34 1.
Informan kunci merupakan pihak yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Pihak yang merupakan
informan kunci dalam penelitian ini adalah pemilik Usaha Penenunan Trias Tambun.
2. Informan utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi
sosial yang diteliti. Adapun pihak yang dipilih menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah pegawai Trias Tambun yang berjumlah 3 orang.
3. Informan tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi
walaupun tidak terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Pihak yang menjadi informan tambahan dalam penelitian ini adalah pembeli Kain
Tenun Tradisional pada Trias Tambun sejumlah 10 orang.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Data menurut sumber perolehannya dikelompokkan menjadi dua bagian yakni : 1.
Data Primer Data Primer merupakan data mentah yang diambil oleh peneliti sendiri bukan
dari orang lain dari sumber utama guna kepentingan penelitian. Data Primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah diperoleh secara
langsung di lokasi penelitian melalui observasi dan wawancara kepada pemilik usaha penenunan Trias Tambun, wawancara dengan pegawai serta wawancara
dengan pihak pembeli kain tenun tradisional Karo di Trias Tambun.
35 2.
Data Sekunder Data Sekunder merupakan data yang sudah tersedia yang dikutip oleh peneliti
guna kepentingan penelitian. Data Sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari buku, jurnal ilmiah, dukumen-dokumen serta media internet.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi yang lebih lengkap. Dalam mengumpulkan data ini diperoleh
melalui : 1.
Wawancara Wawancara merupakan cara utama untuk mengumpulkan data atau informasi
dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini,peneliti menggunakan wawancara secara terstruktur dimana wawancara dilakukan berdasarkan pada
suatu pedoman atau catatan yang pokok pemikiran mengenai hal yang ditanyakan pada waktu interaksi tatap muka langsung antara peneliti dan
narasumber. 2.
Pengamatan Observasi Pengamatan merupakan metode yang pertama kali digunakan dalam penelitian
ilmiah, dimana peneliti dapat secara langsung mengetahui sasaran yang akan diteliti dapat secara langsung mengetahui sasaran yang akan diteliti.Di dalam
observasi ini, peneliti langsung mengamati proses produksi dari kain tenun di Trias Tambun, kegiatan operasional usaha, serta melakukan identifikasi hal –
hal yang menjadi faktor yang berkaitan dengan bauran pemasaran di dalamnya. 3.
Studi kepustakaan dan media internet
36
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.6.1 Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka merumuskan strategi usaha. Analisis SWOT
didahului dengan identifikasi posisi perusahanusaha melalui evaluasi nilai faktor internal dan evaluasi nilai faktor eksternal.
3.6.2 Tahap Pengumpulan Data
Tahap ini pada dasarnya tidak hanya kegiatan pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra-analisis. Pada tahap ini
data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal. Data eksternal dapat diperoleh dari lingkungan di luar perusahaan seperti :
1. Keadaan pasar
Dalam keadaan pasar, peneliti mengumpulkan data dari sektor-sektor industri di Kabupaten Karo secara umum, permasalahan industri, potensi usaha kain
tenun tradisional Karo, presepsi masyarakat terhadap kain tenun tradisional Karo, serta keadaan ekonomi masyarakat Karo.
2. Data kompetitor
Dalam data kompetitor ini, peneliti mengumpulkan data tentang bagaimana gambaran persaingan usaha penenunan untuk wilayah kabupaten Karo baik
dari dalam maupun persaingan dari pihak luar yang memiliki usaha penenunan kain tradisional Karo.
3. Data komunitas
Dalam data komunitas, peneliti mengumpulkan data presepsi masyarakat sekitar wilayah usaha penenunan Trias Tambun terhadap sistem pemasaran
37 kain tenun tradisional Karo serta presepsi generasi muda terhadap kain tenun
tradisional Karo. 4.
Data pemasok Dalam data pemasok, peneliti mengumpulkan data mengenai pihak yang
dijadikan pemasok bahan baku utama pada Trias Tambun, dalam hal ini pemasok benang dan seberapa besar pengaruhnya dalam kegiatan operasional
Trias Tambun. 5.
Peranan pemerintah Dalam pengaruh pemerintah, peneliti mengumpulkan data bagaimana peranan
pemerintah Kabupaten Karo terhadap industri kecil menengah terutama usaha penenunan Trias Tambun serta bantuan yang pernah diberikan oleh pihak
pemerintah kabupaten Karo untuk membantu pemasaran kain tenun tradisional Karo untuk usaha penenunan Trias Tambun.
Data internal dapat diperoleh dari perusahaan itu sendiri seperti : 1.
Laporan keuangan struktur pendanaan 2.
Laporan kegiatan sumber daya manusia jumlah karyawan, keahlian, pengalaman
3. Laporan kegiatan operasional.
4. Laporan kegiatan pemasaran.
Model yang dipakai pada tahap ini :
1. Matriks Faktor Strategi Eksternal EFAS
Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal,perlu terlebih dahulu mengetahui faktor strategi eksternal EFAS.
38 Berikut adalah cara-cara penentuan Faktor Strategi Internal EFAS :
1. Susunlah dalam kolom 1 5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman.
2. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 sangat
penting sampai dengan 0,0 tidak penting. Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberi dampak terhadap faktor strategis Semua bobot
tersebut jumlahnya tidak boleh melebihan skor total 1,00. 3.
Hitung rating dalam kolom 3 untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 outstanding sampai dengan 1 poor
berdasarkan faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai penting untuk faktor peluang bersifat positif peluang yang
semakin besar diberi rating +4 tetapi jika peluangnya kecil diberi rating +1. Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya. Pemberian rating adalah
sebagai berikut : 1 = Ancaman Utama
2 = Ancaman Kecil 3 = Peluang Kecil
4 = Peluang Utama Pemberian rating diberikan berdasarkan data yang diperoleh di saat penelitian
berdasarkan pertimbangan profesional profesional judgement. Di mana rating ditentukan oleh besarnya pengaruh faktor eksternal terhadap kondisi usaha
tersebut berdasarkan data yang diperoleh saat penelitian . 4.
Kalikan bobot dalam kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk
39 masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 outstanding
sampai dengan 1,0 poor. 5.
Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor- faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.
6. Jumlahkan skor pembobotan pada kolom 4 untuk memperoleh skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana suatu usaha tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis
eksternalnya. Sebelum strategi diterapkan, perencana strategi harus menganalisis
lingkungan eksternal untuk mengetahui berbagai kemungkinan peluang dan ancaman. Masalah strategis yang akan di monitor harus ditentukan karena
masalah ini mungkin dapat mempengaruhi usaha di masa yang akan datang.
Tabel 3.1 EFAS
Faktor-Faktor Strategi
Eksternal BOBOT
Rating Bobot X
Rating Komentar
Peluang :
Ancaman :
TOTAL 1,00
Sumber : Rangkuti 1997
40
2. Matrik Faktor Strategi Internal
Setelah faktor-faktor strategis internal suatu perusahaan diidentifikasikan, suatu tabel IFAS Internal Strategic Factor Analysis Summary disusun untuk
merumuskan faktor-faktor strategis internal tersebut dalam kerangka Strength and Weakness perusahaan.Tahapannya adalah :
1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan
dalam kolom 1. 2.
Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 paling penting sampai 0,0 tidak penting, berdasarkan pengaruh faktor-faktor
tersebut terhadap posisi strategis usaha Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihan skor total 1,0.
3. Hitung rating dalam kolom 3 untuk masing- masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 outstanding sampai dengan 1 poor berdasarkan faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan.
Variabel yang bersifat semua variabel yang masuk kategori kekuatan diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 Sangat baik, sedangkan untuk
kelemahan adalah kebalikannya. Pemberian rating adalah sebagai berikut : 1 =
Kelemahan Utama 2 =
Kelemahan Kecil 3 =
Kekuatan Kecil 4 =
Kekuatan Utama Pemberian rating diberikan berdasarkan data yang diperoleh di saat penelitian
berdasarkan pertimbangan profesional profesional judgement. Di mana rating
41 ditentukan oleh besarnya pengaruh faktor internal terhadap kondisi usaha
tersebut berdasarkan data yang diperoleh saat penelitian . 4.
Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk
masing-masing faktor dengan nilai bervariasi mulai dari 4,0 outstanding sampai dengan 1,0 poor.
5. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-
faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung. 6.
Jumlahkan skor pembobotan pada kolom 4 untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan
bagaimana suatu usaha tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk membandingkan usaha
lainnya dalam kelompok industri yang sama.
Tabel 3.2 IFAS
Faktor-Faktor Strategi Internal
BOBOT Rating
Bobot X Rating
Komentar
Kekuatan
Kelemahan :
TOTAL 1,00
Sumber : Rangkuti 1997
42
3.6.3 Tahap Analisis Matriks SWOT
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis usaha adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang
dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat
set kemungkinan alternatif strategis.
Tabel 3.3 Matriks SWOT
IFAS
EFAS Strengths S
Weaknesses W
Tentukan 5-10 faktor- faktor kekuatan internal
Tentukan 5-10 kelemahan internal
Opportunities O
Tentukan 5-10 faktor peluang internal
Strategi SO Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang Strategi WO
Ciptakan strategi yang meminimalkan
kelemahan untuk memanfaatkan peluang.
Threats T
Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal
Strategi ST Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi WT Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan dan
menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti 1997
43 a. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya. b. Strategi ST
Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.
c. Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
44
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat Trias Tambun
Kain Tenun Tradisional Karo atau yang lebih sering dikenal oleh masyarakat Karo sebagai Uis Karo merupakan warisan budaya asli Karo yang
pembuatannya masih bersifat tradisional. Teknik tradisional yang biasanya menggunakan gedogan memiliki waktu pengerjaan yang cukup lama dan
membutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi. Seiring dengan perkembangan jaman saat ini, semakin sedikit masyarakat asli Karo yang mau mempertahankan
keaslian kain tenun tradisional Karo dengan menenun langsung kain tenun ini. Mirisnya, sebagai kain tenun tradisional Karo , banyak masyarakat Karo
tidak mengetahui bahwa kain tenun tradisional Karo ternyata di tenun oleh orang Samosir dibandingkan orang Karo itu sendiri. Dari penjualan orang Samosir
terhadap kain tenun tradisional Karo ini mereka dapat menjual 1000 kain tenun per minggunya. Hal ini disebabkan tingginya daya beli orang Karo terhadap
produk tersebut. Padahal kain yang mereka produksi belum mencerminkan nilai asli dari kain tenun Karo tersebut. Salah satu faktor inilah yang menyebabkan Ir
Sahat Tambun mulai membuka usaha penenunan kain tenun Karo untuk mengembalikan keaslian motif serta budaya asli dari Karo untuk kain tenun
tradisionalnya sekaligus memproduksi kain tenun tradisional Karo yang sesuai dengan nilai budaya yang sebenarnya.
45 Usaha penenunan Trias Tambun didirikan pada tahun 1992 di Kabanjahe,
Sumatera Utara. Pendiri dari usaha penenunan Trias Tambun ini adalah Bapak Ir Sahat Tambun seorang entrepreneur yang merupakan lulusan sarjana tekstil di
ITT Bandung. Sebelum memulai usaha penenunan ini, Bapak Sahat pernah magang di Gresik Jawa Timur dan di Majalaya Jawa Barat dalam pembuatan
sarung ikat dengan menggunakan ATBM Alat Tenun Bukan Mesin. Usaha penenunan Trias Tambun pada awalnya hanya memproduksi kain
sarung ikat yang menampilkan corak ornamen daerah. Dalam perjalanan memproduksi kain sarung ikat ini, keuntungan yang dihasilkan oleh Trias Tambun
relatif kecil karena adanya persaingan dengan produk dari Jawa. Masyarakat Karo umumnya sangat bergantung pada Uis kain adat yang selama ini diproduksi
bukan dari kalangan masyarakat Karo itu sendiri namun dari masyarakat Samosir. Bapak Sahat Tambun kemudian melakukan penelitian apakah kain tenun
tradisional Karo yang biasanya dibuat dengan gedogan secara tradisional dapat dialihkan dengan menggunakan ATBM Alat Tenun Bukan Mesin. Dari hasil
penelitiannya, Bapak Sahat Tambun menemukan masalah yang akan dihadapi dalam pembuatan Uis Karo adalah masalah kerapatan benang yang harus tinggi
dan cara ini belum pernah diterapkan oleh penenun pengrajin yang menggunakan gedogan.
Keunggulan produk yang dihasilkan dengan menggunakan ATBM ini adalah relatif lebih efektif dan mutu kain yang dihasilkan akan lebih baik
dibandingkan dengan hasil kain tenun yang dihasilkan pada gedogan tersebut. Bapak Sahat Tambun kemudian memakai ATBM dalam memproduksi kain tenun
tradisional Karo dengan ciri khas asli Karo. Pada tahun 2013, usaha ini menambah
46 kapasitas produksi kain tenun mereka dari semula 11 ATBM menjadi 15 ATBM.
Bapak Sahat Tambun adalah satu dari putera daerah Karo yang ikut dalam pelestarian budaya asli Karo bersama dengan Bapak Adrianus Ganjangen Sitepu
A.G. Sitepu untuk memberikan kontribusi dalam melestarikan ornamen asli Karo pada kain tenun yang dihasilkan pada Trias Tambun.
4.1.2 Visi dan Misi Trias Tambun
Visi dan misi merupakan hal yang mendasari suatu usaha untuk menjalankan usahanya.
Visi utama Trias Tambun adalah melestarikan kain tenun tradisional Karo Uis Karo dengan menggunakan ornamen asli Karo Misi dari Trias Tambun
adalah lebih mengenalkan dan menghasilkan Uis Karo yang asli buatan dari orang Karo dan memiliki kualitas dan ciri khas Karo.
4.1.3 Struktur Organisasi Trias Tambun
Trias Tambun merupakan usaha kecil menengah yang memiliki struktur organisasi yang sederhana.
Skema 4.1 Struktur Organisasi Trias Tambun
Sumber : Pemilik Trias Tambun 2015
Pemilik Trias Tambun
Bagian Celup Benang
Bagian Gulung Benang
Bagian Tenun Teknisi
47 Pemilik Trias Tambun, memiliki tugas sebagai pimpinan usaha. Beliau
adalah bagian strategi pelaksanaan kegiatan pada usaha Trias Tambun dan ikut serta dalam pengawasan pelaksanaan kegiatan tenun. Beliau memiliki peran
penting dalam usaha ini, karena setiap detail dan kriteria bahan baku yang akan dipakai untuk kain tenun tradisional Karo ini merupakan hasil keputusan dari
pemilik usaha ini. Pemilik usaha juga merupakan penentu motif- motif yang akan ditenun oleh pegawai pada bagian penenunan.
