Kain Tenun KERANGKA TEORI

26 konsumen,apakah barang tersebut menggunakan perantara atau tidak. Hal ini berkaitan dengan jangkauan pasar yang dapat diperluas oleh Trias Tambun terutama dalam pemasaran produk kain tenun yang mereka hasilkan. Dengan menggunakan strategi bauran pemasaran, pemilik usaha dapat mempertimbangkan faktor produk, harga, promosi, serta distribusi yang dapat mempengaruhi penjualan produknya tersebut. Dengan melihat potensi yang ada di dalam usahanya tersebut, strategi bauran pemasaran jika digunakan dengan efektif dan efisien dapat meningkatkan penjualan dari produk yang mereka hasilkan.

2.6 Kain Tenun

Tekstil tradisional Indonesia merupakan gubahan seni yang mewakili daerah melalui tampilan ragam hiasnya. Dari motif-motif etnik yang ditampilkannya, terungkap latar belakang kebudayaan dan lingkungan tempat tekstil tersebut berasal serta fenomena tersebut merupakan kekayaankekhasan dari testil klasik etnik Sandang atau tekstil merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain pangan dan papan. Untuk memenuhi kebutuhan pakaian diperlukan produksi kain fungsional yang nyaman dipakai dan menampilkan nilai seni. Jenis kain yang ada yang menggunakan teknik mesin dan alat tenun bukan mesin ATBM. Tenun merupakan teknik dalam pembuatan kain yang dibuat dengan prinsip yang sederhana, yaitu dengan menggabungkan benang secara memanjang dan melintang. Dengan kata lain bersilangnya antara benang lusi dan pakan secara bergantian. Kain tenun biasanya terbuat dari serat kayu, kapas, sutra, dan lainnya. 27 Seni tenun berkaitan erat dengan sistem pengetahuan, budaya, kepercayaan, lingkungan alam, dan sistem organisasi sosial dalam masyarakat. Karena kultur sosial dalam masyarakat beragam, maka seni tenun pada masing- masing daerah memiliki perbedaan. Oleh sebab itu, seni tenun dalam masyarakat selalu bersifat partikular atau memiliki ciri khas, dan merupakan bagian dari representasi budaya masyarakat tersebut. Kualitas tenunan biasanya dilihat dari mutu bahan, keindahan tata warna, motif, dan ragi hiasannya. Kain adat tradisional Karo Uis Adat Karo merupakan pakaian adat yang digunakan dalam kegiatan budaya suku Karo maupun dalam kehidupan sehari- hari. Uis Karo memiliki warna dan motif yang berhubungan dengan penggunaannya atau dengan pelaksanaan kegiatan budaya. Pada umumnya Uis Adat Karo dibuat dari bahan kapas, dipintal dan ditenun secara manual dan menggunakan zat pewarna alami tidak menggunakan bahan kimia pabrikan. Namun ada juga beberapa diantaranya menggunakan bahan kain pabrikan yang dicelup diwarnai dengan pewarna alami dan dijadikan kain adat Karo. Uis dipergunakan untuk pakaian sehari-hari dan pakaian pada upacara- upacara adat. Seperti pada pesta perkawinan, pesta kesenian, upacara kematian dan lain-lain. Uis Karo memiliki berbagai jenis warna,corak dan kegunaan. Menurut Tarigan 2009 terdapat berbagai jenis Uis Karo, antara lain : 1. Uis Arinteneng Warnanya hitam agak pekat, karena kain ini terbuat dari benang kapas yang dicelup dengan sejenis bahan yang warnanya hitam proses tradisional. Kain ini dipergunakan dalam acara pesta perkawinan yaitu pada waktu emas kawin diserahkan 28 2. Uis Gatip Warnanya hitam dan berbintik-bintik putih di tengah, tepian kain warnanya hitam pekat dan ujungnya terjalin dan berumbai. Kain ini dipergunakan sebagai untuk pakaian adat laki-laki, dan pada upacara-upacara perkawinan adat, memasuki rumah baru, guro-guro aron pesta muda mudi dan sebagainya. 3. Uis Jongkit Warnanya dan bahannya sama dengan uis gatip, hanya saja uis jongkit ditengah-tengah kain memakai benang emas yang motif-motifnya melintang- melintang pada kain tersebut, hingga warna dan bentuknya lebih cerah. Pemakaian kain ini sama dengan uis gatip. 4. Uis Beka Buluh Warna dasar kainnya merah cerah, bagian tengah bergaris kuning, ungu, putih dan pada tepian kain motif-motif Karo dengan emas, demikian juga pada ujung kain. Pemakaian kain ini dipakai sebagai Bulang penutup kepalatopi pada laki-laki dan juga dipakai juga cekok-cekok penghias bahu yang diletakkan sedemikian rupa pada bahu laki-laki. Kain ini juga biasa diletakkan di atas tudung wanita. 5. Uis kelam-kelam Warnanya hitam pekat, bahan kainnya lebih tipis dan polos tanpa motif. Sepintas seperti kain hitam biasa, hanya kain ini lebih keras karena proses pembuatannya juga masih tradisional. Pemakaian kain ini dipakai oleh wanita sebagai tudung pada upacara-upacara adat. 6. Uis Julu 29 Kain ini tebal seperti kain jongkitgatip, warnanya hitam kebiru-biruan, tepian kain hitam dan ujungnya berumbai. Pemakaian kain ini dipakai oleh para wanita sebagai kain sarung pada waktu upacara adat. 7. Uis Gara Warna dari kain ini merah tua, dan ada juga yang bergaris-garis kecil, warnanya putih di tengah. Tepian kain ini warnanya merah tua dan ujungnya berumbai, dan sebagian kain ini memakai benang emas, kain ini jenisnya agak tebal dan sekarang sudah banyak motif baru. Pemakaian kain ini adalah sebagai tudung oleh wanita. 8. Uis Teba Warnanya kebiru-biruan dan bergaris putih, tepian kain hitam dan ujungnya berumbai, tebal kain hampir sama dengan uis Gara. Pemakaian kain ini biasa dipakai oleh wanita yang sudah tua dan juga dipakai sebagai tanda mata wanita yang sudah tua yang meninggal untuk orang dihormati pada garis ayah. 9. Uis Jujung jujungen Warna dari kain ini merah dan bersulamkan benang emas dan kedua ujungnya berumbai benang emas, bentuknya hampir sama dengan selendang. Pemakaian kain ini dipakai oleh wanita dan biasanya letaknya di atas tudung dan rumbainya terletak di sebelah depan. 10. Uis Nipes Kain ini jenisnya lebih tipis dari kain-kain lainnya dan bermacam-macam motif dan warnanya merah, coklat, hijau, ungu dan sebagainya. Pemakaian kain ini adalah sebagai selendang bagi wanita. 30

2.7 Analisis SWOT