Macam-macam penyaluran Konsep Penyaluran
adalah makin besarnya ”golongan menengah” pada masa lalu, zakat barang kali lebih banyak disosialisasikan dengan ”orang kaya” pemilik
harta. Sekarang potensi total dari sumber zakat itu melebar dan lebih besar. Ini menimbulkan dampak pada pengelolaan, khususnya dalam aspek
mobilisasinya. Di lain pihak mereka yang hidup dibawa garis kemiskinan, yang
berhak menerima zakat, walaupun dari segi angkat absolut bisa saja bertambah. Tapi disini konsep ”garis kemiskinan” harus diperhatikan.
Melihat dari struktur sosial, sekelompok masyarakat mungkin tergolong miskin. Tapi tingkat kemiskinan berkurang. Atau dengan perkataan lain,
sebagian lapisan masyarakat miskin telah meningkatkan pendapatan dan tingkat kesejahteraannya.
Salah satu konsep yang telah dilakukan oleh lembaga amil zakat pada umunya adalah dengan yang biasa disebut ”zakat produktif” pokok
gagasanya adalah menolong golongan mis kin tidak memberi ”ikan”
melainkan dengan ”kail” kalau zakat diberikan hanya semata-mata untuk dikonsumsi maka pertolongan itu bersifat sementara. Tetapi kalo diberikan
untuk membantu yang bersangkutan untuk produksi atau usaha, maka pertolongan itu akan sangat membantu yang bersangkutan untuk keluar
dari garis kemiskinan. Dengan munculnya gagasan seperti itu ada beberapa pola penyaluran
dana zakat:
a. Zakat diberikan secara langsung kepada fakir miskin untuk keperluan
konsumtif. Dalam konteks perubahan sekarang, maka bagian zakat ini diarahkan terutama kepada golongan
”the destitute” yang sifatnya ”relief” dan dampak bersifatnya jangka pendek.
b. Zakat diberikan kepada mereka yang terlibat dalam kegiatan
pendidikan dan dakwah, yang dalam taraf hidup kekurangan. c.
Sebagian dana zakat dan dana lainnya shadaqah, infaq dan wakaf diperuntukan
guna membangun
prasarana ibadah
dan pendidikandakwah islam.
d. Sebagian kecil zakat kini sudah diarahkan ke tujuan produktif, baik
berupa hibah maupun pinjaman tanpa bunga bagi golongan miskin tetapi mesti tergolong
” the destitute”, dengan harapan, mereka bisa melepaskan diri dari kemiskinan. Bahkan dalam jangka waktu tertentu
diharapkan bisa menjadi muzzaki, setidak-tidaknya dalam zakat fitrah.
e. Bagian yang lain, yang sejumlahnya sedikit, diperuntukan untuk
”amil” bisa berkembang, yaitu tidak semata-mata untuk orangnya, melaikan bisa pula lembaganya yang mengelola dan bisa memajukan
dari segi pengorganisasiannya.
18
Masalah yang perlu dipelajari adalah pengalokasiannya. Baik amil, badan amil, badan amil maupun muzzakki langsung, pada umunya
mengalokasikan sebagian dana zakat itu lebih dari 50 untuk fakir
18
Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudi, Zakat dan Wirausaha,Ciputat: CED, 2005, h. 55