Teknik Pengumpulan Data Pembobotan berdasarkan penilaian EFAS Pembobotan berdasarkan penilaian IFAS Kesimpulan

35 2. Data Sekunder Data Sekunder merupakan data yang sudah tersedia yang dikutip oleh peneliti guna kepentingan penelitian. Data Sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari buku, jurnal ilmiah, dukumen-dokumen serta media internet.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi yang lebih lengkap. Dalam mengumpulkan data ini diperoleh melalui : 1. Wawancara Wawancara merupakan cara utama untuk mengumpulkan data atau informasi dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini,peneliti menggunakan wawancara secara terstruktur dimana wawancara dilakukan berdasarkan pada suatu pedoman atau catatan yang pokok pemikiran mengenai hal yang ditanyakan pada waktu interaksi tatap muka langsung antara peneliti dan narasumber. 2. Pengamatan Observasi Pengamatan merupakan metode yang pertama kali digunakan dalam penelitian ilmiah, dimana peneliti dapat secara langsung mengetahui sasaran yang akan diteliti dapat secara langsung mengetahui sasaran yang akan diteliti.Di dalam observasi ini, peneliti langsung mengamati proses produksi dari kain tenun di Trias Tambun, kegiatan operasional usaha, serta melakukan identifikasi hal – hal yang menjadi faktor yang berkaitan dengan bauran pemasaran di dalamnya. 3. Studi kepustakaan dan media internet 36

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.6.1 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka merumuskan strategi usaha. Analisis SWOT didahului dengan identifikasi posisi perusahanusaha melalui evaluasi nilai faktor internal dan evaluasi nilai faktor eksternal.

3.6.2 Tahap Pengumpulan Data

Tahap ini pada dasarnya tidak hanya kegiatan pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra-analisis. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal. Data eksternal dapat diperoleh dari lingkungan di luar perusahaan seperti : 1. Keadaan pasar Dalam keadaan pasar, peneliti mengumpulkan data dari sektor-sektor industri di Kabupaten Karo secara umum, permasalahan industri, potensi usaha kain tenun tradisional Karo, presepsi masyarakat terhadap kain tenun tradisional Karo, serta keadaan ekonomi masyarakat Karo. 2. Data kompetitor Dalam data kompetitor ini, peneliti mengumpulkan data tentang bagaimana gambaran persaingan usaha penenunan untuk wilayah kabupaten Karo baik dari dalam maupun persaingan dari pihak luar yang memiliki usaha penenunan kain tradisional Karo. 3. Data komunitas Dalam data komunitas, peneliti mengumpulkan data presepsi masyarakat sekitar wilayah usaha penenunan Trias Tambun terhadap sistem pemasaran 37 kain tenun tradisional Karo serta presepsi generasi muda terhadap kain tenun tradisional Karo. 4. Data pemasok Dalam data pemasok, peneliti mengumpulkan data mengenai pihak yang dijadikan pemasok bahan baku utama pada Trias Tambun, dalam hal ini pemasok benang dan seberapa besar pengaruhnya dalam kegiatan operasional Trias Tambun. 5. Peranan pemerintah Dalam pengaruh pemerintah, peneliti mengumpulkan data bagaimana peranan pemerintah Kabupaten Karo terhadap industri kecil menengah terutama usaha penenunan Trias Tambun serta bantuan yang pernah diberikan oleh pihak pemerintah kabupaten Karo untuk membantu pemasaran kain tenun tradisional Karo untuk usaha penenunan Trias Tambun. Data internal dapat diperoleh dari perusahaan itu sendiri seperti : 1. Laporan keuangan struktur pendanaan 2. Laporan kegiatan sumber daya manusia jumlah karyawan, keahlian, pengalaman

3. Laporan kegiatan operasional.

4. Laporan kegiatan pemasaran.

Model yang dipakai pada tahap ini :

1. Matriks Faktor Strategi Eksternal EFAS

Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal,perlu terlebih dahulu mengetahui faktor strategi eksternal EFAS. 38 Berikut adalah cara-cara penentuan Faktor Strategi Internal EFAS : 1. Susunlah dalam kolom 1 5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman. 2. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 sangat penting sampai dengan 0,0 tidak penting. Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberi dampak terhadap faktor strategis Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihan skor total 1,00. 3. Hitung rating dalam kolom 3 untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 outstanding sampai dengan 1 poor berdasarkan faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai penting untuk faktor peluang bersifat positif peluang yang semakin besar diberi rating +4 tetapi jika peluangnya kecil diberi rating +1. Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya. Pemberian rating adalah sebagai berikut : 1 = Ancaman Utama 2 = Ancaman Kecil 3 = Peluang Kecil 4 = Peluang Utama Pemberian rating diberikan berdasarkan data yang diperoleh di saat penelitian berdasarkan pertimbangan profesional profesional judgement. Di mana rating ditentukan oleh besarnya pengaruh faktor eksternal terhadap kondisi usaha tersebut berdasarkan data yang diperoleh saat penelitian . 4. Kalikan bobot dalam kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk 39 masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 outstanding sampai dengan 1,0 poor. 5. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor- faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung. 6. Jumlahkan skor pembobotan pada kolom 4 untuk memperoleh skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana suatu usaha tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya. Sebelum strategi diterapkan, perencana strategi harus menganalisis lingkungan eksternal untuk mengetahui berbagai kemungkinan peluang dan ancaman. Masalah strategis yang akan di monitor harus ditentukan karena masalah ini mungkin dapat mempengaruhi usaha di masa yang akan datang. Tabel 3.1 EFAS Faktor-Faktor Strategi Eksternal BOBOT Rating Bobot X Rating Komentar Peluang : Ancaman : TOTAL 1,00 Sumber : Rangkuti 1997 40

2. Matrik Faktor Strategi Internal

Setelah faktor-faktor strategis internal suatu perusahaan diidentifikasikan, suatu tabel IFAS Internal Strategic Factor Analysis Summary disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal tersebut dalam kerangka Strength and Weakness perusahaan.Tahapannya adalah : 1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan dalam kolom 1. 2. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 paling penting sampai 0,0 tidak penting, berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis usaha Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihan skor total 1,0. 3. Hitung rating dalam kolom 3 untuk masing- masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 outstanding sampai dengan 1 poor berdasarkan faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variabel yang bersifat semua variabel yang masuk kategori kekuatan diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 Sangat baik, sedangkan untuk kelemahan adalah kebalikannya. Pemberian rating adalah sebagai berikut : 1 = Kelemahan Utama 2 = Kelemahan Kecil 3 = Kekuatan Kecil 4 = Kekuatan Utama Pemberian rating diberikan berdasarkan data yang diperoleh di saat penelitian berdasarkan pertimbangan profesional profesional judgement. Di mana rating 41 ditentukan oleh besarnya pengaruh faktor internal terhadap kondisi usaha tersebut berdasarkan data yang diperoleh saat penelitian . 4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor dengan nilai bervariasi mulai dari 4,0 outstanding sampai dengan 1,0 poor. 5. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor- faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung. 6. Jumlahkan skor pembobotan pada kolom 4 untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana suatu usaha tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk membandingkan usaha lainnya dalam kelompok industri yang sama. Tabel 3.2 IFAS Faktor-Faktor Strategi Internal BOBOT Rating Bobot X Rating Komentar Kekuatan Kelemahan : TOTAL 1,00 Sumber : Rangkuti 1997 42

3.6.3 Tahap Analisis Matriks SWOT

Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis usaha adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis. Tabel 3.3 Matriks SWOT IFAS EFAS Strengths S Weaknesses W Tentukan 5-10 faktor- faktor kekuatan internal Tentukan 5-10 kelemahan internal Opportunities O Tentukan 5-10 faktor peluang internal Strategi SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Threats T Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal Strategi ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Strategi WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber : Rangkuti 1997 43 a. Strategi SO Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. b. Strategi ST Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. c. Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada d. Strategi WT Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. 44

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Trias Tambun

Kain Tenun Tradisional Karo atau yang lebih sering dikenal oleh masyarakat Karo sebagai Uis Karo merupakan warisan budaya asli Karo yang pembuatannya masih bersifat tradisional. Teknik tradisional yang biasanya menggunakan gedogan memiliki waktu pengerjaan yang cukup lama dan membutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi. Seiring dengan perkembangan jaman saat ini, semakin sedikit masyarakat asli Karo yang mau mempertahankan keaslian kain tenun tradisional Karo dengan menenun langsung kain tenun ini. Mirisnya, sebagai kain tenun tradisional Karo , banyak masyarakat Karo tidak mengetahui bahwa kain tenun tradisional Karo ternyata di tenun oleh orang Samosir dibandingkan orang Karo itu sendiri. Dari penjualan orang Samosir terhadap kain tenun tradisional Karo ini mereka dapat menjual 1000 kain tenun per minggunya. Hal ini disebabkan tingginya daya beli orang Karo terhadap produk tersebut. Padahal kain yang mereka produksi belum mencerminkan nilai asli dari kain tenun Karo tersebut. Salah satu faktor inilah yang menyebabkan Ir Sahat Tambun mulai membuka usaha penenunan kain tenun Karo untuk mengembalikan keaslian motif serta budaya asli dari Karo untuk kain tenun tradisionalnya sekaligus memproduksi kain tenun tradisional Karo yang sesuai dengan nilai budaya yang sebenarnya. 45 Usaha penenunan Trias Tambun didirikan pada tahun 1992 di Kabanjahe, Sumatera Utara. Pendiri dari usaha penenunan Trias Tambun ini adalah Bapak Ir Sahat Tambun seorang entrepreneur yang merupakan lulusan sarjana tekstil di ITT Bandung. Sebelum memulai usaha penenunan ini, Bapak Sahat pernah magang di Gresik Jawa Timur dan di Majalaya Jawa Barat dalam pembuatan sarung ikat dengan menggunakan ATBM Alat Tenun Bukan Mesin. Usaha penenunan Trias Tambun pada awalnya hanya memproduksi kain sarung ikat yang menampilkan corak ornamen daerah. Dalam perjalanan memproduksi kain sarung ikat ini, keuntungan yang dihasilkan oleh Trias Tambun relatif kecil karena adanya persaingan dengan produk dari Jawa. Masyarakat Karo umumnya sangat bergantung pada Uis kain adat yang selama ini diproduksi bukan dari kalangan masyarakat Karo itu sendiri namun dari masyarakat Samosir. Bapak Sahat Tambun kemudian melakukan penelitian apakah kain tenun tradisional Karo yang biasanya dibuat dengan gedogan secara tradisional dapat dialihkan dengan menggunakan ATBM Alat Tenun Bukan Mesin. Dari hasil penelitiannya, Bapak Sahat Tambun menemukan masalah yang akan dihadapi dalam pembuatan Uis Karo adalah masalah kerapatan benang yang harus tinggi dan cara ini belum pernah diterapkan oleh penenun pengrajin yang menggunakan gedogan. Keunggulan produk yang dihasilkan dengan menggunakan ATBM ini adalah relatif lebih efektif dan mutu kain yang dihasilkan akan lebih baik dibandingkan dengan hasil kain tenun yang dihasilkan pada gedogan tersebut. Bapak Sahat Tambun kemudian memakai ATBM dalam memproduksi kain tenun tradisional Karo dengan ciri khas asli Karo. Pada tahun 2013, usaha ini menambah 46 kapasitas produksi kain tenun mereka dari semula 11 ATBM menjadi 15 ATBM. Bapak Sahat Tambun adalah satu dari putera daerah Karo yang ikut dalam pelestarian budaya asli Karo bersama dengan Bapak Adrianus Ganjangen Sitepu A.G. Sitepu untuk memberikan kontribusi dalam melestarikan ornamen asli Karo pada kain tenun yang dihasilkan pada Trias Tambun.

