53
4.2.2 Tingkat Penjualan Kain Tenun Tradisional Karo Pada Trias Tambun
Tingkat penjualan kain tenun pada Trias Tambun mengalami kenaikan setiap tahunnya. Hal ini dilihat dari tabel 4.2, dimana penjualan terjadi cukup
signifikan pada tahun 2013.
Tabel 4.2 Jumlah Penjualan Per Tahun
TAHUN JUMLAH PENJUALAN UNIT
2011 1477
2012 1504
2013 2050
2014 2200
Sumber : Informasi dari Pemilik Trias Tambun 2015
Tahun 2011, ATBM yang dimiliki oleh Trias Tambun adalah 11 ATBM dan tingkat penjualan yang diperoleh di tahun 2011 adalah 1477 kain tenun.
Jumlah ATBM ini masih bertahan hingga tahun 2012 dengan jumlah penjualan naik menjadi 1504 kain tenun. Penambahan ATBM dilakukan pada tahun 2013
dengan menambahkan 4 ATBM sehingga ATBM yang dimiliki oleh usaha Trias Tambun menjadi 15 ATBM dan menaikkan penjualan kain tenun menjadi 2050.
Tahun 2014, dengan 15 ATBM yang dimiliki, Trias Tambun memiliki tingkat penjualan 2200 kain tenun. Kapasitas kain tenun yang dapat dihasilkan untuk
setiap ATBM adalah 12 kain per bulannya. Berdasarkan wawancara dengan pemilik usaha dan pembeli kain tenun tradisional Karo pada Trias Tambun,
produk yang paling sering dibeli adalah Beka Buluh dan Uis Nipes.
54 Harga yang ditawarkan untuk setiap kain tenun yang dijual adalah Rp
250.000 hingga Rp 1.000.000. Setiap kain tenun yang dijual memiliki variasi harga yang berbeda dengan pertimbangan lama pengerjaan dan tingkat kesulitan
kain tenun yang dihasilkan.
4.2.3 Data Lingkungan Eksternal Dan Lingkungan Internal
Lingkungan Eksternal dan Internal dapat mempengaruhi penerapan bauran pemasaran dalam meningkatkan penjualan kain tenun tradisional Karo pada Trias
Tambun. Dari faktor lingkungan eksternal dan internal dapat dirumuskan strategi bauran pemasaran yang dapat digunakan dalam meningkatkan penjualan kain
tenun tradisional.
A. Lingkungan Eksternal
1. Keadaan Pasar
Secara garis besar klasifikasi industri di Kabupaten Karo adalah industri kecil dan menengah, hanya ada beberapa industri besar yang terdapat di daerah
ini. Pada umumnya industri yang ada berhubungan dengan pertanian seperti pandai besi, keranjang jeruk, pompa semprot, pupuk organik, pestisida dan lain
sebagainya . Pada umumnya permasalahan yang dihadapi oleh IKM Industri Kecil Menengah di Kabupaten Karo adalah masalah permodalan, namun
terkadang ada beberapa hal yang seolah terlupakan oleh para pelaku IKM di dalam memajukan usahanya , seperti peningkatan mutu produk, mutu pelayanan
konsumen, dan lain sebagainya. Di samping itu adanya serbuan produk sejenis dari luar daerah bahkan dari luar negeri membuat IKM ini sepertinya menjadi
55 tidak mampu berkembang sumber : dinas koperasi perindustrian dan
perdagangan Kabupaten Karo . Tingginya keinginan masyarakat untuk memperoleh produk yang
berkualitas , dan memiliki ciri khas dari produk yang lain dapat menjadi peluang bagi Trias Tambun untuk meningkatkan penjualan kain tenun yang diproduksinya.
Pembeli rela mengeluarkan biaya lebih untuk mendapatkan produk yang berkualitas. Melihat tingginya penggunaan media sosial pada kalangan anak
muda, Trias Tambun dapat menjadikan media sosial sebagai alternatif dalam memasarkan kain tenun tradisional Karo.
Daerah Kabupaten Karo saat ini masih mengalami penurunan pendapatan dikarenakan bencana gunung Sinabung. Sebagian besar mata pencaharian
penduduk adalah bertani dan bergantung kepada alam. Minat beli masyarakat di wilayah bencana kurang untuk membeli kain tenun baru dan lebih selektif untuk
mengeluarkan uang untuk kebutuhan hidup .