Bagian celup benang bertugas untuk mewarnai benang-benang bahan baku yang telah dimiliki menjadi warna yang diinginkan untuk kain tenun
tradisional ini. Teknik yang digunakan dalam bagian celup benang masih tradisional dan menggunakan teknik ikat dengan bantuan tenaga manusia.
Bagian gulung benang merupakan bagian dari kegiatan Trias Tambun yang paling mendasar. Bagian ini bertugas untuk menguraikan benang-benang
yang telah dicelup warna sebelumnya sehingga membentuk gulungan-gulungan kecil yang sesuai untuk digunakan dalam penenunan.
Untuk menjalankan operasi kerjanya, bagian tenun merupakan penentu kain tenun tradisional Karo yang paling utama. Bagian ini merupakan penentu
bagaimana produk kain tenun ini dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan memenuhi keinginan calon pelanggan. Penenunan ini menggunakan sumber daya
manusia yang telah menguasai penggunaan ATBM Alat Tenun Bukan Mesin. Teknisi bertugas untuk memperbaiki ATBM sebagai alat utama produksi
jika terjadi kerusakan saat dilakukan kegiatan operasi usaha.
48
4.1.4 Kegiatan Usaha Pada Trias Tambun
Kegiatan Usaha pada Trias Tambun berkonsentrasi pada bagian tenun, dimana bagian tenun merupakan inti untuk menghasilkan kain tenun tradisional
Karo yang sesuai dengan permintaan pembeli. Bagian Tenun ini meliputi kegiatan penenunan kain tenun tradisional Karo dengan menggunakan ATBM . Dalam
penggunaannya ATBM dapat dibedakan menjadi dua jenis pada usaha ini, dimana terdapat ATBM biasa dan ATBM yang dapat menghasilkan motif yang
diinginkan. Bagian celup benang merupakan bagian produksi awal bahan yang akan
digunakan dalam penenunan. Usaha penenunan Trias Tambun memiliki corak yang berbeda dikarenakan mereka mewarnai sendiri benang yang akan mereka
pakai dalam penenunan. Dalam waktu 2 sampai 4 minggu benang yang telah selesai di ikat dengan menggunakan teknik ikat , benang-benang tersebut akan
dicelup sesuai dengan warna yang diinginkan untuk keperluan tenun. Benang yang selesai dicelup akan dibiarkan mengering dan kemudian dibawa ke bagian
gulung benang untuk dibentuk menjadi gulungan kecil benang untuk ditenun. Kegiatan usaha lainnya seperti perencanaan motif atau desain yang akan
dibentuk. Bagian ini menentukan motif apa yang akan ditenun untuk bagian tenun dan motif apa saja yang akan menjadi referensi selanjutnya untuk kain tenun
tradisional Karo buatan Trias Tambun.
4.1.5 Produk Yang Dihasilkan Trias Tambun
Trias Tambun merupakan usaha penenunan kain tradisional Karo yang masih mempertahankan berbagai kain tenun tradisional Karo dari yang masih
dipergunakan dalam adat maupun kain tenun tradisional Karo yang lebih inovatif.
49 Produk yang dihasilkan oleh Trias Tambun antara lain :
1. Uis Mangiring,
2. Uis Julu,
3. Uis Beka Buluh,
4. Uis Ragi Barat,
5. Uis Ragi Lurik,
6. Uis Gara Tudung.
7. Sarung Ikat Pakan
8. Bakal Baju Uis Karo
4.2 Penyajian Data
4.2.1 Bauran Pemasaran Trias Tambun 1. Produk
Trias Tambun merupakan usaha penenunan kain tradisional Karo yang memproduksi hampir sebagian besar jenis kain daerah khas Karo. Berikut adalah
produk yang diproduksi oleh Trias Tambun Kabanjahe :
Tabel 4.1 Jenis Kain Tenun Tradisional Karo Pada Trias Tambun
No Jenis
1 Sarung Ikat Pakan
2 Bakal Baju Uis Karo
3 Uis Mangiring
4 Uis Julu
5 Uis Beka Buluh
6 Uis Ragi Barat
7 Uis Ragi Lurik
8 Uis Gara Tudung
Sumber : Pemilik Trias Tambun 2015
50 Dengan adanya penggunaan mesin ATBM, banyak motif yang tidak
mampu diproduksi oleh penenun tradisional dengan menggunakan gedogan dapat dibuat oleh usaha penenunan ini, terutama usaha ini memiliki dua jenis
ATBM ATBM biasa dan ATBM motif. Pengerjaan kain tenun tradisional Karo pada Trias Tambun dilakukan secara manual, dimana masih menggunakan SDM
untuk menghasilkan produk kain tenun tersebut dengan menggunakan ATBM tersebut.
Pilihan yang ditawarkan juga beragam dengan motif yang khas dari Karo. Motif khas Karo menjadi ciri khas produk yang dimiliki oleh Trias Tambun
dibandingkan pesaingnya. Trias Tambun menerapkan motif asli Karo pada kain tenun yang mereka produksi. Motif asli Karo yang berhasil mereka tenun antara
lain : Ampik-Ampik Alas Indung Bayu-Bayu dan Lukis Para-Para Gundur Mangalata.
Produk yang paling umum dan diminati oleh pembeli dari Trias Tambun adalah Uis Nipes dan Beka Buluh. Bahan baku utama dalam penenunan adalah
benang. Benang yang digunakan adalah benang impor asal India, yang di ambil dari wilayah Surabaya, Indonesia . Kriteria benang yang digunakan dalam
penenunan kain tenun ini memiliki ketebalan 80 2 yang cenderung halus . Dalam pewarnaan benang, dilakukan dengan teknik manual, dengan mencelupkan
benang yang sudah diikat sesuai kebutuhan corak yang diperlukan ke pewarna tekstil. Warna benang yang digunakan oleh Trias Tambun cenderung tidak luntur
terhadap air serta dari terpaan sinar matahari. Pelayanan yang diberikan oleh Trias Tambun dinilai baik oleh masyarakat
yang pernah membeli kain tenun tradisional Karo. Kain tenun yang diinginkan
51 juga dapat dipesan sesuai dengan keinginan pembeli dengan harga dan jangka
waktu tertentu.
2. Harga
Trias Tambun menawarkan harga yang bervariasi untuk setiap kain tenun yang mereka hasilkan. Harga yang ditawarkan untuk setiap kain tenun tradisional
Karo ini berkisar antara harga Rp 250.000 hingga Rp 1.000.000 untuk setiap kain tenun. Harga yang ditawarkan untuk setiap kain tenun tradisional Karo buatan
Trias Tambun tidak mengikuti harga kain tenun Karo yang berada di pasaran. Variasi harga tergantung jenis dan motif dari kain tenun yang dihasilkan.
Lamanya pengerjaan juga mempengaruhi harga yang mereka tawarkan untuk kain tenun, sehingga tidak ada standar harga yang tetap untuk menentukan harga setiap
jenis kain tenun tradisional yang dihasilkan. Berdasarkan wawancara dengan informan tambahan, rata- rata pelanggan tergolong puas dengan harga yang
ditawarkan oleh Trias Tambun untuk setiap kain tenun yang mereka beli.