4.1.2 Visi dan Misi Trias Tambun

Visi dan misi merupakan hal yang mendasari suatu usaha untuk menjalankan usahanya. Visi utama Trias Tambun adalah melestarikan kain tenun tradisional Karo Uis Karo dengan menggunakan ornamen asli Karo Misi dari Trias Tambun adalah lebih mengenalkan dan menghasilkan Uis Karo yang asli buatan dari orang Karo dan memiliki kualitas dan ciri khas Karo.

4.1.3 Struktur Organisasi Trias Tambun

Trias Tambun merupakan usaha kecil menengah yang memiliki struktur organisasi yang sederhana. Skema 4.1 Struktur Organisasi Trias Tambun Sumber : Pemilik Trias Tambun 2015 Pemilik Trias Tambun Bagian Celup Benang Bagian Gulung Benang Bagian Tenun Teknisi 47 Pemilik Trias Tambun, memiliki tugas sebagai pimpinan usaha. Beliau adalah bagian strategi pelaksanaan kegiatan pada usaha Trias Tambun dan ikut serta dalam pengawasan pelaksanaan kegiatan tenun. Beliau memiliki peran penting dalam usaha ini, karena setiap detail dan kriteria bahan baku yang akan dipakai untuk kain tenun tradisional Karo ini merupakan hasil keputusan dari pemilik usaha ini. Pemilik usaha juga merupakan penentu motif- motif yang akan ditenun oleh pegawai pada bagian penenunan. Bagian celup benang bertugas untuk mewarnai benang-benang bahan baku yang telah dimiliki menjadi warna yang diinginkan untuk kain tenun tradisional ini. Teknik yang digunakan dalam bagian celup benang masih tradisional dan menggunakan teknik ikat dengan bantuan tenaga manusia. Bagian gulung benang merupakan bagian dari kegiatan Trias Tambun yang paling mendasar. Bagian ini bertugas untuk menguraikan benang-benang yang telah dicelup warna sebelumnya sehingga membentuk gulungan-gulungan kecil yang sesuai untuk digunakan dalam penenunan. Untuk menjalankan operasi kerjanya, bagian tenun merupakan penentu kain tenun tradisional Karo yang paling utama. Bagian ini merupakan penentu bagaimana produk kain tenun ini dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan memenuhi keinginan calon pelanggan. Penenunan ini menggunakan sumber daya manusia yang telah menguasai penggunaan ATBM Alat Tenun Bukan Mesin. Teknisi bertugas untuk memperbaiki ATBM sebagai alat utama produksi jika terjadi kerusakan saat dilakukan kegiatan operasi usaha. 48

4.1.4 Kegiatan Usaha Pada Trias Tambun

Kegiatan Usaha pada Trias Tambun berkonsentrasi pada bagian tenun, dimana bagian tenun merupakan inti untuk menghasilkan kain tenun tradisional Karo yang sesuai dengan permintaan pembeli. Bagian Tenun ini meliputi kegiatan penenunan kain tenun tradisional Karo dengan menggunakan ATBM . Dalam penggunaannya ATBM dapat dibedakan menjadi dua jenis pada usaha ini, dimana terdapat ATBM biasa dan ATBM yang dapat menghasilkan motif yang diinginkan. Bagian celup benang merupakan bagian produksi awal bahan yang akan digunakan dalam penenunan. Usaha penenunan Trias Tambun memiliki corak yang berbeda dikarenakan mereka mewarnai sendiri benang yang akan mereka pakai dalam penenunan. Dalam waktu 2 sampai 4 minggu benang yang telah selesai di ikat dengan menggunakan teknik ikat , benang-benang tersebut akan dicelup sesuai dengan warna yang diinginkan untuk keperluan tenun. Benang yang selesai dicelup akan dibiarkan mengering dan kemudian dibawa ke bagian gulung benang untuk dibentuk menjadi gulungan kecil benang untuk ditenun. Kegiatan usaha lainnya seperti perencanaan motif atau desain yang akan dibentuk. Bagian ini menentukan motif apa yang akan ditenun untuk bagian tenun dan motif apa saja yang akan menjadi referensi selanjutnya untuk kain tenun tradisional Karo buatan Trias Tambun.

4.1.5 Produk Yang Dihasilkan Trias Tambun

Trias Tambun merupakan usaha penenunan kain tradisional Karo yang masih mempertahankan berbagai kain tenun tradisional Karo dari yang masih dipergunakan dalam adat maupun kain tenun tradisional Karo yang lebih inovatif. 49 Produk yang dihasilkan oleh Trias Tambun antara lain : 1. Uis Mangiring, 2. Uis Julu, 3. Uis Beka Buluh, 4. Uis Ragi Barat, 5. Uis Ragi Lurik, 6. Uis Gara Tudung. 7. Sarung Ikat Pakan 8. Bakal Baju Uis Karo

4.2 Penyajian Data

4.2.1 Bauran Pemasaran Trias Tambun 1. Produk

Trias Tambun merupakan usaha penenunan kain tradisional Karo yang memproduksi hampir sebagian besar jenis kain daerah khas Karo. Berikut adalah produk yang diproduksi oleh Trias Tambun Kabanjahe : Tabel 4.1 Jenis Kain Tenun Tradisional Karo Pada Trias Tambun No Jenis 1 Sarung Ikat Pakan 2 Bakal Baju Uis Karo 3 Uis Mangiring 4 Uis Julu 5 Uis Beka Buluh 6 Uis Ragi Barat 7 Uis Ragi Lurik 8 Uis Gara Tudung Sumber : Pemilik Trias Tambun 2015 50 Dengan adanya penggunaan mesin ATBM, banyak motif yang tidak mampu diproduksi oleh penenun tradisional dengan menggunakan gedogan dapat dibuat oleh usaha penenunan ini, terutama usaha ini memiliki dua jenis ATBM ATBM biasa dan ATBM motif. Pengerjaan kain tenun tradisional Karo pada Trias Tambun dilakukan secara manual, dimana masih menggunakan SDM untuk menghasilkan produk kain tenun tersebut dengan menggunakan ATBM tersebut. Pilihan yang ditawarkan juga beragam dengan motif yang khas dari Karo. Motif khas Karo menjadi ciri khas produk yang dimiliki oleh Trias Tambun dibandingkan pesaingnya. Trias Tambun menerapkan motif asli Karo pada kain tenun yang mereka produksi. Motif asli Karo yang berhasil mereka tenun antara lain : Ampik-Ampik Alas Indung Bayu-Bayu dan Lukis Para-Para Gundur Mangalata. Produk yang paling umum dan diminati oleh pembeli dari Trias Tambun adalah Uis Nipes dan Beka Buluh. Bahan baku utama dalam penenunan adalah benang. Benang yang digunakan adalah benang impor asal India, yang di ambil dari wilayah Surabaya, Indonesia . Kriteria benang yang digunakan dalam penenunan kain tenun ini memiliki ketebalan 80 2 yang cenderung halus . Dalam pewarnaan benang, dilakukan dengan teknik manual, dengan mencelupkan benang yang sudah diikat sesuai kebutuhan corak yang diperlukan ke pewarna tekstil. Warna benang yang digunakan oleh Trias Tambun cenderung tidak luntur terhadap air serta dari terpaan sinar matahari. Pelayanan yang diberikan oleh Trias Tambun dinilai baik oleh masyarakat yang pernah membeli kain tenun tradisional Karo. Kain tenun yang diinginkan 51 juga dapat dipesan sesuai dengan keinginan pembeli dengan harga dan jangka waktu tertentu.

2. Harga

Trias Tambun menawarkan harga yang bervariasi untuk setiap kain tenun yang mereka hasilkan. Harga yang ditawarkan untuk setiap kain tenun tradisional Karo ini berkisar antara harga Rp 250.000 hingga Rp 1.000.000 untuk setiap kain tenun. Harga yang ditawarkan untuk setiap kain tenun tradisional Karo buatan Trias Tambun tidak mengikuti harga kain tenun Karo yang berada di pasaran. Variasi harga tergantung jenis dan motif dari kain tenun yang dihasilkan. Lamanya pengerjaan juga mempengaruhi harga yang mereka tawarkan untuk kain tenun, sehingga tidak ada standar harga yang tetap untuk menentukan harga setiap jenis kain tenun tradisional yang dihasilkan. Berdasarkan wawancara dengan informan tambahan, rata- rata pelanggan tergolong puas dengan harga yang ditawarkan oleh Trias Tambun untuk setiap kain tenun yang mereka beli.

