Wirid Tahan Dari Api

agama, tetapi juga sebagai seorang pemimpin masyarakat yang kharismatik. 2 Penampilan kiyai yang khas merupakan simbol-simbol keshalehan. Misalnya, bertutur kata lembut, berperilaku sopan, berpakaian rapih dan sederhana. Berdasarkan peranannya, kiyai di Banten sering disebut sebagai “kiyai kitab” yang banyak mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam, 3 khususnya kitab kuning, 4 seperti; tafsir hadist, fiqih, ushul fiqih, akidah akhlaq, serta gramatika Bahasa Arab. 5 Kedudukan kiyai dalam hal ini akan mengerucut pada pembagian peranannya yang dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu: guru ngaji, guru kitab dan mubaligh. Pertama, Guru Ngaji. Dimana peran kiyai yang paling awal yaitu mengajarkan baca al- Qur’an dengan baik kepada santrinya. Pengajarannya mulai dari cara pembacaan huruf Hijaiyyah dan kaidah-kaidahnya dengan benar yang dikenal dengan ilmu tajwid. Selain itu kiyai juga mengajarkan beberapa metode pembacaan ayat-ayat al- Qur’an dengan suara yang indah, yakni untuk para Qari dan Qari’ah yang memiliki bakat suara yang baik. 6 Meskipun kegiatan mengaji ini tidak bersifat formal, akan tetapi dalam pengajarannya apabila murid sudah dianggap baik membaca al- Qur’annya maka diadakan “hataman atau tammatan”. 7 2 Fahmi Irfani, Jawara Banten, Sebuah Kajian Sosial, Politik dan Budaya, Jakarta: YPM: Young Progressive Muslim, 2011, h. 4. 3 Martin Van Bruinessen, Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia. Bandung: Mizan, 1995, h. 279. 4 Kitab kuning adalah sebutan untuk buku atau kitab tentang ajaran agama Islam atau tata bahasa Arab yang dipelajari di pondok pesantren yang ditulis atau dikarang oleh para ulama pada abad pertengahan. Buku-buku tersebut dinamakan dengan kitab kuning karena biasanya dicetak dalam kertas buram koran yang berwarna agak kekuning-kuningan. Mohammad Hudaeri, Islam Tantangan Modernitas dan Kearifan Budaya Lokal Banten, Serang: Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Press, tth, h. 135. 5 www.embun pagi_Banten,antara Pengaruh Kyai dan Jawara.html . Akses Tanggal 07 Mei 2015, Pukul 16:37 WIB. 6 Mohammad Hudaeri, Islam Tantangan Modernitas dan Kearifan Budaya Lokal Banten, h. 138. 7 Karel A. Steenbrink, Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad ke-19, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1984, h. 152. Guru ngaji biasanya tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu baca al- Qur’an, tetapi juga tentang dasar-dasar ajaran Islam, seperti rukun Islam, rukun Iman, praktek sholat, wudhu, nama-nama malaikat, nama-nama Nabi dan rasul serta sifat-sifatnya. Diajarkan pula cara beretika dan berakhlak dalam kehidupan sehari-hari. Kiyai juga biasanya mengadakan pengajian setiap seminggu sekali, yang dihadiri oleh orang tua bapak-bapak atau ibu-ibu, para remaja, atau anak-anak. Pengajian ini dilaksanakan di masjid atau mushola. 8 Kedua, Guru Kitab. Seorang santri yang telah lancar membaca al- Qur’an maka ia akan diperkenalkan tentang kitab-kitab klasik. Setiap santri diharapkan memiliki kemampuan dalam memahami kitab-kitab Islam klasik, terutama karangan-karangan ulam a fiqih yang bermazhab Syafi’i. Kitab-kitab klasik yang diajarkan dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yaitu: Nahwu dan Shorof, fiqih, ushul fiqih, hadits, tafsir, tauhid, tasawuf dan etika, tarikh dan balaghah. 9 Kemasyhuran seorang kiyai ditentukan dari kemampuannya dalam memahami isi dan memberikan pengajaran tentang kitab-kitab klasik tersebut. 10 Ketiga, Mubaligh. Kiyai juga disebut sebagai mubaligh yaitu orang yang menyampaikan pesan agama Islam. Oleh karena itu seorang kiyai tidak hanya tinggal diam di pesantren mengajarkan kitab-kitab klasik kepada para santrinya atau menetap di suatu tempat atau menerima orang yang datang untuk minta 8 Mohammad Hudaeri, Islam Tantangan Modernitas, h. 139. 9 Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Pandangan Hidup Kiyai dan Visinya, h. 87. 10 Mohammad Hudaeri, Islam Tantangan Modernitas, h. 140. nasehat, do ’a dan kebutuhan praktis lainnya. Kiyai juga aktif melakukan ceramah Agama kepada masyarakat luas. 11 Dengan adanya perkembangan tarekat Rifa’iyah di Banten ini, memberikan gambaran baru bahwa kiyai tidak hanya sebagai guru ngaji, guru kitab dan mubaligh. Tetapi juga seorang kiyai dapat di kategorikan menjadi dua yaitu kiyai hikmah dan guru tarekat. Dua kategori ini menambah gambaran umum adanya pengaruh tarekat Rifa’iyah di Banten. Pertama, Kiyai hikmah adalah kiyai yang dipandang sebagai sosok yang paling dekat dengan pusat kekuatan supranatural dan dipercaya memiliki kekuatan magis dan mistis. 12 Kyai ini mempraktekkan ilmu-ilmu magis Islam seperti permainan debus, pengobatan, kesaktian dan kewibawaan. Dengan amalan yang digunakan yaitu membaca wirid, zikir dan ratib. 13 Sebagian kiyai yang mempunyai kemampuan tersebut adalah pengamal tarekat Rifa’iyah. Ilmu hikmah yang dimiliki para kiyai biasanya berasal dari bacaan atau tulisan-tulisan yang berbahasa Arab, yang bersumber dari al- Qur’an, yang berupa dzikir dan wirid. Karena itu mereka yang menggunakan ilmu hikmah merasa yakin bahwa ilmu yang dimilikinya berasal dari Allah SWT. 14 Di Banten sendiri, hingga kini ilmu hikmah memiliki reputasi yang cukup dikenal sebagai daerah tempat diajarkannya ilmu-ilmu gaib ilmu hikmah, sehingga tidak sedikit orang Banten yang memanfaatkan reputasi ini 11 Ibid., h. 143. 12 Hikmah makna dasarnya adalah kebijaksanaan. Dalam al- Qur’an disebutkan bahwa ”orang-orang yang telah diberi hikmah oleh Allah adalah orang-orang yang telah diberi nikmat yang banyak. Namun dalam tradisi sufi atau tarekat kata hikmah lebih berarti kemampuan seseorang untuk mengetahui hal-hal yang akan terjadi di masa yang akan datang. 13 www.embun pagi_Banten,antara Pengaruh Kyai dan Jawara.html . Akses Tanggal 07 Mei 2015, Pukul 16:37 WIB. 14 Mohammad Hudaeri, Islam Tantangan Modernitas, h. 143.