2. Data Kompetitor
Persaingan penjualan kain tenun tradisional Karo untuk wilayah Kabupaten Karo secara umumnya didominasi dengan persaingan dengan pesaing
di luar Kabupaten Karo. Hal ini disebabkan dengan maraknya perdagangan kain tenun tradisional Karo yang berasal dari Samosir dan masih banyak peminatnya di
wilayah ini. Walaupun di tenun dan berasal dari luar Kabupaten Karo, harga yang
ditawarkan cukup bervariasi sehingga menarik minat pembeli untuk membeli kain ini. Mulai dari harga Rp. 250.000 hingga Rp 500.000, pembeli sudah memperoleh
kain tenun yang dapat mereka gunakan dalam acara adat maupun acara yang
56 formal. Kesamaan fungsi kain tenun tradisional Karo sebagai kain adat tidak
membedakan mana yang berasal dari suku asli Karo ataupun kain tenun yang tidak mencerminkan ciri khas Karo.
Persaingan antar penjualan tenun Karo di dalam wilayah kabupaten Karo sendiri diwarnai dengan persaingan antara penenun tradisional dan Trias Tambun.
Penenun tradisional masih mendapat tempat di masyarakat mengingat kain tenun tradisional Karo pada asalnya adalah kain yang ditenun secara langsung melalui
gedogan dan dianggap memiliki nilai tersendiri untuk kain tersebut. Persaingan usaha tenun di wilayah Kabanjahe semakin berkembang dengan dibukanya salah
satu pesaing dari Trias Tambun yang telah menggunakan mesin ATBM dalam mengoperasikan kegiatannya dan memproduksi kain tenun tradisional Karo
sejenis .
3. Data Komunitas
Trias Tambun memasarkan produk kain tenunnya di wilayah Kabanjahe sekitar. Masyarakat di sekitar penenunan bahkan di luar wilayah penenunan yang
mengenal produk Trias Tambun lebih menyukai langsung membeli ke usaha penenunan Trias Tambun dibandingkan ke wilayah pasar Kabanjahe karena
dinilai lebih efektif. Minat masyarakat rata-rata pada uis nipes dan beka buluh karena masih sering digunakan untuk menghadiri pesta atau acara adat.
Penyebaran produk kain tenun tradisional Karo oleh Trias Tambun terdapat pada Jalan Sudirman no 65 Kabanjahe dan Pasar Kabanjahe. Masyarakat
di luar wilayah ini pada umumnya kurang mengetahui bahwa produk kain tenun yang mereka beli di pasar berasal dari Trias Tambun. Dengan kata lain
57 masyarakat di luar wilayah penenunan cenderung hanya membeli produk tanpa
mengetahui asal dari produk tersebut. Kalangan anak muda kurang mengetahui usaha penenunan Trias Tambun,
produk yang dihasilkan serta inovasi yang dilakukan oleh Trias Tambun dalam melestarikan budaya asli Karo.
4. Data Pemasok
Sebagai usaha yang bergerak di bidang penenunan kain, usaha Trias Tambun sangat bergantung terhadap bahan baku usaha yang akan mereka
gunakan untuk kegiatan operasional. Bahan baku utama yang dibutuhkan oleh usaha ini adalah benang. Kriteria benang yang digunakan oleh usaha ini memiliki
kriteria yang lebih halus dibandingkan dengan benang yang biasa digunakan oleh usaha penenunan kain umumnya 802. Trias Tambun menggunakan bahan
baku benang yang diimpor langsung dari India. Benang yang di impor dari India ini diperoleh dari Surabaya sebagai
tempat pembelian benang tersebut. Benang yang dipilih dari India ini didasari dengan pertimbangan benang berasal dari India ini lebih bagus dan memenuhi
kriteria benang yang diinginkan oleh Trias Tambun. Benang lokal tidak menjadi pilihan utama karena harga yang ditawarkan untuk benang ini cenderung lebih
mahal dengan kualitas yang hampir sama dengan benang impor asal India ini. Kenaikan harga benang yang di impor dari India otomatis akan mempengaruhi
keberlangsungan kegiatan operasional usaha.