3. Distribusi

Trias Tambun memiliki sistem distribusi langsung penjualan yakni pada usaha penenunan Trias Tambun, dimana tempat ini sebagai tempat industri sekaligus tempat penjualan. Lokasi usaha penenunan ini berada pada Jalan Sudirman no 65 Kabanjahe. Wilayah distribusi utama pemasaran kain tenun tradisional ini berada di Kabanjahe sekitar, sehingga belum dapat menjangkau kawasan di luar wilayah Kabanjahe. Usaha ini juga memiliki toko penjualan di wilayah pasar Kabanjahe. Pegawai Trias Tambun dapat ikut serta dalam mendistribusikan kain tenun tradisional yang dihasilkan dengan berkoordinasi dengan Bapak Sahat Tambun. 52 Minimnya gerai penjualan menyebabkan pembeli kesulitan untuk membeli kain tenun tradisional yang diinginkannya apabila mereka tidak berada di wilayah Kabanjahe atau di luar daerah. Lokasi usaha penenunan dinilai oleh beberapa informan tambahan pembeli kurang strategis dan menjadi kendala dalam mendatangi usaha penenunan Trias Tambun ini. Untuk memasarkan di luar Kabanjahe, usaha penenunan Trias Tambun ini menggunakan jaringan dari orang-orang yang berminat untuk memasarkan kain tenun tradisional Karo ini. Salah satu contohnya adalah untuk wilayah Medan, Bapak Sahat Tambun selaku pemilik usaha memiliki satu mitra untuk memasarkan kain tenun yang mereka produksi dengan cara mengantarkan langsung kain tenun yang akan dijualkan oleh mitra langsung ke tempat penjualan kain tenun mitra tersebut.

4. Promosi

Trias Tambun, dalam menjalankan promosi untuk menjualkan kain tenun yang mereka produksi lebih menggunakan promosi mouth to mouth mulut ke mulut dibandingkan dengan teknik promosi yang lain. Dalam menjalankan p romosinya, Trias Tambun juga menggunakan media internet untuk mempromosikan kain tenun Karo pada website mereka http:uiskaro- triastambun.com . Namun, pendekatan promosi yang mereka lakukan secara umumnya adalah sistem promosi mouth to mouth dimana sasaran utama dari promosi ini adalah pelanggan. Pegawai Trias Tambun juga dapat mempromosikan kain tenun tradisional Karo yang mereka tenun. 53

4.2.2 Tingkat Penjualan Kain Tenun Tradisional Karo Pada Trias Tambun

Tingkat penjualan kain tenun pada Trias Tambun mengalami kenaikan setiap tahunnya. Hal ini dilihat dari tabel 4.2, dimana penjualan terjadi cukup signifikan pada tahun 2013. Tabel 4.2 Jumlah Penjualan Per Tahun TAHUN JUMLAH PENJUALAN UNIT 2011 1477 2012 1504 2013 2050 2014 2200 Sumber : Informasi dari Pemilik Trias Tambun 2015 Tahun 2011, ATBM yang dimiliki oleh Trias Tambun adalah 11 ATBM dan tingkat penjualan yang diperoleh di tahun 2011 adalah 1477 kain tenun. Jumlah ATBM ini masih bertahan hingga tahun 2012 dengan jumlah penjualan naik menjadi 1504 kain tenun. Penambahan ATBM dilakukan pada tahun 2013 dengan menambahkan 4 ATBM sehingga ATBM yang dimiliki oleh usaha Trias Tambun menjadi 15 ATBM dan menaikkan penjualan kain tenun menjadi 2050. Tahun 2014, dengan 15 ATBM yang dimiliki, Trias Tambun memiliki tingkat penjualan 2200 kain tenun. Kapasitas kain tenun yang dapat dihasilkan untuk setiap ATBM adalah 12 kain per bulannya. Berdasarkan wawancara dengan pemilik usaha dan pembeli kain tenun tradisional Karo pada Trias Tambun, produk yang paling sering dibeli adalah Beka Buluh dan Uis Nipes. 54 Harga yang ditawarkan untuk setiap kain tenun yang dijual adalah Rp 250.000 hingga Rp 1.000.000. Setiap kain tenun yang dijual memiliki variasi harga yang berbeda dengan pertimbangan lama pengerjaan dan tingkat kesulitan kain tenun yang dihasilkan.

4.2.3 Data Lingkungan Eksternal Dan Lingkungan Internal

Lingkungan Eksternal dan Internal dapat mempengaruhi penerapan bauran pemasaran dalam meningkatkan penjualan kain tenun tradisional Karo pada Trias Tambun. Dari faktor lingkungan eksternal dan internal dapat dirumuskan strategi bauran pemasaran yang dapat digunakan dalam meningkatkan penjualan kain tenun tradisional.

A. Lingkungan Eksternal

1. Keadaan Pasar

Secara garis besar klasifikasi industri di Kabupaten Karo adalah industri kecil dan menengah, hanya ada beberapa industri besar yang terdapat di daerah ini. Pada umumnya industri yang ada berhubungan dengan pertanian seperti pandai besi, keranjang jeruk, pompa semprot, pupuk organik, pestisida dan lain sebagainya . Pada umumnya permasalahan yang dihadapi oleh IKM Industri Kecil Menengah di Kabupaten Karo adalah masalah permodalan, namun terkadang ada beberapa hal yang seolah terlupakan oleh para pelaku IKM di dalam memajukan usahanya , seperti peningkatan mutu produk, mutu pelayanan konsumen, dan lain sebagainya. Di samping itu adanya serbuan produk sejenis dari luar daerah bahkan dari luar negeri membuat IKM ini sepertinya menjadi 55 tidak mampu berkembang sumber : dinas koperasi perindustrian dan perdagangan Kabupaten Karo . Tingginya keinginan masyarakat untuk memperoleh produk yang berkualitas , dan memiliki ciri khas dari produk yang lain dapat menjadi peluang bagi Trias Tambun untuk meningkatkan penjualan kain tenun yang diproduksinya. Pembeli rela mengeluarkan biaya lebih untuk mendapatkan produk yang berkualitas. Melihat tingginya penggunaan media sosial pada kalangan anak muda, Trias Tambun dapat menjadikan media sosial sebagai alternatif dalam memasarkan kain tenun tradisional Karo. Daerah Kabupaten Karo saat ini masih mengalami penurunan pendapatan dikarenakan bencana gunung Sinabung. Sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah bertani dan bergantung kepada alam. Minat beli masyarakat di wilayah bencana kurang untuk membeli kain tenun baru dan lebih selektif untuk mengeluarkan uang untuk kebutuhan hidup .

2. Data Kompetitor

Persaingan penjualan kain tenun tradisional Karo untuk wilayah Kabupaten Karo secara umumnya didominasi dengan persaingan dengan pesaing di luar Kabupaten Karo. Hal ini disebabkan dengan maraknya perdagangan kain tenun tradisional Karo yang berasal dari Samosir dan masih banyak peminatnya di wilayah ini. Walaupun di tenun dan berasal dari luar Kabupaten Karo, harga yang ditawarkan cukup bervariasi sehingga menarik minat pembeli untuk membeli kain ini. Mulai dari harga Rp. 250.000 hingga Rp 500.000, pembeli sudah memperoleh kain tenun yang dapat mereka gunakan dalam acara adat maupun acara yang 56 formal. Kesamaan fungsi kain tenun tradisional Karo sebagai kain adat tidak membedakan mana yang berasal dari suku asli Karo ataupun kain tenun yang tidak mencerminkan ciri khas Karo. Persaingan antar penjualan tenun Karo di dalam wilayah kabupaten Karo sendiri diwarnai dengan persaingan antara penenun tradisional dan Trias Tambun. Penenun tradisional masih mendapat tempat di masyarakat mengingat kain tenun tradisional Karo pada asalnya adalah kain yang ditenun secara langsung melalui gedogan dan dianggap memiliki nilai tersendiri untuk kain tersebut. Persaingan usaha tenun di wilayah Kabanjahe semakin berkembang dengan dibukanya salah satu pesaing dari Trias Tambun yang telah menggunakan mesin ATBM dalam mengoperasikan kegiatannya dan memproduksi kain tenun tradisional Karo sejenis .

3. Data Komunitas

Trias Tambun memasarkan produk kain tenunnya di wilayah Kabanjahe sekitar. Masyarakat di sekitar penenunan bahkan di luar wilayah penenunan yang mengenal produk Trias Tambun lebih menyukai langsung membeli ke usaha penenunan Trias Tambun dibandingkan ke wilayah pasar Kabanjahe karena dinilai lebih efektif. Minat masyarakat rata-rata pada uis nipes dan beka buluh karena masih sering digunakan untuk menghadiri pesta atau acara adat. Penyebaran produk kain tenun tradisional Karo oleh Trias Tambun terdapat pada Jalan Sudirman no 65 Kabanjahe dan Pasar Kabanjahe. Masyarakat di luar wilayah ini pada umumnya kurang mengetahui bahwa produk kain tenun yang mereka beli di pasar berasal dari Trias Tambun. Dengan kata lain 57 masyarakat di luar wilayah penenunan cenderung hanya membeli produk tanpa mengetahui asal dari produk tersebut. Kalangan anak muda kurang mengetahui usaha penenunan Trias Tambun, produk yang dihasilkan serta inovasi yang dilakukan oleh Trias Tambun dalam melestarikan budaya asli Karo.

4. Data Pemasok

Sebagai usaha yang bergerak di bidang penenunan kain, usaha Trias Tambun sangat bergantung terhadap bahan baku usaha yang akan mereka gunakan untuk kegiatan operasional. Bahan baku utama yang dibutuhkan oleh usaha ini adalah benang. Kriteria benang yang digunakan oleh usaha ini memiliki kriteria yang lebih halus dibandingkan dengan benang yang biasa digunakan oleh usaha penenunan kain umumnya 802. Trias Tambun menggunakan bahan baku benang yang diimpor langsung dari India. Benang yang di impor dari India ini diperoleh dari Surabaya sebagai tempat pembelian benang tersebut. Benang yang dipilih dari India ini didasari dengan pertimbangan benang berasal dari India ini lebih bagus dan memenuhi kriteria benang yang diinginkan oleh Trias Tambun. Benang lokal tidak menjadi pilihan utama karena harga yang ditawarkan untuk benang ini cenderung lebih mahal dengan kualitas yang hampir sama dengan benang impor asal India ini. Kenaikan harga benang yang di impor dari India otomatis akan mempengaruhi keberlangsungan kegiatan operasional usaha.

