Geografi dan Struktur Masyarakat Banten

industri gerabah yang berkembang di kota Banten juga memberi gambaran pesatnya kemajuan industri ini. 12 Kini Banten bukan lagi keresidenan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2000, Banten yang semula bagian dari Provinsi Jawa Barat, berubah menjadi Provinsi Banten. Dengan luas wilayah 8.800,83 km², Banten berada pada batas geografis 105°’11’’-106°7’12’’ Bujur Timur dan 5°7’50’’-71’1’’ Lintang Selatan. Banten terdiri dari empat Kabupaten yaitu Kabupaten Pandeglang, Lebak, Serang, Tangerang dan empat Kotamadya, yaitu Tangerang, Cilegon, Serang dan Tangerang Selatan. 13 Beberapa kota yang berperan sebagai pusat pertumbuhan perekonomian adalah Serang, Pontang, Tirtayasa, Cikande, Labuan, Pandeglang, Saketi, Rangkasbitung, Leuwidamar dan Banjarsari. 14 Secara topografi wilayah provinsi Banten berkisar pada ketinggian 0-1.000 m dpl. Secara umum kondisi topografi wilayah provinsi Banten dataran rendah yang berkisar antara 0-200 m dpl yang terletak di wilayah kota Cilegon, kota Tangerang, Kabupaten Pandeglang dan sebagian besar Kabupaten Serang. Adapun wilayah bagian Lebak Tengah dan sebagian kecil Kabupaten Pandeglang memiliki ketinggian 201-2.000 m dpl. Sedangkan wilayah Lebak Timur memiliki ketinggian ketinggian 501-2.000 m dpl yang terdapat di Puncak Gunung Sanggabuana dan Gunung Halimun. 15 12 “Ensiklopedia Nasional Indonesia Jilid 3”, Jakarta: PT Delta Pamungkas, 2004, h. 160. 13 Statistik Gender dan Analisis Provinsi Banten, Jakarta: Badan Pusat Statistika, tth, h. 13. 14 “Ensiklopedia Nasional Indonesia Jilid 3”, h. 158. 15 http:www.bpkp.go.iddki2konten1092GEOGRAFIS . Akses Tanggal: 27 April 2015, Pukul 10:40 WIB.

