g. Konsentrasi
Setiap pemain harus merasakan dan memperhatikan, memberi makna dari setiap perkataan atau dialog yang diucapkan olehnya dan lawan mainnya. Jangan ada
kesempatan pikiran terpecah ke masalah lain, harus konsentrasi dan fokus. Pemain harus mengetahui maksud dari perkataan atau dialog.
h. Imajinasi
Sesuai dengan jenisnya yaitu drama termasuk genre imajinatif, maka unsur imajinasi dalam bermain peran pun sangat berpengaruh. Pemain apabila sedang
berimajinasi, jangan terhalang oleh ketegangan. Karena akan menghambat terhadap pengembangan ide-ide kreatifnya. Proses pencariannya bisa dari realitas kehidupan
bisa juga ditambah oleh kreatif sendiri. Karena pada dasarnya berawal dari realitas atau kenyataan. Sebagaimana menurut Frahma Sekarningsih dan Heny Rohayani
dalam bukunya Pendidikan Seni Tari dan Drama; Orang tidak mungkin berimajinasi tanpa pengetahuan sesuatu realitas,
karena itu imajinasi selalu terikat pada realitas, sedangkan realitas tak mungkin lari dari imajinasi. Tetapi Plato dan Aristoteles memiliki perbedaan
pendapat mengenai realitas ini, namun keduanya menyatakan kesepakatan bahwa ada hubungan antara karya sastra dan dunia kenyataan atau dunia
realitas objektif. Antara keduanya, realitas dan imajinasi, meskipun harus dipahami secara terpisah, tetapi antara keduanya memiliki hubungan.
23
Terdapat pula konsep Aristoteles yang tercantum dalam buku yang berjudul Badingkut: di antara tiga jalan teater karya Herry Dim mengenai imaji dan peniruan
dari kenyataan. “Konsep Aristoteles tentang peniruan mimesis, bahasa Yunani
menyebutkan bahwa segalanya dimulai dari sang penulis naskah yang memilih-pilih dan menyusun kejadian-kejadian, kata-kata, dan imaji-imaji ke dalam pola dramatik
sehingga itu semua menjadi memiliki makna peristiwa kemanusiaan ”.
24
23
Frahma Sekarningsih dan Heny Rohayani, Pendidikan Seni Tari dan Drama, Bandung: UPI Press, 2005, cet. ke-I, h. 128.
24
Herry Dim, Badingkut: di antara tiga jalan teater, Jakarta: Direktorat Seni Pertunjukan Dirjen Nilai Budaya, Seni dan Film Kemenbudpar RI, 2011, cet.ke-I, h. 41-42.
5. Penilaian Melakukan Drama
Di dalam proses pembelajaran pasti diadakan penilaian. Dalam hal ini terdapat penialain dalam pembelajaran melakonkan drama. Penilaiannya adalah sebagai
berikut: a.
Mimik, yaitu ketepatan mimikkinetik, tatapan mata merata dan teratur, dan penuh ekspresif.
b. Diksi, yaitu harus tepat dan khusus.
c. Artikulasi dan intonasi, berarti ketepatan nada dan pemilihan tinggi rendahnya
nada atau suara dalam berdialog. d.
Performa individu dan kelompok dari pementasan secara utuh.
C. Teknik
“Teknik adalah cara sistematis mengerjakan sesuatu. Teknik merupakan suatu kiat, siasat, atau penemuan yang digunakan untuk menyelesaikan serta
menyempurnakan suatu tujuan langsung. Teknik harus konsisten dengan metode ”.
25
Banyak kemungkinan-kemungkinan akan adanya penemuan-penemuan yang patut dicoba, sebagai bahan rujukan dan sumber teknik pembelajaran.
a. “Teknik juga mengandung pengertian berbagai cara dan alat yang digunakan
guru dalam mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan pengajaran. Teknik ini merupakan kelanjutan dari metode, sedangkan arahnya harus sesuai
dengan pendekatan ”.
26
b. Kemampuan pengajar sangat menentukan dalam memilih teknik mengajar
yang akan digunakan agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik. Bila pengajar mempunyai keterbatasan pengetahuan dan penguasaan tentang
disiplin ilmu maupun tentang cara mengajar yang baik, tentu ia akan berkutat dengan teknik yang sama, atau tidak berkembang, dan tanpa variasi. Dengan
demikian, pembelajaran akan terkesan monoton dan membosankan.
25
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, op cit. h. 66.
26
M. Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesiai, Bandung: Pustaka Setia, cet.ke-V h. 20.