3. Distribusi
Trias Tambun memiliki sistem distribusi langsung penjualan yakni pada usaha penenunan Trias Tambun, dimana tempat ini sebagai tempat industri
sekaligus tempat penjualan. Lokasi usaha penenunan ini berada pada Jalan Sudirman no 65 Kabanjahe. Wilayah distribusi utama pemasaran kain tenun
tradisional ini berada di Kabanjahe sekitar, sehingga belum dapat menjangkau kawasan di luar wilayah Kabanjahe. Usaha ini juga memiliki toko penjualan di
wilayah pasar Kabanjahe. Pegawai Trias Tambun dapat ikut serta dalam mendistribusikan kain tenun tradisional yang dihasilkan dengan berkoordinasi
dengan Bapak Sahat Tambun.
52 Minimnya gerai penjualan menyebabkan pembeli kesulitan untuk membeli
kain tenun tradisional yang diinginkannya apabila mereka tidak berada di wilayah Kabanjahe atau di luar daerah. Lokasi usaha penenunan dinilai oleh beberapa
informan tambahan pembeli kurang strategis dan menjadi kendala dalam mendatangi usaha penenunan Trias Tambun ini.
Untuk memasarkan di luar Kabanjahe, usaha penenunan Trias Tambun ini menggunakan jaringan dari orang-orang yang berminat untuk memasarkan kain
tenun tradisional Karo ini. Salah satu contohnya adalah untuk wilayah Medan, Bapak Sahat Tambun selaku pemilik usaha memiliki satu mitra untuk
memasarkan kain tenun yang mereka produksi dengan cara mengantarkan langsung kain tenun yang akan dijualkan oleh mitra langsung ke tempat penjualan
kain tenun mitra tersebut.
4. Promosi
Trias Tambun, dalam menjalankan promosi untuk menjualkan kain tenun yang mereka produksi lebih menggunakan promosi mouth to mouth mulut ke
mulut dibandingkan dengan teknik promosi yang lain. Dalam menjalankan p
romosinya, Trias Tambun juga menggunakan media internet untuk mempromosikan kain tenun Karo pada website mereka http:uiskaro-
triastambun.com . Namun, pendekatan promosi yang mereka lakukan secara umumnya
adalah sistem promosi mouth to mouth dimana sasaran utama dari promosi ini adalah pelanggan. Pegawai Trias Tambun juga dapat mempromosikan kain tenun
tradisional Karo yang mereka tenun.
53
4.2.2 Tingkat Penjualan Kain Tenun Tradisional Karo Pada Trias Tambun
Tingkat penjualan kain tenun pada Trias Tambun mengalami kenaikan setiap tahunnya. Hal ini dilihat dari tabel 4.2, dimana penjualan terjadi cukup
signifikan pada tahun 2013.
Tabel 4.2 Jumlah Penjualan Per Tahun
TAHUN JUMLAH PENJUALAN UNIT
2011 1477
2012 1504
2013 2050
2014 2200
Sumber : Informasi dari Pemilik Trias Tambun 2015
Tahun 2011, ATBM yang dimiliki oleh Trias Tambun adalah 11 ATBM dan tingkat penjualan yang diperoleh di tahun 2011 adalah 1477 kain tenun.
Jumlah ATBM ini masih bertahan hingga tahun 2012 dengan jumlah penjualan naik menjadi 1504 kain tenun. Penambahan ATBM dilakukan pada tahun 2013
dengan menambahkan 4 ATBM sehingga ATBM yang dimiliki oleh usaha Trias Tambun menjadi 15 ATBM dan menaikkan penjualan kain tenun menjadi 2050.
Tahun 2014, dengan 15 ATBM yang dimiliki, Trias Tambun memiliki tingkat penjualan 2200 kain tenun. Kapasitas kain tenun yang dapat dihasilkan untuk
setiap ATBM adalah 12 kain per bulannya. Berdasarkan wawancara dengan pemilik usaha dan pembeli kain tenun tradisional Karo pada Trias Tambun,
produk yang paling sering dibeli adalah Beka Buluh dan Uis Nipes.
54 Harga yang ditawarkan untuk setiap kain tenun yang dijual adalah Rp
250.000 hingga Rp 1.000.000. Setiap kain tenun yang dijual memiliki variasi harga yang berbeda dengan pertimbangan lama pengerjaan dan tingkat kesulitan
kain tenun yang dihasilkan.
4.2.3 Data Lingkungan Eksternal Dan Lingkungan Internal
Lingkungan Eksternal dan Internal dapat mempengaruhi penerapan bauran pemasaran dalam meningkatkan penjualan kain tenun tradisional Karo pada Trias
Tambun. Dari faktor lingkungan eksternal dan internal dapat dirumuskan strategi bauran pemasaran yang dapat digunakan dalam meningkatkan penjualan kain
tenun tradisional.
A. Lingkungan Eksternal
1. Keadaan Pasar
Secara garis besar klasifikasi industri di Kabupaten Karo adalah industri kecil dan menengah, hanya ada beberapa industri besar yang terdapat di daerah
ini. Pada umumnya industri yang ada berhubungan dengan pertanian seperti pandai besi, keranjang jeruk, pompa semprot, pupuk organik, pestisida dan lain
sebagainya . Pada umumnya permasalahan yang dihadapi oleh IKM Industri Kecil Menengah di Kabupaten Karo adalah masalah permodalan, namun
terkadang ada beberapa hal yang seolah terlupakan oleh para pelaku IKM di dalam memajukan usahanya , seperti peningkatan mutu produk, mutu pelayanan
konsumen, dan lain sebagainya. Di samping itu adanya serbuan produk sejenis dari luar daerah bahkan dari luar negeri membuat IKM ini sepertinya menjadi
55 tidak mampu berkembang sumber : dinas koperasi perindustrian dan
perdagangan Kabupaten Karo . Tingginya keinginan masyarakat untuk memperoleh produk yang
berkualitas , dan memiliki ciri khas dari produk yang lain dapat menjadi peluang bagi Trias Tambun untuk meningkatkan penjualan kain tenun yang diproduksinya.
Pembeli rela mengeluarkan biaya lebih untuk mendapatkan produk yang berkualitas. Melihat tingginya penggunaan media sosial pada kalangan anak
muda, Trias Tambun dapat menjadikan media sosial sebagai alternatif dalam memasarkan kain tenun tradisional Karo.
Daerah Kabupaten Karo saat ini masih mengalami penurunan pendapatan dikarenakan bencana gunung Sinabung. Sebagian besar mata pencaharian
penduduk adalah bertani dan bergantung kepada alam. Minat beli masyarakat di wilayah bencana kurang untuk membeli kain tenun baru dan lebih selektif untuk
mengeluarkan uang untuk kebutuhan hidup .