5. Peranan Pemerintah
Kabupaten Karo merupakan sebuah kabupaten yang memiliki daya tarik wisata yang cukup tinggi. Hal ini juga didukung dengan masih terpeliharanya
58 budaya asli Karo oleh masyarakatnya. Pemerintah Kabupaten Karo pada dasarnya
mendukung setiap usaha yang mendedikasikan kegiatannya untuk kebudayaan asli Karo. Upaya pemerintah terlihat dari beberapa kerja sama dengan pihak provinsi
Sumatera Utara maupun nasional untuk memperkenalkan budaya asli Karo ini. Untuk usaha penenunan kain tenun Trias Tambun, pemerintah Kabupaten Karo
mengadakan pameran di luar Kabupaten Karo untuk memperkenalkan kain tenun tradisional asli Karo ini. Selain itu, bagian perindustrian Kabupaten Karo yang
menaungi usaha kecil dan menengah di Kabupaten Karo juga telah melakukan kegiatan pelatihan serta wirausaha untuk usaha- usaha tersebut. sumber : dinas
koperasi perindustrian dan perdagangan Kabupaten Karo. Trias Tambun merupakan salah satu contoh dari hasil pelatihan dinas
koperasi perindustrian dan perdagangan Kabupaten Karo. Pemerintah Kabupaten Karo melalui dinas koperasi perindustrian dan perdagangan Kabupaten Karo
pernah memberikan bantuan berupa mesin dan peralatan bagi usaha kecil dan menengah tersebut sehingga dapat membantu kegiatan operasional Trias Tambun.
B. Lingkungan Internal 1.
Laporan keuangan
Trias Tambun memperoleh laba sekitar 1 untuk tahun 2014. Dana ini dialokasikan untuk pembiayaan kegiatan operasional, bahan baku hingga
pemeliharaan ATBM. Untuk gaji para pegawainya, Trias Tambun menggunakan dua jenis
pembayaran yakni sistem gaji bulanan untuk pegawai baru dan sistem borongan untuk pegawai yang telah mampu menenun sehingga pembayaran gaji yang
59 mereka terima sesuai dengan jumlah kain tenun tradisional Karo yang mereka
hasilkan sumber : pemilik usaha. Dana pada awalnya berasal dari Bapak Sahat Tambun selaku pemilik
usaha Trias Tambun. Seiring dengan perkembangan usaha, Trias Tambun juga mulai ditawarkan oleh pihak luar. Pendanaan dari pihak luar juga sering
ditawarkan untuk usaha ini untuk mengembangkan produksi kain tenun tradisional mereka. Hal ini didukung dengan mulai diakuinya hasil produksi kain
tenun buatan Trias Tambun di berbagai event seperti menjadi pemenang pertama dalam acara Bank SUMUT UMK EXPO 2009. Namun, tawaran ini belum dapat
dimanfaatkan seiring dengan minimnya minat calon pegawai untuk menenun kain tenun tradisional serta kemampuan SDM yang dimiliki.
2. Laporan kegiatan sumber daya manusia
Trias Tambun memiliki 22 pegawai yang membantu dalam pelaksanaan kegiatan operasional. Berikut adalah rincian pegawai pada Trias Tambun :
Tabel 4.3 Jumlah Pegawai Trias Tambun
No Bagian Kerja
Jumlah
1 Celup Benang
1 2
Gulung Benang 4
3 Penenun
15 4
Teknisi 2
Sumber : Pemilik Trias Tambun 2015
Alur kegiatan pegawai pada awal masuk ke Trias Tambun di awali pada bagian celup benang dan gulung benang. Hal ini merupakan kegiatan dasar yang
60 harus dilakukan oleh pegawai baru sebelum dilakukan pelatihan ke bagian tenun
kain. Hal ini dilakukan untuk memberi pengetahuan dasar kain tenun yakni benang yang menjadi bahan utama yang akan digunakan dalam tenun. Setelah 9-
12 bulan, pegawai akan diberikan pelatihan awal untuk menenun kain tenun tradisional Karo. Pegawai yang diterima oleh Trias Tambun rata-rata tidak pernah
menggunakan atau bahkan mengenal alat tenun sebelumnya sehingga pelatihan merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan.