5. Peranan Pemerintah

Kabupaten Karo merupakan sebuah kabupaten yang memiliki daya tarik wisata yang cukup tinggi. Hal ini juga didukung dengan masih terpeliharanya 58 budaya asli Karo oleh masyarakatnya. Pemerintah Kabupaten Karo pada dasarnya mendukung setiap usaha yang mendedikasikan kegiatannya untuk kebudayaan asli Karo. Upaya pemerintah terlihat dari beberapa kerja sama dengan pihak provinsi Sumatera Utara maupun nasional untuk memperkenalkan budaya asli Karo ini. Untuk usaha penenunan kain tenun Trias Tambun, pemerintah Kabupaten Karo mengadakan pameran di luar Kabupaten Karo untuk memperkenalkan kain tenun tradisional asli Karo ini. Selain itu, bagian perindustrian Kabupaten Karo yang menaungi usaha kecil dan menengah di Kabupaten Karo juga telah melakukan kegiatan pelatihan serta wirausaha untuk usaha- usaha tersebut. sumber : dinas koperasi perindustrian dan perdagangan Kabupaten Karo. Trias Tambun merupakan salah satu contoh dari hasil pelatihan dinas koperasi perindustrian dan perdagangan Kabupaten Karo. Pemerintah Kabupaten Karo melalui dinas koperasi perindustrian dan perdagangan Kabupaten Karo pernah memberikan bantuan berupa mesin dan peralatan bagi usaha kecil dan menengah tersebut sehingga dapat membantu kegiatan operasional Trias Tambun.

B. Lingkungan Internal 1.

Laporan keuangan Trias Tambun memperoleh laba sekitar 1 untuk tahun 2014. Dana ini dialokasikan untuk pembiayaan kegiatan operasional, bahan baku hingga pemeliharaan ATBM. Untuk gaji para pegawainya, Trias Tambun menggunakan dua jenis pembayaran yakni sistem gaji bulanan untuk pegawai baru dan sistem borongan untuk pegawai yang telah mampu menenun sehingga pembayaran gaji yang 59 mereka terima sesuai dengan jumlah kain tenun tradisional Karo yang mereka hasilkan sumber : pemilik usaha. Dana pada awalnya berasal dari Bapak Sahat Tambun selaku pemilik usaha Trias Tambun. Seiring dengan perkembangan usaha, Trias Tambun juga mulai ditawarkan oleh pihak luar. Pendanaan dari pihak luar juga sering ditawarkan untuk usaha ini untuk mengembangkan produksi kain tenun tradisional mereka. Hal ini didukung dengan mulai diakuinya hasil produksi kain tenun buatan Trias Tambun di berbagai event seperti menjadi pemenang pertama dalam acara Bank SUMUT UMK EXPO 2009. Namun, tawaran ini belum dapat dimanfaatkan seiring dengan minimnya minat calon pegawai untuk menenun kain tenun tradisional serta kemampuan SDM yang dimiliki.

2. Laporan kegiatan sumber daya manusia

Trias Tambun memiliki 22 pegawai yang membantu dalam pelaksanaan kegiatan operasional. Berikut adalah rincian pegawai pada Trias Tambun : Tabel 4.3 Jumlah Pegawai Trias Tambun No Bagian Kerja Jumlah 1 Celup Benang 1 2 Gulung Benang 4 3 Penenun 15 4 Teknisi 2 Sumber : Pemilik Trias Tambun 2015 Alur kegiatan pegawai pada awal masuk ke Trias Tambun di awali pada bagian celup benang dan gulung benang. Hal ini merupakan kegiatan dasar yang 60 harus dilakukan oleh pegawai baru sebelum dilakukan pelatihan ke bagian tenun kain. Hal ini dilakukan untuk memberi pengetahuan dasar kain tenun yakni benang yang menjadi bahan utama yang akan digunakan dalam tenun. Setelah 9- 12 bulan, pegawai akan diberikan pelatihan awal untuk menenun kain tenun tradisional Karo. Pegawai yang diterima oleh Trias Tambun rata-rata tidak pernah menggunakan atau bahkan mengenal alat tenun sebelumnya sehingga pelatihan merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Penenun yang telah menerima pelatihan pada awalnya akan diberikan tugas untuk membuat kain tenun tradisional Karo sesuai dengan pesanan pelanggan walaupun masih untuk jenis kain tertentu dengan menggunakan ATBM biasa. Untuk pegawai yang telah menguasai ATBM biasa dapat diberikan pelatihan kembali untuk menenun di ATBM motif. Teknisi yang dipilih adalah orang yang mengetahui seluk beluk mesin ATBM. Hal ini disebabkan minimnya orang yang mengetahui cara pemeliharaan dan perbaikan pada ATBM. Bapak Sahat Tambun selain menjadi pemilik usaha, beliau juga ikut serta dalam pengawasan semua kegiatan pegawai pada Trias Tambun .

3. Laporan kegiatan operasional.

Kegiatan utama dalam Trias Tambun adalah penenunan kain tenun tradisional Karo. Namun dalam memulai kegiatan operasionalnya, pewarnaan benang merupakan kegiatan yang paling dasar untuk dilakukan. Bahan baku benang yang diperoleh oleh usaha Trias Tambun diwarnai sesuai dengan kebutuhan penenunan dan masih menggunakan cara tradisional, yakni secara bertahap mewarnai benang sesuai dengan warna yang diinginkan dengan cara 61 mengikat bagian-bagian tertentu pada benang tersebut dan menimbulkan corak pada benang tersebut sesuai kebutuhan benang tenun. Hal ini dilakukan setiap beberapa bulan sekali 2-3 bulan untuk menjaga pasokan benang tenun. Proses penggulungan benang pun masih dilakukan secara tradisonal dan menggunakan tenaga pegawai, namun untuk proses pembagian gulungan benang dalam ukuran kecil dan sedang sudah menggunakan sebuah mesin khusus. Dalam kegiatan penenunan, setiap pegawai memiliki variasi waktu dalam penyelesaian sebuah kain tenun Karo. Hal ini disebabkan dari bervariasinya kemampuan dan keahlian dari masing-masing pegawai. Dalam sehari, seorang pegawai dapat menghasilkan sebuah kain tenun, namun ada pula pegawai yang menghasilkan satu kain tenun dalam 2-3 hari. Kendala utama yang dihadapi adalah ATBM yang digunakan sering mengalami kerusakan sehingga dapat menyebabkan keterlambatan penyelesaian kain tenun yang di akan diselesaikan. Dalam jangka waktu yang akan datang pengembangan fashion merupakan salah satu alternatif bagi Trias Tambun untuk meningkatkan penjualan kain tenun tradisional Karo. Kain tenun tradisional Karo dikombinasikan dengan gaya masa kini diharapkan mampu memperkenalkan kain tenun Karo sekaligus mampu menjualkan produk tersebut.

4. Laporan kegiatan pemasaran.

Sasaran pemasaran kain tenun dari Trias Tambun adalah kawasan Kabanjahe saja. Pemasaran lebih berpusat di usaha penenunan Trias Tambun dan sebuah gerai di pasar Kabanjahe. Lokasi penjualan di Trias Tambun di nilai oleh beberapa pembeli kurang strategis dan masih minimnya gerai khusus dari Trias Tambun. 62 Pemasaran kain tenun di luar Kabanjahe mengandalkan promosi mouth to mouth. Untuk pegawai yang bekerja di Trias Tambun dapat pula ikut dalam mempromosikan produk dari Trias Tambun. Hal ini dilihat dari hasil wawancara dengan beberapa pegawai dimana mereka pernah ikut dalam memasarkan produk dari Trias Tambun kepada kenalan mereka. Kualitas produk yang dihasilkan oleh Trias Tambun menjadi syarat utama usaha ini untuk dapat bersaing dengan pesaing yang datang dari dalam maupun luar daerah. Untuk memperluas wilayah pemasarannya, Trias Tambun juga membuka kesempatan kerja sama bagi pihak yang ingin bekerja sama dengan Trias Tambun sumber : pemilik usaha. Pembukaan gerai baru belum dapat dilaksanakan oleh pihak Trias Tambun. Hal ini disebabkan karena minimnya SDM yang dimiliki oleh Trias Tambun serta modal yang dibutuhkan cukup besar untuk meningkatkan pangsa pasar di luar daerah.