2. Data Kompetitor
Persaingan penjualan kain tenun tradisional Karo untuk wilayah Kabupaten Karo secara umumnya didominasi dengan persaingan dengan pesaing
di luar Kabupaten Karo. Hal ini disebabkan dengan maraknya perdagangan kain tenun tradisional Karo yang berasal dari Samosir dan masih banyak peminatnya di
wilayah ini. Walaupun di tenun dan berasal dari luar Kabupaten Karo, harga yang
ditawarkan cukup bervariasi sehingga menarik minat pembeli untuk membeli kain ini. Mulai dari harga Rp. 250.000 hingga Rp 500.000, pembeli sudah memperoleh
kain tenun yang dapat mereka gunakan dalam acara adat maupun acara yang
56 formal. Kesamaan fungsi kain tenun tradisional Karo sebagai kain adat tidak
membedakan mana yang berasal dari suku asli Karo ataupun kain tenun yang tidak mencerminkan ciri khas Karo.
Persaingan antar penjualan tenun Karo di dalam wilayah kabupaten Karo sendiri diwarnai dengan persaingan antara penenun tradisional dan Trias Tambun.
Penenun tradisional masih mendapat tempat di masyarakat mengingat kain tenun tradisional Karo pada asalnya adalah kain yang ditenun secara langsung melalui
gedogan dan dianggap memiliki nilai tersendiri untuk kain tersebut. Persaingan usaha tenun di wilayah Kabanjahe semakin berkembang dengan dibukanya salah
satu pesaing dari Trias Tambun yang telah menggunakan mesin ATBM dalam mengoperasikan kegiatannya dan memproduksi kain tenun tradisional Karo
sejenis .
3. Data Komunitas
Trias Tambun memasarkan produk kain tenunnya di wilayah Kabanjahe sekitar. Masyarakat di sekitar penenunan bahkan di luar wilayah penenunan yang
mengenal produk Trias Tambun lebih menyukai langsung membeli ke usaha penenunan Trias Tambun dibandingkan ke wilayah pasar Kabanjahe karena
dinilai lebih efektif. Minat masyarakat rata-rata pada uis nipes dan beka buluh karena masih sering digunakan untuk menghadiri pesta atau acara adat.
Penyebaran produk kain tenun tradisional Karo oleh Trias Tambun terdapat pada Jalan Sudirman no 65 Kabanjahe dan Pasar Kabanjahe. Masyarakat
di luar wilayah ini pada umumnya kurang mengetahui bahwa produk kain tenun yang mereka beli di pasar berasal dari Trias Tambun. Dengan kata lain
57 masyarakat di luar wilayah penenunan cenderung hanya membeli produk tanpa
mengetahui asal dari produk tersebut. Kalangan anak muda kurang mengetahui usaha penenunan Trias Tambun,
produk yang dihasilkan serta inovasi yang dilakukan oleh Trias Tambun dalam melestarikan budaya asli Karo.
4. Data Pemasok
Sebagai usaha yang bergerak di bidang penenunan kain, usaha Trias Tambun sangat bergantung terhadap bahan baku usaha yang akan mereka
gunakan untuk kegiatan operasional. Bahan baku utama yang dibutuhkan oleh usaha ini adalah benang. Kriteria benang yang digunakan oleh usaha ini memiliki
kriteria yang lebih halus dibandingkan dengan benang yang biasa digunakan oleh usaha penenunan kain umumnya 802. Trias Tambun menggunakan bahan
baku benang yang diimpor langsung dari India. Benang yang di impor dari India ini diperoleh dari Surabaya sebagai
tempat pembelian benang tersebut. Benang yang dipilih dari India ini didasari dengan pertimbangan benang berasal dari India ini lebih bagus dan memenuhi
kriteria benang yang diinginkan oleh Trias Tambun. Benang lokal tidak menjadi pilihan utama karena harga yang ditawarkan untuk benang ini cenderung lebih
mahal dengan kualitas yang hampir sama dengan benang impor asal India ini. Kenaikan harga benang yang di impor dari India otomatis akan mempengaruhi
keberlangsungan kegiatan operasional usaha.
5. Peranan Pemerintah
Kabupaten Karo merupakan sebuah kabupaten yang memiliki daya tarik wisata yang cukup tinggi. Hal ini juga didukung dengan masih terpeliharanya
58 budaya asli Karo oleh masyarakatnya. Pemerintah Kabupaten Karo pada dasarnya
mendukung setiap usaha yang mendedikasikan kegiatannya untuk kebudayaan asli Karo. Upaya pemerintah terlihat dari beberapa kerja sama dengan pihak provinsi
Sumatera Utara maupun nasional untuk memperkenalkan budaya asli Karo ini. Untuk usaha penenunan kain tenun Trias Tambun, pemerintah Kabupaten Karo
mengadakan pameran di luar Kabupaten Karo untuk memperkenalkan kain tenun tradisional asli Karo ini. Selain itu, bagian perindustrian Kabupaten Karo yang
menaungi usaha kecil dan menengah di Kabupaten Karo juga telah melakukan kegiatan pelatihan serta wirausaha untuk usaha- usaha tersebut. sumber : dinas
koperasi perindustrian dan perdagangan Kabupaten Karo. Trias Tambun merupakan salah satu contoh dari hasil pelatihan dinas
koperasi perindustrian dan perdagangan Kabupaten Karo. Pemerintah Kabupaten Karo melalui dinas koperasi perindustrian dan perdagangan Kabupaten Karo
pernah memberikan bantuan berupa mesin dan peralatan bagi usaha kecil dan menengah tersebut sehingga dapat membantu kegiatan operasional Trias Tambun.
B. Lingkungan Internal 1.
Laporan keuangan
Trias Tambun memperoleh laba sekitar 1 untuk tahun 2014. Dana ini dialokasikan untuk pembiayaan kegiatan operasional, bahan baku hingga
pemeliharaan ATBM. Untuk gaji para pegawainya, Trias Tambun menggunakan dua jenis
pembayaran yakni sistem gaji bulanan untuk pegawai baru dan sistem borongan untuk pegawai yang telah mampu menenun sehingga pembayaran gaji yang
59 mereka terima sesuai dengan jumlah kain tenun tradisional Karo yang mereka
hasilkan sumber : pemilik usaha. Dana pada awalnya berasal dari Bapak Sahat Tambun selaku pemilik
usaha Trias Tambun. Seiring dengan perkembangan usaha, Trias Tambun juga mulai ditawarkan oleh pihak luar. Pendanaan dari pihak luar juga sering
ditawarkan untuk usaha ini untuk mengembangkan produksi kain tenun tradisional mereka. Hal ini didukung dengan mulai diakuinya hasil produksi kain
tenun buatan Trias Tambun di berbagai event seperti menjadi pemenang pertama dalam acara Bank SUMUT UMK EXPO 2009. Namun, tawaran ini belum dapat
dimanfaatkan seiring dengan minimnya minat calon pegawai untuk menenun kain tenun tradisional serta kemampuan SDM yang dimiliki.
2. Laporan kegiatan sumber daya manusia
Trias Tambun memiliki 22 pegawai yang membantu dalam pelaksanaan kegiatan operasional. Berikut adalah rincian pegawai pada Trias Tambun :
Tabel 4.3 Jumlah Pegawai Trias Tambun
No Bagian Kerja
Jumlah
1 Celup Benang
1 2
Gulung Benang 4
3 Penenun
15 4
Teknisi 2
Sumber : Pemilik Trias Tambun 2015
Alur kegiatan pegawai pada awal masuk ke Trias Tambun di awali pada bagian celup benang dan gulung benang. Hal ini merupakan kegiatan dasar yang
60 harus dilakukan oleh pegawai baru sebelum dilakukan pelatihan ke bagian tenun
kain. Hal ini dilakukan untuk memberi pengetahuan dasar kain tenun yakni benang yang menjadi bahan utama yang akan digunakan dalam tenun. Setelah 9-
12 bulan, pegawai akan diberikan pelatihan awal untuk menenun kain tenun tradisional Karo. Pegawai yang diterima oleh Trias Tambun rata-rata tidak pernah
menggunakan atau bahkan mengenal alat tenun sebelumnya sehingga pelatihan merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan.