Penenun yang telah menerima pelatihan pada awalnya akan diberikan tugas untuk membuat kain tenun tradisional Karo sesuai dengan pesanan
pelanggan walaupun masih untuk jenis kain tertentu dengan menggunakan ATBM biasa. Untuk pegawai yang telah menguasai ATBM biasa dapat diberikan
pelatihan kembali untuk menenun di ATBM motif. Teknisi yang dipilih adalah orang yang mengetahui seluk beluk mesin
ATBM. Hal ini disebabkan minimnya orang yang mengetahui cara pemeliharaan dan perbaikan pada ATBM. Bapak Sahat Tambun selain menjadi pemilik usaha,
beliau juga ikut serta dalam pengawasan semua kegiatan pegawai pada Trias Tambun .
3. Laporan kegiatan operasional.
Kegiatan utama dalam Trias Tambun adalah penenunan kain tenun tradisional Karo. Namun dalam memulai kegiatan operasionalnya, pewarnaan
benang merupakan kegiatan yang paling dasar untuk dilakukan. Bahan baku benang yang diperoleh oleh usaha Trias Tambun diwarnai sesuai dengan
kebutuhan penenunan dan masih menggunakan cara tradisional, yakni secara bertahap mewarnai benang sesuai dengan warna yang diinginkan dengan cara
61 mengikat bagian-bagian tertentu pada benang tersebut dan menimbulkan corak
pada benang tersebut sesuai kebutuhan benang tenun. Hal ini dilakukan setiap beberapa bulan sekali 2-3 bulan untuk menjaga pasokan benang tenun.
Proses penggulungan benang pun masih dilakukan secara tradisonal dan menggunakan tenaga pegawai, namun untuk proses pembagian gulungan benang
dalam ukuran kecil dan sedang sudah menggunakan sebuah mesin khusus. Dalam kegiatan penenunan, setiap pegawai memiliki variasi waktu dalam
penyelesaian sebuah kain tenun Karo. Hal ini disebabkan dari bervariasinya kemampuan dan keahlian dari masing-masing pegawai. Dalam sehari, seorang
pegawai dapat menghasilkan sebuah kain tenun, namun ada pula pegawai yang menghasilkan satu kain tenun dalam 2-3 hari. Kendala utama yang dihadapi
adalah ATBM yang digunakan sering mengalami kerusakan sehingga dapat menyebabkan keterlambatan penyelesaian kain tenun yang di akan diselesaikan.
Dalam jangka waktu yang akan datang pengembangan fashion merupakan salah satu alternatif bagi Trias Tambun untuk meningkatkan penjualan kain tenun
tradisional Karo. Kain tenun tradisional Karo dikombinasikan dengan gaya masa kini diharapkan mampu memperkenalkan kain tenun Karo sekaligus mampu
menjualkan produk tersebut.
4. Laporan kegiatan pemasaran.
Sasaran pemasaran kain tenun dari Trias Tambun adalah kawasan Kabanjahe saja. Pemasaran lebih berpusat di usaha penenunan Trias Tambun dan
sebuah gerai di pasar Kabanjahe. Lokasi penjualan di Trias Tambun di nilai oleh beberapa pembeli kurang strategis dan masih minimnya gerai khusus dari Trias
Tambun.
62 Pemasaran kain tenun di luar Kabanjahe mengandalkan promosi mouth to
mouth. Untuk pegawai yang bekerja di Trias Tambun dapat pula ikut dalam mempromosikan produk dari Trias Tambun. Hal ini dilihat dari hasil wawancara
dengan beberapa pegawai dimana mereka pernah ikut dalam memasarkan produk dari Trias Tambun kepada kenalan mereka. Kualitas produk yang dihasilkan oleh
Trias Tambun menjadi syarat utama usaha ini untuk dapat bersaing dengan pesaing yang datang dari dalam maupun luar daerah. Untuk memperluas wilayah
pemasarannya, Trias Tambun juga membuka kesempatan kerja sama bagi pihak yang ingin bekerja sama dengan Trias Tambun sumber : pemilik usaha.
Pembukaan gerai baru belum dapat dilaksanakan oleh pihak Trias Tambun. Hal ini disebabkan karena minimnya SDM yang dimiliki oleh Trias
Tambun serta modal yang dibutuhkan cukup besar untuk meningkatkan pangsa pasar di luar daerah.