B. Perkembangan Kesultanan Banten

Kesultanan Banten merupakan kerajaan yang berlandaskan Islam, namun asas kerukunan, toleransi dan pluralisme beragama terbuka bagi masyarakat, berbagai etnis dan agama. Buktinya terdapat kelenteng Tionghoa yang didirikan pada masa Sunan Gunung jati dan sampai saat ini masih terawat dengan baik dan menjadi situs cagar budaya nasional. 16 Pada akhir abad ke-16 Banten mengalami zaman kejayaan. Kota Banten banyak didatangi para saudagar dari dalam dan luar Nusantara, sehingga berfungsi sebagai pusat perdagangan internasional. Tidak sedikit dari para pedagang yang akhirnya bermukim dan menetap di daerah Banten. 17 Sebagai pusat perdagangan, Banten dikenal luas sebagai tempat jual beli rempah-rempah. Rempah-rempah yang diperdagangkan ialah lada yang dihasilkan di Lampung maupun di Banten sendiri dan cengkeh serta pala dihasilkan di Maluku. 18 Kejayaan Kesultanan Banten tersebut tetap bertahan setelah Sultan Maulana Hasanuddin wafat. Adapun para Sultan yang menggantikan beliau adalah Maulana Yusuf, Maulana Muhammad dan Sultan Ageng Tirtayasa. Mereka tidak hanya berhasil mempertahankan kejayaan tapi juga terus berusaha memperluas wilayah teritorial Kesultanan Islam Banten. 19 Hasanuddin wafat pada tahun 1570 M dan dimakamkan di samping Masjid Agung Banten. Hasanuddin dijuluki oleh rakyat Banten sebagai Pangeran Surosowan dan Panembahan Seda Kingkin. Julukan ini mengandung maksud 16 Fahmi Irfani, Jawara Banten, Sebuah Kajian Sosial, Politik dan Budaya, Jakarta: YPM: Young Progressive Muslim, 2011, h.32. 17 Heriyanti Ongkodharma Untoro, Kebesaran dan Tragedi Kota Banten, Jakarta: Yayasan Kota Kita, 2006, h. 1. 18 Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3, Yogyakarta: Kanisius, 1973, h. 58. 19 Fahmi Irfani, Jawara Banten, Sebuah Kajian Sosial, Politik dan Budaya, h. 32. bahwa Maulana Hasanuddin adalah pendiri Keraton Surosowan serta dengan meninggalnya beliau, rakyat Banten berduka cita dan merasa rindu akan kebijaksanaannya. 20 Setelah Maulana Hasanuddin wafat, ia digantikan oleh putranya, Maulana Yusuf atau dikenal sebagai Panembahan Yusuf. Ia giat memperluas daerahnya dengan berusaha melenyapkan kerajaan yang belum Islam yaitu Padjajaran. 21 Pada masa pemerintahannya, Maulana Yusuf lebih menitikberatkan pada pengembangan kota, keamanan wilayah, perdagangan dan pertanian. Pada tahun 1579, pasukan Banten menyerang Pakuan, Ibu kota Padjajaran sehingga kerajaan Sunda akhirnya runtuh. 22 Penyerangan ini dilandasi oleh tekadnya untuk menyebarkan agama Islam ke pedalaman Banten. 23 Selain itu, Maulana Yusuf memperluas perekonomian rakyat dengan pembukaan daerah persawahan di sepanjang pesisir Banten dan daerah perkebunan lada di Lampung dan Bengkulu untuk meningkatkan produksi pertanian yang sangat penting guna menunjang perniagaaan, serta untuk konsumsi dalam negeri. 24 Pada masa pemerintahannya, perdagangan sudah sangat maju sehingga Banten merupakan tempat penimbunan barang-barang dari berbagai wilayah yang kemudian diperdagangkan ke seluruh kerajaan di Nusantara. 25 20 Ajip Rosidi, Ensiklopedi Sunda, Alam, Manusia, dan Budaya Termasuk Budaya Cirebon dan Betawi, Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 2000, h. 408. 21 Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3, Yogyakarta: Kanisius, 1973, h. 58. 22 Atja, Carita Purwaka Caruban Nagari: Karya Sastra Sebagai Sumber Pengetahuan Sejarah, Bandung: Proyek Pengembangan Permuseuman Jawa Barta, 1986, h. 189. 23 Heriyanti Ongkodharma. Untoro, Kebesaran dan Tragedi Kota Banten, h. 73. 24 Nina H. Lubis, Banten Dalam Pergumulan Sejarah Sultan, Ulama, Jawara, h. 36. 25 Buku Halwany Michrob dan Mudjahid Chudori, Catatan Masa Lalu Banten, h. 89. Pada Masa Pemerintahan Maulana Yusuf, Banten telah menjadi tempat persinggahan dan transaksi perdagangan internasional. 26 Sehingga situasi perdagangan di Karangantu sangat ramai. Pedagang-pedagang dari Cina membawa barang dagangan berupa porselen sutra, beludru, benang emas, kain sulaman, jarum, sisir, payung, selop, kipas, kertas dan sebaginya. Pulangnya mereka membawa lada, nila, kayu cendana, cengkeh, buah pala, kulit penyu dan gading gajah. Orang Arab dan Persia membawa permata dan obat-obatan. Orang Gujarat menjual kain dari kapas dan sutra, kain putih dari Coromandel. Pulangnya mereka membeli rempah-rempah. Sedangkan orang Portugis membawa kain-kain dari Eropa dan India. 27 Pada tahun 1580 Maulana Yusuf wafat dan dimakamkan di Pekalangan Gede dekat Kampung Kasunyatan, sehingga setelah meninggal ia lebih dikenal sebagai pangeran Panembahan Pekalangan Gede atau Pangeran Pasarean. 28 Sebagai penggantinya atau yang berhak naik takhta adalah putranya, Maulana Muhammad, tetapi ketika itu ia baru berusia 9 tahun. Pamannya, Pangeran Aria Jepara hendak menggeser takhta Maulana Muhammad, karena menganggap Maulana Muhammad usianya masih terlalu muda. Akan tetapi kadhi hakim agung dan para wali tidak setuju dengan keinginan Pangeran Jepara, sehingga Maulana Muhammad tetap dijadikan sebagai Sultan Banten dengan gelar Kangjěng Ratu Bantěn Surosowan. 29 26 “Ensiklopedia Nasional Indonesia Jilid 3”, Jakarta: PT Delta Pamungkas, 2004, h. 159. 27 Halwany Michrob dan Mudjahid Chudori, Catatan Masa Lalu Banten, h. 89. 28 Nina H. Lubis, Banten Dalam Pergumulan Sejarah Sultan, Ulama, Jawara, h. 39. 29 Hoesein Djajadiningrat, Tinjauan Kritis Tentang Sejarah Banten, Jakarta: Djambatan, 1983, h. 41 dan 163. Pada masa pemerintahannya Maulana Muhammad dikenal sebagai seorang sultan yang amat soleh. Cara yang dilakukan dalam menyebarkan agam Islam yaitu dengan menulis kitab-kitab agama Islam yang kemudian dibagikan kepada masyarakat dan membangun masjid-masjid sampai ke pelosok. Ia juga yang memperindah dan memperbaiki masjid Agung. 30 Setelah dewasa Maulana Muhammad mengadakan berbagai usaha untuk memajukkan negerinya dan melakukan ekspansi 31 ke Palembang. Dalam ekspedisi tersebut, Pangeran Muhammad berkeinginan untuk memerangi orang-orang kafir. 32 Dengan 200 kapal perang, berangkatlah pasukan Banten di bawah pimpinan Sultan Maulana Muhammad yang didampingi oleh Mangkubumi dan Pangeran Mas. Tiba di Palembang terjadilah pertempuran yang sangat dahsyat, bahkan Maulana Muhammad yang memimpim pasukan terbunuh dalam peperangan tersebut, sehingga ekspedisi ini pulang dengan kekalahan. Setelah wafat, Maulana Muhammad dimakamkan di serambi mesjid Agung. Setelah itu ia dikenal sebagai Pangeran Seda ing Palembang atau Pangeran Seda ing Rana. 33 Maulana Muhammad meninggal pada usia yang masih muda, kurang lebih 25 tahun dengan meninggalkan seorang putera yang berusia 5 bulan dari permaisuri Ratu Wanagiri, putri dari Mangkubumi. Sultan Abdul Mufakhir Mahmud Abdul Kadir anak Maulana Muhammad menggantikan ayahnya. Namun sehubungan dengan usianya yang masih muda, maka untuk menjalankan 30 Nina H. Lubis, Banten Dalam Pergumulan Sejarah Sultan, Ulama, Jawara, h. 40. 31 Ekspansi ialah perluasan suatu wilayah dengan menduduki sebagaian atau seluruh wilayahnya. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 32 Heriyanti Ongodharma Untoro, Kapitalisme Pribumi Awal Kesultanan Banten 1522- 1684, Kajian Arkeologi-Ekonomi, Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2007, h. 34. 33 Hoesein Djajadiningrat, Tinjauan Kritis Tentang Sejarah Banten. h. 164-169.