4.3 Analisis Data

4.3.1 Strategi Bauran Pemasaran Kain Tenun Tradisional Karo Pada Trias Tambun

1. Produk

Produk yang ditawarkan oleh Trias Tambun Kabanjahe merupakan kain tenun tradisional Karo yang merupakan simbol dari masyarakat suku Karo pada umumnya. Penggunaan ornamen Karo pada setiap kain tenun yang dihasilkan menguatkan nilai asli Karo pada produk yang dihasilkan. Keahlian dan kemampuan pegawai saat menenun merupakan kunci utama untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Pelatihan sebagai salah satu kegiatan yang dilakukan untuk memperkuat skill pegawai juga merupakan suatu strategi untuk 63 menghasilkan produk yang diinginkan mengingat minimnya pengetahuan awal pegawai saat memulai menenun kain tenun tradisional Karo ini. Dengan menggunakan ATBM, Trias Tambun dapat menghasilkan produk sesuai dengan permintaan pelanggan. Sebagai contohnya : panjang kain tenun yang dapat dihasilkan dapat disesuaikan dengan permintaan pelanggan untuk bakal baju Uis Karo. Jaminan atas kualitas produk jelas terlihat pada proses pengerjaannya. ATBM dapat menghasilkan kain tenun dengan kerapatan benang yang tinggi dibandingkan kain yang di tenun dengan sistem tradisional. Walaupun pengerjaannya cenderung tidak fleksibel karena ATBM bersifat fix namun dapat dikatakan bahwa ATBM dapat dijadikan standar untuk memproduksi kain tenun Karo dengan tingkat kesalahan lebih kecil dibandingkan teknik tradisional. Contohnya saja dapat dilihat dari pinggiran kain tenun yang dihasilkan oleh ATBM dengan kain yang ditenun secara tradisional. Pinggiran yang dihasilkan oleh ATBM lebih rata dibandingkan kain tenun secara gedogan karena ATBM dapat di atur untuk menghasilkan kain tenun yang lebih baik lagi terutama untuk kualitas dari kain tenun tradisional Karo ini. Hal ini merupakan strategi Trias Tambun untuk membedakan produk yang dihasilkannya dengan produk kain tenun yang dihasilkan oleh penenun tradisional menggunakan gedogan yang cenderung tidak memperhatikan pinggiran kain tenun yang mereka tenun. Benang merupakan hal utama dalam usaha penenunan ini. Dipilihnya benang asal India yang cenderung halus juga merupakan suatu strategi yang diterapkan oleh Trias Tambun yang membedakannya dengan usaha penenunan yang lain. Jarang usaha penenunan yang berhasil menenun dengan menggunakan 64 benang jenis ini dikarenakan terlalu halus dan diyakini tidak dapat digunakan untuk menenun kain tenun. Namun, Trias Tambun mampu menenun menggunakan benang jenis ini dan menghasilkan produk yang memiliki tingkat kerapatan benang yang cukup tinggi. Warna benang diwarnai sendiri oleh Trias Tambun sehingga menghasilkan warna dan corak yang berbeda jika dibandingkan membeli benang dengan warna yang ada di pasaran.

2. Harga

Dengan harga yang ditawarkan dari kisaran Rp. 250.000 hingga Rp. 1.000.000 untuk setiap kain tenun yang hasilkan, harga ini cenderung di atas dari harga kain tenun tradisional Karo yang ada di pasaran. Harga yang ditawarkan untuk setiap kain tenun asal luar daerah di pasaran berada pada kisaran Rp. 250.000 hingga Rp 500.000 untuk setiap kain tenun . Penetapan harga di atas pasar ini merupakan salah satu strategi oleh Trias Tambun. Adanya ciri khas Karo yang mereka miliki, jaminan kualitas yang diberikan oleh Trias Tambun serta penggunaan ATBM dalam sistem penenunan kain tenun yang dihasilkan menjadi pertimbangan yang di ambil oleh pemilik usaha untuk menetapkan harga di atas harga pasar. Biaya operasional bahan baku benang juga dibebankan secara langsung kepada harga jual kain tenun tradisional ini sehingga tidak ada standar tertentu yang menyebabkan harga kain tenun yang dihasilkan memiliki patokan harga yang pasti. Hal ini mengingat biaya yang dikeluarkan untuk setiap produk kain tenun yang dihasilkan berbeda satu sama lain. Dengan menetapkan harga di atas pasar, jika terjadi kenaikan harga benang tidak terlalu menganggu Trias Tambun dalam kegiatan operasionalnya. 65

3. Distribusi

Distribusi yang dilakukan oleh Trias Tambun lebih dipusatkan dengan saluran distribusi langsung. Walaupun memiliki toko di pasar Kabanjahe, pembeli lebih memilih untuk membeli langsung di usaha penenunan Trias Tambun dikarenakan lebih minimnya produk yang ditawarkan pada toko di pasar Kabanjahe sehingga usaha penenunan yang lebih memiliki persedian kain tenun Karo yang mereka inginkan lebih diminati. Minimnya sarana gerai penjualan menyebabkan pilihan distribusi secara langsung menyebabkan fokus utama pemasaran pihak Trias Tambun untuk menjualkan kain tenun yang mereka hasilkan. Peranan pegawai yang dapat mendistribusikan kain tenun tradisional dapat membantu walaupun kecil untuk menambah penjualan kain tenun tradisional Karo. Penambahan gerai penjualan kain tenun buatan Trias Tambun di luar wilayah tentunya dapat memaksimalkan penjualan kain yang dapat diperoleh. Peminat kain tenun tradisional Karo ini juga mencakup masyarakat Karo yang berada di dalam Kabupaen Karo maupun di luar Kabupaten Karo. Peminat kain tenun tradisional Karo yang berada di luar wilayah Kabupaten Karo harus mengeluarkan biaya ekstra untuk memperoleh kain tenun yang mereka harapkan karena minimnya gerai milik Trias Tambun . Inisiatif untuk memulai membuka gerai sendiri di luar kota sangat disarankan, mengingat luasnya penyebaran masyarakat suku Karo di wilayah Sumatera Utara pada khususnya. Strategi untuk memperluas jangkauan pasar melalui kerja sama dengan mitra yang berada di luar kota merupakan salah satu rencana jangka panjang Trias Tambun. 66

4. Promosi

Promosi mouth to mouth yang diterapkan oleh Trias Tambun memiliki segi positif yang dapat membantu penjualan kain tenun tradisional Karo yang mereka miliki. Dengan memanfaatkan persepsi dan komentar dari pelanggan yang merekomendasikan produk kain tenun yang dihasikan oleh Trias Tambun, usaha ini dapat menjalankan promosinya tanpa mengeluarkan biaya khusus untuk promosi. Kualitas produk merupakan kunci utama sistem promosi ini serta loyalitas dari pelanggan yang pernah membeli kain tenun tradisional Karo dari Trias Tambun menjadi salah satu syarat untuk berlangsungnya promosi ini. Promosi ini tergantung oleh pelanggan dan bagaimana presepsi mereka terhadap produk yang ditawarkan. Selain promosi mouth to mouth, Trias Tambun memanfaatkan website yang khusus untuk menawarkan produk yang mereka hasilkan melalui internet. Namun, promosi ini dinilai kurang efektif karena kurangnya promosi terhadap website mereka secara keseluruhan sehingga jarang masyarakat mengetahui tentang promosi via web yang dilakukan oleh Trias Tambun. Padahal website ini juga merupakan sarana promosi yang layak digunakan untuk memperluas jangkauan pasar dan menjualkan kain tenun tradisional serta produk asli Karo jika dapat dimanfaatkan dengan maksimal. 67