4.3 Analisis Data
4.3.1 Strategi Bauran Pemasaran Kain Tenun Tradisional Karo Pada Trias Tambun
1. Produk
Produk yang ditawarkan oleh Trias Tambun Kabanjahe merupakan kain tenun tradisional Karo yang merupakan simbol dari masyarakat suku Karo pada
umumnya. Penggunaan ornamen Karo pada setiap kain tenun yang dihasilkan menguatkan nilai asli Karo pada produk yang dihasilkan. Keahlian dan
kemampuan pegawai saat menenun merupakan kunci utama untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Pelatihan sebagai salah satu kegiatan yang dilakukan
untuk memperkuat skill pegawai juga merupakan suatu strategi untuk
63 menghasilkan produk yang diinginkan mengingat minimnya pengetahuan awal
pegawai saat memulai menenun kain tenun tradisional Karo ini. Dengan menggunakan ATBM, Trias Tambun dapat menghasilkan produk
sesuai dengan permintaan pelanggan. Sebagai contohnya : panjang kain tenun yang dapat dihasilkan dapat disesuaikan dengan permintaan pelanggan untuk
bakal baju Uis Karo. Jaminan atas kualitas produk jelas terlihat pada proses pengerjaannya. ATBM dapat menghasilkan kain tenun dengan kerapatan benang
yang tinggi dibandingkan kain yang di tenun dengan sistem tradisional. Walaupun pengerjaannya cenderung tidak fleksibel karena ATBM bersifat
fix namun dapat dikatakan bahwa ATBM dapat dijadikan standar untuk memproduksi kain tenun Karo dengan tingkat kesalahan lebih kecil dibandingkan
teknik tradisional. Contohnya saja dapat dilihat dari pinggiran kain tenun yang dihasilkan oleh ATBM dengan kain yang ditenun secara tradisional. Pinggiran
yang dihasilkan oleh ATBM lebih rata dibandingkan kain tenun secara gedogan karena ATBM dapat di atur untuk menghasilkan kain tenun yang lebih baik lagi
terutama untuk kualitas dari kain tenun tradisional Karo ini. Hal ini merupakan strategi Trias Tambun untuk membedakan produk yang dihasilkannya dengan
produk kain tenun yang dihasilkan oleh penenun tradisional menggunakan gedogan yang cenderung tidak memperhatikan pinggiran kain tenun yang mereka
tenun. Benang merupakan hal utama dalam usaha penenunan ini. Dipilihnya
benang asal India yang cenderung halus juga merupakan suatu strategi yang diterapkan oleh Trias Tambun yang membedakannya dengan usaha penenunan
yang lain. Jarang usaha penenunan yang berhasil menenun dengan menggunakan
64 benang jenis ini dikarenakan terlalu halus dan diyakini tidak dapat digunakan
untuk menenun kain tenun. Namun, Trias Tambun mampu menenun menggunakan benang jenis ini dan menghasilkan produk yang memiliki tingkat
kerapatan benang yang cukup tinggi. Warna benang diwarnai sendiri oleh Trias Tambun sehingga menghasilkan warna dan corak yang berbeda jika dibandingkan
membeli benang dengan warna yang ada di pasaran.
2. Harga
Dengan harga yang ditawarkan dari kisaran Rp. 250.000 hingga Rp. 1.000.000 untuk setiap kain tenun yang hasilkan, harga ini cenderung di atas dari
harga kain tenun tradisional Karo yang ada di pasaran. Harga yang ditawarkan untuk setiap kain tenun asal luar daerah di pasaran berada pada kisaran Rp.
250.000 hingga Rp 500.000 untuk setiap kain tenun . Penetapan harga di atas pasar ini merupakan salah satu strategi oleh Trias
Tambun. Adanya ciri khas Karo yang mereka miliki, jaminan kualitas yang diberikan oleh Trias Tambun serta penggunaan ATBM dalam sistem penenunan
kain tenun yang dihasilkan menjadi pertimbangan yang di ambil oleh pemilik usaha untuk menetapkan harga di atas harga pasar. Biaya operasional bahan baku
benang juga dibebankan secara langsung kepada harga jual kain tenun tradisional ini sehingga tidak ada standar tertentu yang menyebabkan harga kain tenun yang
dihasilkan memiliki patokan harga yang pasti. Hal ini mengingat biaya yang dikeluarkan untuk setiap produk kain tenun yang dihasilkan berbeda satu sama
lain. Dengan menetapkan harga di atas pasar, jika terjadi kenaikan harga benang tidak terlalu menganggu Trias Tambun dalam kegiatan operasionalnya.
