanda di Kesultanan Banten. Muncullah perlawannan yang dipimpin para tokoh Banten. Bermarkas di hutan-hutan Selatan, mereka selalu siap menghadang tentara Belanda yang menuju Batavia untuk mengangkat rempah- rempah dan barang-barang pedagang lainnya di Banten. Belanda membalasnya dengan melakukan penyiksaan tehadap masyarakat Banten seperti kerja rodi dan 65 Heriyanti Ongkodharma Untoro, Kebesaran dan Tragedi Kota Banten, Jakarta: Yayasan Kota Kita, 2006, h. 3. 66 H.J.De Graaf dan TH. Pigeaud, Kerajaan Islam Pertama di Jawa, h. 137. 67 Claude Guillot, Banten Sejarah dan Peradaban Abad X-XVII, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2011, h. 26. 68 Uka Tjandrasasmita, Banten Abad XV-XXI Pencapaian Gemilang Penorehan Menjelang, Jakarta: Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2011, h. 75. 69 Nina H. Lubis, Banten Dalam Pergumulan Sejarah Sultan, Ulama, Jawara, Jakarta : Pustaka LP3ES. Indonesia, 200, h. 70. 70 Ibid., h. 97-98. tanam paksa. 71 Sistem tanam paksa yang dilakukan oleh Belanda merupakan eksploitasi penjajahan di tanah koloni. Eksploitasi ini telah menciptakan kemiskinan petani Jawa. 72

4. Budaya

Banten juga dikenal karena budaya masyarakat lokal yang unik dan berbeda dari daerah lainnya, walaupun setiap suku masyarakat yang mendiami daerah- daerah lain di Indonesia memiliki kultur budaya mereka tersendiri. 73 Budaya lokal berintegrasi dan berinteraksi dengan konsep-konsep Islam, seperti tampak pada adanya dua jenis pintu gerbang Bantar dan paduraksa sebagai ambang masuk masjid di Keraton Kaibon. Namun sebaliknya “wajah asing” pun tampak sangat jelas di komplek Masjid Agung Banten, yakni melalui pendirian bangunan Tiamah dan Menara Mesjid. 74 Dalam kehidupan sosial budaya, bahasa memegang peranan sangat penting. Dengan bahasa, orang bisa berkomunikasi dengan para pedagang dalam maupun luar negeri. Berdasarkan sumber sejarah yang yang ditemukan dapat diketahui bahwa kurun waktu tahun 1500-1800 M masyarakat Banten terdiri dari beragam etnis yang ada di Nusantara, antara lain: Sunda, Jawa, Bugis, Makasar dan Bali. Beragam suku tersebut memberi pengaruh terhadap perkembangan budaya 71 Uka Tjandrasasmita, Banten Abad XV-XXI Pencapaian Gemilang Penorehan Menjelang, h. 32. 72 Robert Van Niel, Sistem Tanam Paksa di Jawa.Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2003, h. ix. 73 Fahmi Irfani, Jawara Banten, Sebuah Kajian Sosial, Politik dan Budaya, Jakarta: YPM: Young Progressive Muslim, 2011, h. 28-29. 74 Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban Arkeologi dan Islam di Indonesia, Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, 1998, h. 209. Banten. Dari sekian banyak bahasa yang dikenal dan digunakan oleh masyarakat Banten hanya tiga bahasa yaitu Sunda, Jawa, dan Melayu. 75 Bahasa Sunda adalah bahasa yang digunakan oleh sebagain besar masyarakat Banten bagian Selatan, sementara masyarakat Banten bagian Utara menggunakan bahasa Jawa. 76 Sedangkan bahasa melayu banyak digunakan di pelabuhan karena kedudukannya sebagai lingua franca bahasa perantara atau bahasa penghubung. 77 Masyarakat dan kebudayaan Banten memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri. Keunikan tersebut menjadi eksisitensi budaya Banten untuk dapat diperkenalkan kepada masyarakat umum. Keunikan budaya Banten dapat dilihat dari berbagai macam kesenina tradisional seperti, debus, rudat, 78 dsb. Debus merupakan kesenian tradisional khas Banten yang tumbuh bersamaan dengan perkembangan agama Islam di Banten dan sebagai warisan budaya lokal masyarakat Banten dan diakulturasikan dengan nilai-nilai Islam. 79

D. Perkembangan Tarekat di Banten

Sejalan dengan berkembangnya Kesultanan Banten, perkembangan ajaran- ajaran Islam terus berjalan dengan pesat. Salah satu yang berkembang di Banten adalah tarekat. Pemerintah Belanda menganggap tarekat sebagai pemberontakan 75 Nina H. Lubis, Banten Dalam Pergumulan Sejarah Sultan, Ulama, Jawara, Jakarta : Pustaka LP3ES. Indonesia, 2003, h. 84-85. 76 “Ensiklopedia Nasional Indonesia Jilid 3”, Jakarta: PT Delta pamungkas, 2004,h. 159. 77 Nina Lubis, Banten Dalam Pergumulan Sejarah Sultan, Ulama, Jawara, h. 85. Apabila ada oarang asing yang datang ke Banten, maka bahasa melayu lah yang digunakan. 78 Rudat ialah suatu pertunjukkan yang dilakukan oleh beberapa orang. Cara melakukannya ialah duduk sambil memukul alat-alat bunyian, berupa genjring sebanyak lima sampai tujuh buah dan disertai ebuah kecrek. Sejarah Seni Budaya Jawa Barat 1, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977, h. 87. 79 Noviyanti Widyasari, Peranan Debus Dalam Pembinaan Budaya Kewarganegaraan Civil Culture Pada Masyarakat Banten. Universitas Pendidikan Indonesia, 2014. h. 1