4.3.2 Tingkat Penjualan Kain Tenun Tradisional Karo Pada Trias Tambun

Data penjualan kain tenun tradisional Karo pada Trias Tambun tersaji pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Jumlah Penjualan Per Tahun TAHUN JUMLAH PENJUALAN UNIT 2011 1477 2012 1504 2013 2050 2014 2200 Sumber : Informasi dari Pemilik Trias Tambun 2015 Penjualan kain tenun tradisional Karo pada Trias Tambun mengalami kenaikan sebesar 1 – 1,5 untuk setiap tahunnya. Kenaikan yang signifikan di tahun 2013, disebabkan karena penambahan ATBM untuk penenunan kain tenun tradisional Karo. Penambahan ATBM dari 11 menjadi 15. Penjualan kain tenun tahun 2013 yang cukup tinggi tidak diikuti oleh tahun 2014 yang hanya memperoleh kenaikan penjualan sekitar 1. Melihat jumlah penjualan kain tenun per tahunnya, tabel 4.5 memperkirakan estimasi kapasitas dan tingkat penjualan yang berhasil dilakukan oleh Trias Tambun. 68 Tabel 4.5 Estimasi Penjualan Tahun Jumlah ATBM UNIT Kapasitas Produksi UNIT Jumlah Kain Tenun Yang Dapat Diperjualkan UNIT Jumlah Penjualan UNIT Sisa UNIT 2011 11 1584 1584 1477 107 2012 11 1584 1691 1504 187 2013 15 2160 2347 2050 297 2014 15 2160 2457 2200 257 Kapasitas Produksi dengan estimasi 12 kain tenun per bulan untuk setiap ATBM Tabel 4.5 tersebut menunjukkan kapasitas yang dapat diperoleh oleh Trias Tambun jika ATBM yang dipergunakan maksimal memproduksi kain tenun tradisional dengan menggunakan SDM yang ada di Trias Tambun. Kelebihan produksi kain tenun yang dihasilkan biasanya berada di usaha penenunan dan dijualkan jika ada ada pembeli yang berminat untuk membeli kain tenun tradisional ini. Jumlah penjualan ini sudah termasuk ke dalam kain tenun yang diperjualkan di wilayah Pasar Kabanjahe. Terlihat dari tabel 4.5, kelebihan dari produksi dapat dijualkan dengan memanfaatkan penambahan gerai baru di luar wilayah pemasaran, misalnya saja Medan agar tidak mengurangi keuntungan yang diperoleh dari produk kain tenun tersebut. Misalnya di rata-rata kan harga jual setiap kain adalah Rp. 500.000. Maka di setiap tahun kain tenun senilai Rp 106.000.000 disimpan di usaha penenunan dan tidak dipasarkan karena minimnya wilayah pemasaran. Kapasitas 69 ATBM yang dimiliki juga dapat dimaksimalkan dengan keahlian SDM dalam menenun, sehingga estimasi 12 kain tenun per bulan untuk setiap ATBM dapat dicapai. Berdasarkan tabel 4.6, dapat diperkirakan estimasi penjualan yang tidak dimanfaatkan secara optimal oleh Trias Tambun dalam periode 2011- 2014. Tabel 4.6 Estimasi Penjualan Yang Tidak Optimal Tahun Kapasitas Produksi UNIT Jumlah kain tenun yang dapat di jual UNIT Jumlah Penjualan UNIT Sisa Penjualan UNIT Selisih UNIT Estimasi Penjualan yang Tidak Optimal 2011 1584 1584 1477 107 - - 2012 1584 1691 1504 187 80 5 2013 2160 2347 2050 297 110 5 2014 2160 2457 2200 257 40 1 Rata rata 2,75 Keterangan : Sisa Penjualan = Jumlah kain tenun yang dapat di jual UNIT – Jumlah Penjualan Selisih = Jumlah sisa tahun n – Jumlah sisa tahun n-1 Estimasi Penjualan Yang tidak optimal = ������ ℎ ��������� �������� x 100 Rata-rata = ����� ℎ �������� ��������� ���� ����� ������� � 70 Untuk rata- rata , n = 4 Berdasarkan tabel 4.6, potensi penjualan yang dimiliki oleh Trias Tambun yang tidak optimal memiliki nilai rata-rata 2,75 dalam kurun waktu 2011 – 2014. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kenaikan penjualan yang dimiliki oleh Trias Tambun sebesar 1-1,5 ini dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan estimasi penjualan yang tidak optimal yang dimiliki oleh Trias Tambun untuk setiap tahunnya. 4.3.3 Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal 4.3.3.1 Analisis EFAS Analisis EFAS berfungsi untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh Trias Tambun dalam penerapan bauran pemasaran untuk meningkatkan penjualan kain tenun tradisional Karo. Berdasarkan data yang diperoleh dari lingkungan eksternal Trias Tambun serta wawancara dengan informan penelitian, peluang serta ancaman yang akan dihadapi oleh Trias Tambun disajikan dalam tabel 4.7. Tabel 4.7 Identifikasi Peluang dan Ancaman Peluang Ancaman 1 Membuka jaringan di luar Kabanjahe 1 Produk kain tenun Karo dari Samosirluar daerah. 2 Tingginya minat masyarakat terhadap kain tenun khas Karo yang berkualitas. 2 Persaingan dengan harga kain tenun asal Samosir 71 3 Penggunaan Media Sosial untuk menjual kain tenun Tradisional Karo 3 Harga bahan baku benang tergantung terhadap nilai impor benang dari India 4. Kain tenun tradisional karo dapat dijadikan fashion 4. Keadaan ekonomi masyarakat yang tidak stabil. 5 Bantuan Dana dari pihak Luar 5 Minimnya pengetahuan masyarakat terutama generasi muda terhadap produk kain tenun yang diproduksi oleh Trias Tambun. 6 Adanya Bantuan Pelatihan dan peralatan dari pihak Pemerintah Kabupaten Karo 6 Meningkatnya persaingan antar usaha penenunan yang telah menggunakan ATBM Sumber : Hasil Pengumpulan Data Penelitian dan Wawancara 2015 Penentuan bobot dan rating diperoleh dari wawancara dari informan penelitian, observasi, serta data yang diperoleh selama penelitian. Dari data dari tabel 4.7, data kemudian disajikan ke dalam Matriks EFAS pada tabel 4.8. 72 Tabel 4.8 EFAS Faktor-Faktor Strategi Eksternal BOBOT Rating Bobot X Rating Komentar Peluang : 1. Membuka jaringan di luar Kabanjahe. 2. Tingginya minat masyarakat terhadap kain tenun khas Karo yang berkualitas. 3. Penggunaan Media Sosial untuk menjual kain tenun Tradisional Karo. 4. Kain tenun tradisional karo dapat dijadikan fashion. 5. Bantuan Dana dari pihak Luar. 0,1 0,05 0,15 0,1 0,05 3 3 4 4 3 0,3 0,15 0,6 0,4 0,15 1. Diperkuat dengan SDM 2. Adanya ATBM dapat menghasilkan produk yang lebih baik dibandingkan dengan gedogan. 3. Kurang dimaksimalkannya media sosial untuk promosi. 4. Inovasi produk sesuai dengan perkembangan minat masa kini. 5. Tingginya peluang bantuan dana untuk pengembangan usaha. 73 6. Adanya Bantuan Pelatihan dan peralatan dari pihak Pemerintah Kabupaten Karo 0,1 3 0,3 6. Diadakan secara berkala oleh pemerintah Kabupaten Karo untuk usaha. SUB TOTAL 0,55 1,9 Ancaman : 1. Produk kain tenun Karo dari Samosirluar daerah. 2. Persaingan dengan harga kain tenun asal Samosir. 3. Harga bahan baku benang tergantung terhadap nilai impor benang dari India. 4. Keadaan ekonomi masyarakat yang tidak stabil. 5. Minimnya pengetahuan 0,05 0,05 0,15 0,1 0,05 2 2 1 2 2 0,1 0,1 0,15 0,2 0,1 1. Kesamaan fungsi sebagai kain adat Karo. 2. Harga yang ditawarkan lebih murah. 3. Alternatif benang lokal lebih mahal dibanding benang yang diimpor. 4. Bencana Gunung Sinabung. 5. Kurangnya promosi ke kalangan anak muda. 74 masyarakat terutama generasi muda terhadap produk kain tenun yang diproduksi oleh Trias Tambun. 6. Meningkatnya persaingan antar usaha penenunan yang telah menggunakan ATBM. 0,05 2 0,1 6. Pesaing baru dengan sarana operasional yang sama. SUB TOTAL 0,45 0,75 TOTAL 1,00 2,65 Sumber : Pengolahan Data Eksternal 2015 Keterangan :

a. Pembobotan berdasarkan penilaian EFAS

Penentuan Bobot 0,0 – 0,05 = Berpengaruh Kecil 0,06 – 0,1 = Berpengaruh sedang 0,11 – 0,15 = Berpengaruh Besar 0,15 = Berpengaruh sangat besar

b. Rating dinilai dengan rincian

1 = Ancaman Utama 2 = Ancaman Kecil 3 = Peluang Kecil 4 = Peluang Utama 75 Dari Matriks EFAS, opportunity diperoleh 1,9 dan threat senilai 0,75 1,9 – 0,75 = 1,15. Hal ini menunjukkan peluang Trias Tambun untuk memasarkan dan meningkatkan penjualan kain tenun lebih besar dibandingkan dengan ancaman yang mungkin akan dihadapi oleh usaha ini.

4.3.3.2 Analisis IFAS

Analisis IFAS berfungsi untuk mengidentifikasi kekuatan serta kelemahan yang dimiliki oleh Trias Tambun dalam penerapan bauran pemasaran untuk meningkatkan penjualan kain tenun tradisional Karo. Berdasarkan data internal usaha Trias Tambun serta wawancara dengan informan penelitian, kekuatan dan kelemahan yang ada di dalam usaha Trias Tambun, disajikan dalam tabel 4.9. Tabel 4.9 Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Kekuatan Kelemahan 1 Produk Asli Karo 1. Kurangnya SDM yang berminat dalam menenun kain tenun Karo 2. Kualitas Produk Kain Tenun Tradisional Karo yang dihasilkan baik 2. Kapasitas kain tenun yang dihasilkan masih terbatas 3. Inovasi Produk 3. ATBM yang digunakan sering mengalami kerusakan 4. Harga yang bervariasi 4 Keterbatasan kemampuan SDM 5 Pelayanan yang diberikan oleh 5. Kurangnya promosi selain 76 Trias Tambun dinilai baik oleh pelanggan. promosi mouth to mouth 6. Pemanfaatan promosi mouth to mouth 6. Lokasi penjualan kurang strategis dan kurangnya gerai penjualan. Sumber : Hasil Pengumpulan Data Penelitian dan Wawancara 2015 Penentuan bobot dan rating diperoleh dari wawancara dari informan penelitian, observasi dan data yang diperoleh selama penelitian. . Dari data pada tabel 4.9, data disajikan ke dalam Matriks IFAS pada tabel 4.10. Tabel 4.10 IFAS Faktor-Faktor Strategi Internal BOBOT Rating Bobot X Rating Komentar Kekuatan : 1. Produk Asli Karo. 2. Kualitas Produk Kain Tenun Tradisional Karo yang dihasilkan baik. 3. Inovasi Produk. 0,1 0,1 0,15 3 3 4 0,3 0,3 0,6 1. Menggunakan ornamen Karo . 2. Minimnya keluhan pelanggan atas produk Trias Tambun. 3. Beragam produk dapat dihasilkan dengan 77 4. Harga yang bervariasi. 5. Pelayanan yang diberikan oleh Trias Tambun dinilai baik oleh pelanggan. 6. Pemanfaatan promosi mouth to mouth. 0,1 0,1 0,1 3 3 3 0,3 0,3 0,3 ATBM. 4. Penetapan harga sesuai dengan jenis dan lama pengerjaan dan pembeli dapat membeli produk sesuai kemampuan finasialnya. 5. Minimnya keluhan produk yang dibeli 6. Pelanggan mengetahui Trias Tambun dari teman mereka. SUB TOTAL 0,65 2,1 Kelemahan : 1. Kurangnya SDM yang berminat dalam menenun kain tenun Karo. 2. Kapasitas kain tenun yang dihasilkan 0,02 0,05 2 2 0,04 0,1 1. Minimnya SDM asli daerah Karo. 2. ATBM dapat digunakan oleh 1 pekerja dan 78 masih terbatas. 3. ATBM yang digunakan terkadang mengalami kerusakan. 4. Keterbatasan kemampuan SDM. 5. Kurangnya promosi selain promosi mouth to mouth. 6. Lokasi penjualan kurang strategis dan kurangnya gerai penjualan. 0,03 0,15 0,05 0,05 2 2 2 2 0,06 0,3 0,1 0,1 disesuaikan dengan lama pengerjaan mereka. 3. Rusak saat pengerjaaan penenunan kain tenun. 4. SDM yang terima dengan minim kemampuan menenun. 5. Pelanggan mengetahui Trias Tambun dari pembeli lain. 6. Berada di wilayah pemukiman penduduk sekaligus tempat penjualan . SUB TOTAL 0,35 0,7 TOTAL 1,00 2,8 Sumber : Pengolahan Data Internal 2015 Keterangan :

a. Pembobotan berdasarkan penilaian IFAS

79 Penentuan Bobot 0,0 – 0,05 = Berpengaruh Kecil 0,06 – 0,1 = Berpengaruh sedang 0,11 – 0,15 = Berpengaruh Besar 0,15 = Berpengaruh sangat besar

a. Rating dinilai dengan rincian

1 = Kelemahan Utama 2 = Kelemahan Kecil 3 = Kekuatan Kecil 4 = Kekuatan Utama Dari Matriks IFAS, strenght diperoleh 2,1 dan weakness senilai 0,7 2,1 – 0,7 = 1,4. Hal ini menunjukkan kekuatan internal dari Trias Tambun dapat dipergunakan untuk meminimalkan kelemahan yang ada pada kegiatan operasional Trias Tambun dalam memproduksi dan menjualkan kain tenun tradisional Karo kepada pelangganmasyarakat.