65
3. Distribusi
Distribusi yang dilakukan oleh Trias Tambun lebih dipusatkan dengan saluran distribusi langsung. Walaupun memiliki toko di pasar Kabanjahe, pembeli
lebih memilih untuk membeli langsung di usaha penenunan Trias Tambun dikarenakan lebih minimnya produk yang ditawarkan pada toko di pasar
Kabanjahe sehingga usaha penenunan yang lebih memiliki persedian kain tenun Karo yang mereka inginkan lebih diminati. Minimnya sarana gerai penjualan
menyebabkan pilihan distribusi secara langsung menyebabkan fokus utama pemasaran pihak Trias Tambun untuk menjualkan kain tenun yang mereka
hasilkan. Peranan pegawai yang dapat mendistribusikan kain tenun tradisional dapat
membantu walaupun kecil untuk menambah penjualan kain tenun tradisional Karo. Penambahan gerai penjualan kain tenun buatan Trias Tambun di luar
wilayah tentunya dapat memaksimalkan penjualan kain yang dapat diperoleh. Peminat kain tenun tradisional Karo ini juga mencakup masyarakat Karo yang
berada di dalam Kabupaen Karo maupun di luar Kabupaten Karo. Peminat kain tenun tradisional Karo yang berada di luar wilayah Kabupaten Karo harus
mengeluarkan biaya ekstra untuk memperoleh kain tenun yang mereka harapkan karena minimnya gerai milik Trias Tambun .
Inisiatif untuk memulai membuka gerai sendiri di luar kota sangat disarankan, mengingat luasnya penyebaran masyarakat suku Karo di wilayah
Sumatera Utara pada khususnya. Strategi untuk memperluas jangkauan pasar melalui kerja sama dengan mitra yang berada di luar kota merupakan salah satu
rencana jangka panjang Trias Tambun.
66
4. Promosi
Promosi mouth to mouth yang diterapkan oleh Trias Tambun memiliki segi positif yang dapat membantu penjualan kain tenun tradisional Karo yang mereka
miliki. Dengan memanfaatkan persepsi dan komentar dari pelanggan yang merekomendasikan produk kain tenun yang dihasikan oleh Trias Tambun, usaha
ini dapat menjalankan promosinya tanpa mengeluarkan biaya khusus untuk promosi. Kualitas produk merupakan kunci utama sistem promosi ini serta
loyalitas dari pelanggan yang pernah membeli kain tenun tradisional Karo dari Trias Tambun menjadi salah satu syarat untuk berlangsungnya promosi ini.
Promosi ini tergantung oleh pelanggan dan bagaimana presepsi mereka terhadap produk yang ditawarkan. Selain promosi mouth to mouth, Trias Tambun
memanfaatkan website yang khusus untuk menawarkan produk yang mereka hasilkan melalui internet. Namun, promosi ini dinilai kurang efektif karena
kurangnya promosi terhadap website mereka secara keseluruhan sehingga jarang masyarakat mengetahui tentang promosi via web yang dilakukan oleh Trias
Tambun. Padahal website ini juga merupakan sarana promosi yang layak digunakan untuk memperluas jangkauan pasar dan menjualkan kain tenun
tradisional serta produk asli Karo jika dapat dimanfaatkan dengan maksimal.
67
4.3.2 Tingkat Penjualan Kain Tenun Tradisional Karo Pada Trias Tambun
Data penjualan kain tenun tradisional Karo pada Trias Tambun tersaji pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Jumlah Penjualan Per Tahun
TAHUN JUMLAH PENJUALAN UNIT
2011 1477
2012 1504
2013 2050
2014 2200
Sumber : Informasi dari Pemilik Trias Tambun 2015
Penjualan kain tenun tradisional Karo pada Trias Tambun mengalami kenaikan sebesar 1 – 1,5 untuk setiap tahunnya. Kenaikan yang signifikan di
tahun 2013, disebabkan karena penambahan ATBM untuk penenunan kain tenun tradisional Karo. Penambahan ATBM dari 11 menjadi 15. Penjualan kain tenun
tahun 2013 yang cukup tinggi tidak diikuti oleh tahun 2014 yang hanya memperoleh kenaikan penjualan sekitar 1.