Penenun yang telah menerima pelatihan pada awalnya akan diberikan tugas untuk membuat kain tenun tradisional Karo sesuai dengan pesanan
pelanggan walaupun masih untuk jenis kain tertentu dengan menggunakan ATBM biasa. Untuk pegawai yang telah menguasai ATBM biasa dapat diberikan
pelatihan kembali untuk menenun di ATBM motif. Teknisi yang dipilih adalah orang yang mengetahui seluk beluk mesin
ATBM. Hal ini disebabkan minimnya orang yang mengetahui cara pemeliharaan dan perbaikan pada ATBM. Bapak Sahat Tambun selain menjadi pemilik usaha,
beliau juga ikut serta dalam pengawasan semua kegiatan pegawai pada Trias Tambun .
3. Laporan kegiatan operasional.
Kegiatan utama dalam Trias Tambun adalah penenunan kain tenun tradisional Karo. Namun dalam memulai kegiatan operasionalnya, pewarnaan
benang merupakan kegiatan yang paling dasar untuk dilakukan. Bahan baku benang yang diperoleh oleh usaha Trias Tambun diwarnai sesuai dengan
kebutuhan penenunan dan masih menggunakan cara tradisional, yakni secara bertahap mewarnai benang sesuai dengan warna yang diinginkan dengan cara
61 mengikat bagian-bagian tertentu pada benang tersebut dan menimbulkan corak
pada benang tersebut sesuai kebutuhan benang tenun. Hal ini dilakukan setiap beberapa bulan sekali 2-3 bulan untuk menjaga pasokan benang tenun.
Proses penggulungan benang pun masih dilakukan secara tradisonal dan menggunakan tenaga pegawai, namun untuk proses pembagian gulungan benang
dalam ukuran kecil dan sedang sudah menggunakan sebuah mesin khusus. Dalam kegiatan penenunan, setiap pegawai memiliki variasi waktu dalam
penyelesaian sebuah kain tenun Karo. Hal ini disebabkan dari bervariasinya kemampuan dan keahlian dari masing-masing pegawai. Dalam sehari, seorang
pegawai dapat menghasilkan sebuah kain tenun, namun ada pula pegawai yang menghasilkan satu kain tenun dalam 2-3 hari. Kendala utama yang dihadapi
adalah ATBM yang digunakan sering mengalami kerusakan sehingga dapat menyebabkan keterlambatan penyelesaian kain tenun yang di akan diselesaikan.
Dalam jangka waktu yang akan datang pengembangan fashion merupakan salah satu alternatif bagi Trias Tambun untuk meningkatkan penjualan kain tenun
tradisional Karo. Kain tenun tradisional Karo dikombinasikan dengan gaya masa kini diharapkan mampu memperkenalkan kain tenun Karo sekaligus mampu
menjualkan produk tersebut.
4. Laporan kegiatan pemasaran.
Sasaran pemasaran kain tenun dari Trias Tambun adalah kawasan Kabanjahe saja. Pemasaran lebih berpusat di usaha penenunan Trias Tambun dan
sebuah gerai di pasar Kabanjahe. Lokasi penjualan di Trias Tambun di nilai oleh beberapa pembeli kurang strategis dan masih minimnya gerai khusus dari Trias
Tambun.
62 Pemasaran kain tenun di luar Kabanjahe mengandalkan promosi mouth to
mouth. Untuk pegawai yang bekerja di Trias Tambun dapat pula ikut dalam mempromosikan produk dari Trias Tambun. Hal ini dilihat dari hasil wawancara
dengan beberapa pegawai dimana mereka pernah ikut dalam memasarkan produk dari Trias Tambun kepada kenalan mereka. Kualitas produk yang dihasilkan oleh
Trias Tambun menjadi syarat utama usaha ini untuk dapat bersaing dengan pesaing yang datang dari dalam maupun luar daerah. Untuk memperluas wilayah
pemasarannya, Trias Tambun juga membuka kesempatan kerja sama bagi pihak yang ingin bekerja sama dengan Trias Tambun sumber : pemilik usaha.
Pembukaan gerai baru belum dapat dilaksanakan oleh pihak Trias Tambun. Hal ini disebabkan karena minimnya SDM yang dimiliki oleh Trias
Tambun serta modal yang dibutuhkan cukup besar untuk meningkatkan pangsa pasar di luar daerah.
4.3 Analisis Data
4.3.1 Strategi Bauran Pemasaran Kain Tenun Tradisional Karo Pada Trias Tambun
1. Produk
Produk yang ditawarkan oleh Trias Tambun Kabanjahe merupakan kain tenun tradisional Karo yang merupakan simbol dari masyarakat suku Karo pada
umumnya. Penggunaan ornamen Karo pada setiap kain tenun yang dihasilkan menguatkan nilai asli Karo pada produk yang dihasilkan. Keahlian dan
kemampuan pegawai saat menenun merupakan kunci utama untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Pelatihan sebagai salah satu kegiatan yang dilakukan
untuk memperkuat skill pegawai juga merupakan suatu strategi untuk
63 menghasilkan produk yang diinginkan mengingat minimnya pengetahuan awal
pegawai saat memulai menenun kain tenun tradisional Karo ini. Dengan menggunakan ATBM, Trias Tambun dapat menghasilkan produk
sesuai dengan permintaan pelanggan. Sebagai contohnya : panjang kain tenun yang dapat dihasilkan dapat disesuaikan dengan permintaan pelanggan untuk
bakal baju Uis Karo. Jaminan atas kualitas produk jelas terlihat pada proses pengerjaannya. ATBM dapat menghasilkan kain tenun dengan kerapatan benang
yang tinggi dibandingkan kain yang di tenun dengan sistem tradisional. Walaupun pengerjaannya cenderung tidak fleksibel karena ATBM bersifat
fix namun dapat dikatakan bahwa ATBM dapat dijadikan standar untuk memproduksi kain tenun Karo dengan tingkat kesalahan lebih kecil dibandingkan
teknik tradisional. Contohnya saja dapat dilihat dari pinggiran kain tenun yang dihasilkan oleh ATBM dengan kain yang ditenun secara tradisional. Pinggiran
yang dihasilkan oleh ATBM lebih rata dibandingkan kain tenun secara gedogan karena ATBM dapat di atur untuk menghasilkan kain tenun yang lebih baik lagi
terutama untuk kualitas dari kain tenun tradisional Karo ini. Hal ini merupakan strategi Trias Tambun untuk membedakan produk yang dihasilkannya dengan
produk kain tenun yang dihasilkan oleh penenun tradisional menggunakan gedogan yang cenderung tidak memperhatikan pinggiran kain tenun yang mereka
tenun. Benang merupakan hal utama dalam usaha penenunan ini. Dipilihnya
benang asal India yang cenderung halus juga merupakan suatu strategi yang diterapkan oleh Trias Tambun yang membedakannya dengan usaha penenunan
yang lain. Jarang usaha penenunan yang berhasil menenun dengan menggunakan
64 benang jenis ini dikarenakan terlalu halus dan diyakini tidak dapat digunakan
untuk menenun kain tenun. Namun, Trias Tambun mampu menenun menggunakan benang jenis ini dan menghasilkan produk yang memiliki tingkat
kerapatan benang yang cukup tinggi. Warna benang diwarnai sendiri oleh Trias Tambun sehingga menghasilkan warna dan corak yang berbeda jika dibandingkan
membeli benang dengan warna yang ada di pasaran.