4.3.3.3 Matriks SWOT

Tabel 4.11 Rumusan Kombinasi Strategi Matrik SWOT IFAS EFAS Strength 2,1 Weakness 0,7 Opportunity 1,9 Strategi SO 4,0 Strategi WO 2,6 Threat 0,75 Strategi ST 2,85 Strategi WT 1,45 Sumber : Hasil Pengolahan Data EFAS dan IFAS 2015 80 Dari hasil yang diperoleh, strategi SO strenght + opportunity memiliki nilai 4,0 dan memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan strategi yang lainnya. Strategi SO merupakan strategi bauran pemasaran yang dapat diterapkan untuk Trias Tambun dalam meningkatkan penjualan kain tenun tradisional Karo. Data yang diperoleh dari matriks EFAS dan IFAS kemudian diolah ke dalam matriks SWOT pada tabel 4.12. Tabel 4.12 SWOT IFAS Strengths S Weaknesses W 1. Produk Asli Karo 2. Kualitas Produk Kain Tenun Tradisional Karo yang dihasilkan baik 3. Inovasi Produk 4. Harga yang bervariasi 5. Pelayanan yang diberikan oleh Trias Tambun dinilai baik oleh pelanggan. 6. Pemanfaatan promosi mouth to mouth 1. Kurangnya SDM yang berminat dalam menenun kain tenun Karo 2. Kapasitas kain tenun yang dihasilkan masih terbatas 3. ATBM yang digunakan sering mengalami kerusakan 4. Keterbatasan kemampuan SDM 5. Kurangnya promosi selain promosi mouth to mouth 81 EFAS 6. Lokasi penjualan kurang strategis dan kurangnya gerai penjualan. Opportunities O 1. Membuka jaringan di luar Kabanjahe 2. Tingginya minat masyarakat terhadap kain tenun khas Karo yang berkualitas. 3. Penggunaan Media Sosial untuk menjual kain tenun Tradisional Karo 4. Kain tenun tradisional karo dapat dijadikan fashion 5. Bantuan Dana dari pihak Luar 6. Adanya Bantuan Pelatihan dan peralatan dari pihak Pemerintah Strategi SO 1. Meningkatkan kualitas produk kain tenun tradisional Karo 2. Pemanfaatan media sosial sebagai sarana pendukung untuk menjualkan produk kain tenun tradisional Karo 3. Melakukan inovasi terhadap kain tenun tradisional Karo dengan melakukan inovasi berupa fashion. 4. Membuka gerai penjualan di luar Kabanjahe. Strategi WO 1. Penggunaan media sosial untuk mempromosikan kain tenun tradisional Karo kepada masyarakat . 2. Inovasi fashion dapat digunakan untuk memperluas ruang lingkup pemasaran kain tenun. 3. Memanfatkan bantuan pelatihan dan peralatan dari pihak pemerintah Kabupaten Karo untuk mengoptimalkan kinerja operasional. 4. Penambahan ATBM 82 Kabupaten Karo Threats T 1. Produk kain tenun Karo dari Samosirluar daerah 2. Persaingan dengan harga kain tenun asal Samosir 3. Harga bahan baku benang tergantung terhadap nilai impor benang dari India 4. Keadaan ekonomi yang tidak stabil. 5. Minimnya pengetahuan masyarakat terutama generasi muda terhadap produk kain tenun yang diproduksi oleh Trias Tambun. 6. Meningkatnya persaingan antar usaha penenunan yang telah Strategi ST 1. Memperkuat image produk yang dihasilkan sebagai produk asli buatan putra Karo 2. Memberikan potongan harga untuk pembelian kain tenun tradisional untuk pelanggan tetap. 3. Meningkatkan pelayanan kepada pelanggan. Strategi WT 1. Melakukan pemeliharaan serta pemeriksaan rutin ATBM 2. Menggunakan alternatif tambahan untuk promosi kain tenun tradisional Karo 3. Mempertimbangkan penambahan gerai penjualan kain tenun tradisional Karo buatan Trias Tambun. 4. Melakukan pelatihan yang menyeluruh kepada SDM yang bertugas untuk menenun kain tenun tradisional Karo. 83 menggunakan ATBM Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian 2015 Berdasarkan matriks SWOT diperoleh strategi- strategi berdasarkan faktor strength, weakness, opportunity, dan threat, yaitu :

I. Strategi SO

1. Kualitas produk kain tenun tradisional Karo yang dihasilkan oleh Trias Tambun dapat dipertahankan dengan meningkatkan kemampuan SDM baik langsung dari pihak Trias Tambun atau dengan menggunakan sarana pelatihan dari pihak pemerintah Kabupaten Karo 2. Promosi mouth to mouth memiliki ruang lingkup yang cukup kecil dibandingkan melakukan promosi menggunakan media sosial yang dapat mencakup wilayah yang lebih luas. Promosi mouth to mouth yang dilakukan oleh Trias Tambun cukup efektif dilakukan namun dapat lebih efektif lagi jika Trias Tambun lebih aktif mempromosikan kain tenun tradisional Karo ini melalui media sosial, terutama untuk mengenalkan kain tenun tradisional Karo ini di kalangan anak muda. 3. Fashion dapat dilakukan sebagai salah satu inovasi dalam meningkatkan minat beli serta penjualan kain tradisional. Kain tenun tradisional Karo memiliki daya tarik yang cukup kuat untuk dijadikan produk fashion yang menarik, bernilai budaya tinggi, serta memiliki harga yang bersaing. 4. Kain tenun tradisional Karo merupakan ciri khas yang tidak dapat dilepaskan dari nilai budaya suku Karo. Dengan memanfaatkan bantuan dari pihak luar, Trias Tambun dapat meningkatkan volume penjualannya melalui gerai penjualan serta penambahan ATBM yang akan ditawarkan oleh pihak luar. 84 Dengan adanya gerai penjualan di luar wilayah Kabanjahe, masyarakat suku Karo yang berada di luar daerah Kabanjahe dapat membeli kain tenun tradisional Karo buatan Trias Tambun .

II. Strategi ST

1. Dengan memberikan ciri khas asli Karo, Trias Tambun dapat memperkuat image nya sebagai penenun asli dari Karo yang tetap mempertahankan nilai budaya asli Karo sekaligus melestarikan kebudayaan asli tersebut. Penggunaan ornamen asli yang dapat ditenun langsung ke kain tenun yang diproduksi diharapkan dapat meningkatkan minat beli masyarakat terhadap kain tenun buatan Trias Tambun dibandingkan dengan produk dari luar wilayah yang jelas tidak memberikan kesan ornamen asli Karo di dalam produk yang mereka hasilkan. 2. Memberikan potongan harga kepada pelanggan, selain sebagai promosi juga dapat menjadikan pelanggan yang telah sering membeli kain tenun tradisional Karo pada Trias Tambun menjadi loyal karena adanya keuntungan lain yang mereka dapatkan saat membeli kain tenun di Trias Tambun. Hal ini dapat mengurangi peluang pelanggan tersebut membeli kain tenun tradisional Karo di tempat lain pesaing Trias Tambun. 3. Pelayanan yang baik merupakan cara yang dapat diberikan oleh suatu usaha untuk menjaga agar pelanggannya tetap memilih membeli produk ke tempat usaha tersebut dibanding tempat pesaing. Dengan memberikan pelayanaan terbaik, misalnya ketepatan dalam hal penyelesaian pesanaan pelanggan atau tetap menjaga kualitas produk yang mereka hasilkan, diharapkan Trias Tambun 85 dapat menambah potensi pelanggan yang lebih loyal membeli kain tenun di tempat mereka.

III. Strategi WO

1. Penggunaan media sosial sebagai sarana promosi selain menjadi alternatif promosi yang bisa dilakukan oleh Trias Tambun, juga dapat memperluas wilayah pemasaran yang semakin luas dibandingkan sebelumnya. 2. Fashion sebagai salah satu inovasi yang dapat dilakukan oleh Trias Tambun juga dapat menciptakan suatu lowongan SDM di Trias Tambun yang akan khusus untuk kegiatan perancanaan fashion . Kapasitas kain tenun yang terbatas oleh Trias Tambun dikarenakan keterbatasan skill SDM dan jumlah ATBM dapat menjadikan fashion sebagai salah satu alternatif produk yang dapat dijual. 3. Pelatihan SDM pada dasarnya dilakukan oleh Trias Tambun saat pegawai telah menempuh beberapa bulan kerja. Adanya pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Karo dapat menjadi alternatif untuk meminimalkan waktu yang harus diberikan oleh pihak Trias Tambun untuk melatih pegawai tersebut. Hal ini juga dapat menjadi daya tarik bagi calon SDM yang berkeinginan untuk bekerja di Trias Tambun walaupun tidak memiliki keahlian menenun sebelumnya. 4. ATBM yang dimiliki Trias Tambun adalah 15 buah. ATBM ini digunakan secara bergantian oleh 15 orang penenun yang bekerja di Trias Tambun. Melihat potensi yang ada pada Trias Tambun, penambahan ATBM dapat menunjang hasil kain tenun yang dapat dihasilkan dan kemudian akan dijualkan kepada pelanggan. Modal untuk membeli ATBM ini dapat 86 memanfaatkan altenatif bantuan dana dari pihak luar yang ingin membantu pengembangan usaha pada Trias Tambun.