Melihat jumlah penjualan kain tenun per tahunnya, tabel 4.5 memperkirakan estimasi kapasitas dan tingkat penjualan yang berhasil dilakukan
oleh Trias Tambun.
68
Tabel 4.5 Estimasi Penjualan
Tahun Jumlah
ATBM UNIT
Kapasitas Produksi
UNIT Jumlah Kain Tenun
Yang Dapat Diperjualkan
UNIT Jumlah
Penjualan UNIT
Sisa UNIT
2011 11
1584 1584
1477 107
2012 11
1584 1691
1504 187
2013 15
2160 2347
2050 297
2014 15
2160 2457
2200 257
Kapasitas Produksi dengan estimasi 12 kain tenun per bulan untuk setiap ATBM
Tabel 4.5 tersebut menunjukkan kapasitas yang dapat diperoleh oleh Trias Tambun jika ATBM yang dipergunakan maksimal memproduksi kain tenun
tradisional dengan menggunakan SDM yang ada di Trias Tambun. Kelebihan produksi kain tenun yang dihasilkan biasanya berada di usaha penenunan dan
dijualkan jika ada ada pembeli yang berminat untuk membeli kain tenun tradisional ini. Jumlah penjualan ini sudah termasuk ke dalam kain tenun yang
diperjualkan di wilayah Pasar Kabanjahe. Terlihat dari tabel 4.5, kelebihan dari produksi dapat dijualkan dengan
memanfaatkan penambahan gerai baru di luar wilayah pemasaran, misalnya saja Medan agar tidak mengurangi keuntungan yang diperoleh dari produk kain tenun
tersebut. Misalnya di rata-rata kan harga jual setiap kain adalah Rp. 500.000. Maka di setiap tahun kain tenun senilai Rp 106.000.000 disimpan di usaha
penenunan dan tidak dipasarkan karena minimnya wilayah pemasaran. Kapasitas
69 ATBM yang dimiliki juga dapat dimaksimalkan dengan keahlian SDM dalam
menenun, sehingga estimasi 12 kain tenun per bulan untuk setiap ATBM dapat dicapai.
Berdasarkan tabel 4.6, dapat diperkirakan estimasi penjualan yang tidak dimanfaatkan secara optimal oleh Trias Tambun dalam periode 2011- 2014.
Tabel 4.6 Estimasi Penjualan Yang Tidak Optimal
Tahun Kapasitas Produksi
UNIT Jumlah kain
tenun yang dapat di
jual UNIT Jumlah
Penjualan UNIT
Sisa Penjualan
UNIT Selisih
UNIT Estimasi
Penjualan yang Tidak
Optimal
2011 1584
1584 1477
107 -
- 2012
1584 1691
1504 187
80 5
2013 2160
2347 2050
297 110
5 2014
2160 2457
2200 257
40 1
Rata rata 2,75
Keterangan :
Sisa Penjualan = Jumlah kain tenun yang dapat di jual UNIT –
Jumlah Penjualan Selisih
= Jumlah sisa tahun
n
– Jumlah sisa tahun
n-1
Estimasi Penjualan Yang tidak optimal =
������ ℎ ��������� ��������
x 100 Rata-rata
=
����� ℎ �������� ��������� ���� ����� ������� �
70 Untuk rata- rata , n = 4
Berdasarkan tabel 4.6, potensi penjualan yang dimiliki oleh Trias Tambun yang tidak optimal memiliki nilai rata-rata 2,75 dalam kurun waktu 2011 –
2014. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kenaikan penjualan yang dimiliki oleh Trias Tambun sebesar 1-1,5 ini dapat ditingkatkan dengan
memanfaatkan estimasi penjualan yang tidak optimal yang dimiliki oleh Trias Tambun untuk setiap tahunnya.
4.3.3 Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal 4.3.3.1 Analisis EFAS