2. Harga
Dengan harga yang ditawarkan dari kisaran Rp. 250.000 hingga Rp. 1.000.000 untuk setiap kain tenun yang hasilkan, harga ini cenderung di atas dari
harga kain tenun tradisional Karo yang ada di pasaran. Harga yang ditawarkan untuk setiap kain tenun asal luar daerah di pasaran berada pada kisaran Rp.
250.000 hingga Rp 500.000 untuk setiap kain tenun . Penetapan harga di atas pasar ini merupakan salah satu strategi oleh Trias
Tambun. Adanya ciri khas Karo yang mereka miliki, jaminan kualitas yang diberikan oleh Trias Tambun serta penggunaan ATBM dalam sistem penenunan
kain tenun yang dihasilkan menjadi pertimbangan yang di ambil oleh pemilik usaha untuk menetapkan harga di atas harga pasar. Biaya operasional bahan baku
benang juga dibebankan secara langsung kepada harga jual kain tenun tradisional ini sehingga tidak ada standar tertentu yang menyebabkan harga kain tenun yang
dihasilkan memiliki patokan harga yang pasti. Hal ini mengingat biaya yang dikeluarkan untuk setiap produk kain tenun yang dihasilkan berbeda satu sama
lain. Dengan menetapkan harga di atas pasar, jika terjadi kenaikan harga benang tidak terlalu menganggu Trias Tambun dalam kegiatan operasionalnya.
65
3. Distribusi
Distribusi yang dilakukan oleh Trias Tambun lebih dipusatkan dengan saluran distribusi langsung. Walaupun memiliki toko di pasar Kabanjahe, pembeli
lebih memilih untuk membeli langsung di usaha penenunan Trias Tambun dikarenakan lebih minimnya produk yang ditawarkan pada toko di pasar
Kabanjahe sehingga usaha penenunan yang lebih memiliki persedian kain tenun Karo yang mereka inginkan lebih diminati. Minimnya sarana gerai penjualan
menyebabkan pilihan distribusi secara langsung menyebabkan fokus utama pemasaran pihak Trias Tambun untuk menjualkan kain tenun yang mereka
hasilkan. Peranan pegawai yang dapat mendistribusikan kain tenun tradisional dapat
membantu walaupun kecil untuk menambah penjualan kain tenun tradisional Karo. Penambahan gerai penjualan kain tenun buatan Trias Tambun di luar
wilayah tentunya dapat memaksimalkan penjualan kain yang dapat diperoleh. Peminat kain tenun tradisional Karo ini juga mencakup masyarakat Karo yang
berada di dalam Kabupaen Karo maupun di luar Kabupaten Karo. Peminat kain tenun tradisional Karo yang berada di luar wilayah Kabupaten Karo harus
mengeluarkan biaya ekstra untuk memperoleh kain tenun yang mereka harapkan karena minimnya gerai milik Trias Tambun .
Inisiatif untuk memulai membuka gerai sendiri di luar kota sangat disarankan, mengingat luasnya penyebaran masyarakat suku Karo di wilayah
Sumatera Utara pada khususnya. Strategi untuk memperluas jangkauan pasar melalui kerja sama dengan mitra yang berada di luar kota merupakan salah satu
rencana jangka panjang Trias Tambun.
66
4. Promosi
Promosi mouth to mouth yang diterapkan oleh Trias Tambun memiliki segi positif yang dapat membantu penjualan kain tenun tradisional Karo yang mereka
miliki. Dengan memanfaatkan persepsi dan komentar dari pelanggan yang merekomendasikan produk kain tenun yang dihasikan oleh Trias Tambun, usaha
ini dapat menjalankan promosinya tanpa mengeluarkan biaya khusus untuk promosi. Kualitas produk merupakan kunci utama sistem promosi ini serta
loyalitas dari pelanggan yang pernah membeli kain tenun tradisional Karo dari Trias Tambun menjadi salah satu syarat untuk berlangsungnya promosi ini.
Promosi ini tergantung oleh pelanggan dan bagaimana presepsi mereka terhadap produk yang ditawarkan. Selain promosi mouth to mouth, Trias Tambun
memanfaatkan website yang khusus untuk menawarkan produk yang mereka hasilkan melalui internet. Namun, promosi ini dinilai kurang efektif karena
kurangnya promosi terhadap website mereka secara keseluruhan sehingga jarang masyarakat mengetahui tentang promosi via web yang dilakukan oleh Trias
Tambun. Padahal website ini juga merupakan sarana promosi yang layak digunakan untuk memperluas jangkauan pasar dan menjualkan kain tenun
tradisional serta produk asli Karo jika dapat dimanfaatkan dengan maksimal.
67
4.3.2 Tingkat Penjualan Kain Tenun Tradisional Karo Pada Trias Tambun
Data penjualan kain tenun tradisional Karo pada Trias Tambun tersaji pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Jumlah Penjualan Per Tahun
TAHUN JUMLAH PENJUALAN UNIT
2011 1477
2012 1504
2013 2050
2014 2200
Sumber : Informasi dari Pemilik Trias Tambun 2015
Penjualan kain tenun tradisional Karo pada Trias Tambun mengalami kenaikan sebesar 1 – 1,5 untuk setiap tahunnya. Kenaikan yang signifikan di
tahun 2013, disebabkan karena penambahan ATBM untuk penenunan kain tenun tradisional Karo. Penambahan ATBM dari 11 menjadi 15. Penjualan kain tenun
tahun 2013 yang cukup tinggi tidak diikuti oleh tahun 2014 yang hanya memperoleh kenaikan penjualan sekitar 1.
Melihat jumlah penjualan kain tenun per tahunnya, tabel 4.5 memperkirakan estimasi kapasitas dan tingkat penjualan yang berhasil dilakukan
oleh Trias Tambun.
68
Tabel 4.5 Estimasi Penjualan
Tahun Jumlah
ATBM UNIT
Kapasitas Produksi
UNIT Jumlah Kain Tenun
Yang Dapat Diperjualkan
UNIT Jumlah
Penjualan UNIT
Sisa UNIT
2011 11
1584 1584
1477 107
2012 11
1584 1691
1504 187
2013 15
2160 2347
2050 297
2014 15
2160 2457
2200 257
Kapasitas Produksi dengan estimasi 12 kain tenun per bulan untuk setiap ATBM
Tabel 4.5 tersebut menunjukkan kapasitas yang dapat diperoleh oleh Trias Tambun jika ATBM yang dipergunakan maksimal memproduksi kain tenun
tradisional dengan menggunakan SDM yang ada di Trias Tambun. Kelebihan produksi kain tenun yang dihasilkan biasanya berada di usaha penenunan dan
dijualkan jika ada ada pembeli yang berminat untuk membeli kain tenun tradisional ini. Jumlah penjualan ini sudah termasuk ke dalam kain tenun yang
diperjualkan di wilayah Pasar Kabanjahe. Terlihat dari tabel 4.5, kelebihan dari produksi dapat dijualkan dengan
memanfaatkan penambahan gerai baru di luar wilayah pemasaran, misalnya saja Medan agar tidak mengurangi keuntungan yang diperoleh dari produk kain tenun
tersebut. Misalnya di rata-rata kan harga jual setiap kain adalah Rp. 500.000. Maka di setiap tahun kain tenun senilai Rp 106.000.000 disimpan di usaha
penenunan dan tidak dipasarkan karena minimnya wilayah pemasaran. Kapasitas
69 ATBM yang dimiliki juga dapat dimaksimalkan dengan keahlian SDM dalam
menenun, sehingga estimasi 12 kain tenun per bulan untuk setiap ATBM dapat dicapai.