IV. Strategi WT

1. Pemeliharaan serta pemeriksaan ATBM merupakan hal yang harus diperhatikan. ATBM sebagai sarana utama untuk memproduksi kain tenun tradisional Karo. Apabila kendala berhubungan dengan ATBM dapat diatasi, kegiatan operasional akan berjalan lebih optimal. Hal ini sangat mempengaruhi terhadap jumlah kain yang dapat ditenun yang nantinya akan dijual ke pelanggan ataupun yang telah dipesan oleh pelanggan. 2. Meningkatnya persaingan di usaha penenunan baik dari pihak luar maupun dalam wilayah Kabanjahe menyebabkan promosi harus dilakukan lebih berinovasi lagi. Dengan adanya promosi yang dapat menarik perhatian calon pelanggan, dapat meningkatkan penjualan kain tenun oleh Trias Tambun sekaligus dapat memenangkan persaingan dengan usaha sejenis. Contoh promosi yang dilakukan adalah adanya harga promosi untuk kain tenun yang akan dijual. 3. Lokasi usaha penenunan Trias Tambun berada pada lingkungan perumahan penduduk. Hal ini menyebabkan beberapa pelanggan merasa kesulitan untuk mengakses tempat penjualan kain tenun di Trias Tambun. Lokasi penjualan yang berada di pasar Kabanjahe juga cenderung ramai dengan aktifitas pedagang dan menyebabkan sulitnya mendapat tempat parkir untuk membeli kain tenun buatan Trias Tambun. Alternatif yang dapat dipilih adalah mencari wilayah di kawasan Kabanjahe lainnya untuk membuka gerai baru dengan 87 akses yang mudah dijangkau dan mempertimbangkan pembukaan gerai penjualan di luar Kabanjahe. 4. SDM merupakan kunci dalam menghasilkan kain tenun tradisional Karo buatan Trias Tambun. Dengan menambah pengetahuan dan skill SDM yang akan menenun kain tenun ini, diharapkan kualitas kain tenun yang selama ini dinilai baik oleh pelanggan Trias Tambun dapat dijaga bahkan lebih ditingkatkan sehingga pelanggan tidak merasa kecewa dan tetap loyal dengan kain tenun buatan Trias Tambun dibandingkan usaha penenunan lainnya.

4.3.4 Peranan Bauran Pemasaran Dalam Meningkatkan Penjualan Kain

Tenun Tradisional Karo Pada Trias Tambun. Berdasarkan analisis SWOT, strategi SO merupakan penerapan bauran pemasaran yang sesuai dalam meningkatkan penjualan kain tenun tradisional Karo pada Trias Tambun. Adapun strategi SO yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut : 1. Kualitas produk kain tenun tradisional Karo yang dihasilkan oleh Trias Tambun dapat dipertahankan dengan meningkatkan kemampuan SDM baik langsung dari pihak Trias Tambun atau dengan menggunakan sarana pelatihan dari pihak pemerintah Kabupaten Karo. 2. Promosi mouth to mouth memiliki ruang lingkup yang cukup kecil dibandingkan melakukan promosi menggunakan media sosial yang dapat mencakup wilayah yang lebih luas. Promosi mouth to mouth yang dilakukan oleh Trias Tambun cukup efektif dilakukan namun dapat lebih efektif lagi jika Trias Tambun lebih aktif mempromosikan kain tenun tradisional Karo ini 88 melalui media sosial, terutama untuk mengenalkan kain tenun tradisional Karo ini di kalangan anak muda. 3. Fashion dapat dilakukan sebagai salah satu inovasi dalam meningkatkan minat beli serta penjualan kain tradisional. Kain tenun tradisional Karo memiliki daya tarik yang cukup kuat untuk dijadikan produk fashion yang menarik, bernilai budaya tinggi, serta memiliki harga yang bersaing. 4. Kain tenun tradisional Karo merupakan ciri khas yang tidak dapat dilepaskan dari nilai budaya suku Karo. Dengan memanfaatkan bantuan dari pihak luar, Trias Tambun dapat meningkatkan volume penjualannya melalui gerai penjualan serta penambahan ATBM yang akan ditawarkan oleh pihak luar. Dengan adanya gerai penjualan di luar wilayah Kabanjahe, masyarakat suku Karo yang berada di luar daerah Kabanjahe dapat membeli kain tenun tradisional Karo buatan Trias Tambun . Potensi penjualan yang dimiliki oleh Trias Tambun yang tidak optimal memiliki nilai rata-rata 2,75 dalam kurun waktu 2011 – 2014. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kenaikan penjualan yang dimiliki oleh Trias Tambun sebesar 1-1,5 ini dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan estimasi penjualan yang tidak optimal yang dimiliki oleh Trias Tambun untuk setiap tahunnya. Pemanfaatan estimasi penjualan yang tidak optimal ini dapat menggunakan peranan bauran pemasaran. Peranan bauran pemasaran dalam Trias Tambun juga dapat dijadikan alternatif bagi pemilik usaha dalam menjalankan kegiatan operasional serta meningkatkan cakupan pemasarannya. Peranan bauran pemasaran dalam kegiatan Trias Tambun dapat memperkuat faktor produk, harga, 89 distribusi dan promosi yang merupakan elemen bauran pemasaran yang utama sehingga usaha tidak mengalami permasalahan yang sangat besar yang dapat menggangu kegiatan operasional maupun pemasaran di kemudian hari. Bauran pemasaran merupakan salah satu strategi pemasaran yang dapat diterapkan oleh Trias Tambun dengan melihat segala potensi baik potensi kelemahan dan kekuatan serta peluang dan ancaman yang akan mempengaruhi produk, harga, distribusi maupun promosi kain tenun tradisional Karo untuk meningkatkan penjualan produk mereka. Kain tenun tradisional Karo yang akan dijual oleh Trias Tambun bergantung kepada kualitas produk yang dihasilkan oleh pegawai . Hal ini menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan bergantung pada kemampuan SDM sebagai penenun kain tenun tradisional Karo. Dengan adanya alternatif produk seperti fashion, pembeli untuk lebih memilih produk-produk yang inovatif dihasilkan oleh Trias Tambun dibandingkan produk yang dihasilkan oleh pesaing. Faktor harga merupakan salah satu pertimbangan pembeli dalam memilih suatu produk. Penerapan harga yang berada di atas pasar merupakan salah satu strategi yang diterapkan oleh Trias Tambun. Promosi merupakan sarana pemasaran yang dapat mempengaruhi tingkat penjualan kain tenun tradisional Karo pada Trias Tambun. Promosi mouth to mouth yang diterapkan oleh Trias Tambun bergantung kepada pelanggan sehingga tingkat kenaikan penjualan yang terjadi tidak dapat ditargetkan dengan sempurna. Media sosial merupakan sarana promosi yang memiliki jangkauan yang luas, tanpa memerlukan biaya yang cukup banyak dan dapat mencakup berbagai kalangan, terutama kalangan anak muda. Kalangan muda dapat menjadi 90 segementasi yang dapat diambil oleh Trias Tambun melihat adanya produk fashion yang dapat dikembangkan untuk dijualkan kepada kalangan ini sehingga kedepannya dapat meningkatkan penjualan Trias Tambun. Distribusi pemasaran secara langsung, dimana pembeli Trias Tambun langsung mendatangi usaha penenunan Trias Tambun, menyebabkan penjualan lebih berpusat pada tempat ini saja. Padahal melihat potensi peluang yang dimiliki oleh Trias Tambun, usaha ini sudah layak untuk menambahkan gerai penjualan tambahan untuk kain tenun tradisional Karo. Adanya tawaran dana dari pihak luar dapat dimanfaatkan oleh Trias Tambun sebagai modal pembukaan gerai penjualan yang baru. Oleh sebab itu, penambahan SDM serta pelatihan pegawai yang menjadi kunci dalam menenun kain tenun ini haruslah diperhatikan sehingga jika Trias Tambun membuka gerai penjualan yang baru, pegawai dapat dipekerjakan di gerai penjualan tersebut gerai penjualan dapat dibentuk sebagai tempat penenunan sekaligus tempat penjualan kain tenun yang dihasilkan . Secara tidak langsung, penambahan gerai ini akan menambah penjualan kain tenun tradisional Karo buatan Trias Tambun dengan memasarkan kelebihan produksi kain tenun yang dimilki.Penambahan gerai penjualan dapat menambah cakupan wilayah pemasaran, bukan hanya di wilayah Kabanjahe namun mencakup wilayah-wilayah yang memiliki potensi kuat untuk membeli kain tenun tradisional Karo buatan Trias Tambun ini. 91

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Strategi bauran pemasaran yang diterapkan pada Trias Tambun mencakup: a Produk Penggunakan ATBM menjadikan produk yang dihasilkan Trias Tambun memiliki ciri khas dan kerapatan benang yang tinggi, pinggiran kain yang rata, serta penggunaan bahan baku benang yang cenderung halus dan di warnai oleh Trias Tambun sesuai dengan kebutuhan benang yang akan digunakan untuk menenun. b Harga Menetapkan harga kain tenun di atas harga pasar. c Promosi Penerapan promosi secara mouth to mouth . d Distribusi Distribusi pemasaran kain tenun tradisional Karo lebih dipusatkan pada usaha penenunan Trias Tambun, Jalan Sudirman No 65 Kabanjahe distribusi langsung . 2. Penjualan kain tenun tradisional Karo pada Trias Tambun mengalami kenaikan sebesar 1 – 1,5 untuk setiap tahunnya. Potensi penjualan yang tidak optimal pada Trias Tambun memiliki nilai rata-rata 2,75 dalam kurun waktu 2011 – 2014. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kenaikan penjualan yang dimiliki oleh Trias Tambun sebesar 1-1,5 ini dapat ditingkatkan dengan 92 memanfaatkan estimasi penjualan yang tidak optimal yang dimiliki oleh Trias Tambun untuk setiap tahunnya. 3. Pemanfaatan potensi penjualan yang tidak optimal dapat dilakukan dengan penerapan bauran pemasaran. Peranan bauran pemasaran dalam kegiatan Trias Tambun dapat memperkuat faktor produk, harga, distribusi dan promosi yang merupakan elemen bauran pemasaran yang utama. Peranan bauran pemasaran yang dapat dilakukan oleh Trias Tambun untuk meningkatkan penjualannya adalah : a Meningkatkan kualitas produk kain tenun tradisional Karo dengan meningkatkan kemampuan SDM. b Pemanfaatan media sosial sebagai sarana pendukung untuk menjualkan produk kain tenun tradisional Karo. c Inovasi terhadap kain tenun tradisional Karo dengan melakukan inovasi berupa fashion. d Membuka gerai penjualan untuk distribusi pemasaran kain tenun tradisional Karo di luar Kabanjahe.

5.2 Saran