Berdasarkan tabel 4.6, dapat diperkirakan estimasi penjualan yang tidak dimanfaatkan secara optimal oleh Trias Tambun dalam periode 2011- 2014.
Tabel 4.6 Estimasi Penjualan Yang Tidak Optimal
Tahun Kapasitas Produksi
UNIT Jumlah kain
tenun yang dapat di
jual UNIT Jumlah
Penjualan UNIT
Sisa Penjualan
UNIT Selisih
UNIT Estimasi
Penjualan yang Tidak
Optimal
2011 1584
1584 1477
107 -
- 2012
1584 1691
1504 187
80 5
2013 2160
2347 2050
297 110
5 2014
2160 2457
2200 257
40 1
Rata rata 2,75
Keterangan :
Sisa Penjualan = Jumlah kain tenun yang dapat di jual UNIT –
Jumlah Penjualan Selisih
= Jumlah sisa tahun
n
– Jumlah sisa tahun
n-1
Estimasi Penjualan Yang tidak optimal =
������ ℎ ��������� ��������
x 100 Rata-rata
=
����� ℎ �������� ��������� ���� ����� ������� �
70 Untuk rata- rata , n = 4
Berdasarkan tabel 4.6, potensi penjualan yang dimiliki oleh Trias Tambun yang tidak optimal memiliki nilai rata-rata 2,75 dalam kurun waktu 2011 –
2014. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kenaikan penjualan yang dimiliki oleh Trias Tambun sebesar 1-1,5 ini dapat ditingkatkan dengan
memanfaatkan estimasi penjualan yang tidak optimal yang dimiliki oleh Trias Tambun untuk setiap tahunnya.
4.3.3 Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal 4.3.3.1 Analisis EFAS
Analisis EFAS berfungsi untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh Trias Tambun dalam penerapan bauran pemasaran untuk
meningkatkan penjualan kain tenun tradisional Karo. Berdasarkan data yang diperoleh dari lingkungan eksternal Trias Tambun
serta wawancara dengan informan penelitian, peluang serta ancaman yang akan dihadapi oleh Trias Tambun disajikan dalam tabel 4.7.
Tabel 4.7 Identifikasi Peluang dan Ancaman
Peluang Ancaman
1 Membuka jaringan di luar
Kabanjahe 1
Produk kain tenun Karo dari Samosirluar daerah.
2 Tingginya minat masyarakat
terhadap kain tenun khas Karo yang berkualitas.
2 Persaingan dengan harga kain
tenun asal Samosir
71 3
Penggunaan Media Sosial untuk menjual kain tenun Tradisional
Karo 3
Harga bahan baku benang tergantung terhadap nilai impor
benang dari India 4.
Kain tenun tradisional karo dapat dijadikan fashion
4. Keadaan ekonomi masyarakat
yang tidak stabil. 5
Bantuan Dana dari pihak Luar 5
Minimnya pengetahuan masyarakat terutama generasi
muda terhadap produk kain tenun yang
diproduksi oleh Trias Tambun.
6 Adanya Bantuan Pelatihan dan
peralatan dari pihak Pemerintah Kabupaten Karo
6 Meningkatnya persaingan antar
usaha penenunan yang telah menggunakan ATBM
Sumber : Hasil Pengumpulan Data Penelitian dan Wawancara 2015
Penentuan bobot dan rating diperoleh dari wawancara dari informan
penelitian, observasi, serta data yang diperoleh selama penelitian.
Dari data dari tabel 4.7, data kemudian disajikan ke dalam Matriks EFAS pada tabel 4.8.
72
Tabel 4.8 EFAS
Faktor-Faktor Strategi Eksternal
BOBOT Rating Bobot X
Rating Komentar
Peluang : 1.
Membuka jaringan di luar Kabanjahe.
2. Tingginya minat
masyarakat terhadap kain tenun
khas Karo yang berkualitas.
3. Penggunaan Media
Sosial untuk menjual kain tenun
Tradisional Karo. 4.
Kain tenun tradisional karo
dapat dijadikan fashion.
5. Bantuan Dana dari
pihak Luar.
0,1
0,05
0,15
0,1
0,05 3
3
4
4
3 0,3
0,15
0,6
0,4
0,15
1. Diperkuat dengan SDM
2. Adanya ATBM dapat
menghasilkan produk yang lebih baik
dibandingkan dengan
gedogan.
3. Kurang
dimaksimalkannya media sosial untuk
promosi.
4. Inovasi produk sesuai
dengan perkembangan minat masa kini.
5. Tingginya peluang
bantuan dana untuk pengembangan usaha.
73 6.
Adanya Bantuan Pelatihan dan
peralatan dari pihak Pemerintah
Kabupaten Karo
0,1 3
0,3 6.
Diadakan secara berkala oleh
pemerintah Kabupaten Karo untuk usaha.
SUB TOTAL 0,55
1,9
Ancaman : 1.
Produk kain tenun Karo dari
Samosirluar daerah.
2. Persaingan dengan
harga kain tenun asal Samosir.
3. Harga bahan baku
benang tergantung terhadap nilai
impor benang dari India.
4. Keadaan ekonomi
masyarakat yang tidak stabil.
5. Minimnya
pengetahuan
0,05
0,05
0,15
0,1
0,05 2
2
1
2
2 0,1
0,1
0,15
0,2
0,1
1. Kesamaan fungsi
sebagai kain adat Karo.
2. Harga yang ditawarkan
lebih murah.
3. Alternatif benang lokal
lebih mahal dibanding benang yang diimpor.
4. Bencana Gunung
Sinabung.
5. Kurangnya promosi ke
kalangan anak muda.
74 masyarakat
terutama generasi muda terhadap
produk kain tenun yang diproduksi
oleh Trias Tambun. 6.
Meningkatnya persaingan antar
usaha penenunan
yang telah menggunakan
ATBM. 0,05
2 0,1
6. Pesaing baru dengan
sarana operasional yang sama.
SUB TOTAL 0,45
0,75
TOTAL 1,00
2,65
Sumber : Pengolahan Data Eksternal 2015 Keterangan :
a. Pembobotan berdasarkan penilaian EFAS
Penentuan Bobot
0,0 – 0,05 =
Berpengaruh Kecil 0,06 – 0,1
= Berpengaruh sedang
0,11 – 0,15 =
Berpengaruh Besar 0,15
= Berpengaruh sangat besar
b. Rating dinilai dengan rincian