Fase Optimistic Analisis Komponen Gegar Budaya Culture Shock dan Masalah

tokoh mendatangi Kantor Uni Eropa untuk bertemu dengan Dr. Woodward. Delegasi berbagai bangsa berkumpul di kantor Uni Eropa. Para Delegasi terlihat terpelajar dan percaya diri, mereka menggunakan atribut tradisinya masing-masing. Namun, tokoh melihat delegasi Indonesia seperti tidak percaya diri dan dirasa tidak penting ditengah-tengah delegasi bangsa yang terpelajar dan cerdas. Pada fase ini, individu merasa dirinya asing dilingkungan barunya dengan orang-orang sekitarnya yang terpelajar dan percaya diri. Individu merasa dirinya asing dan tidak dipedulikan. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan novel seperti berikut: “Delegasi berbagai bangsa disambut para intrepeter yang terpelajar.Bahasa-bahasa asing hiruk pikuk. Delegasi Afrika hadir dengan atribut-atribut tradisinya: para wanita mengenakan amunia, amdu, dan bubu berwarna warni dengan ikat kepala tinggi-tinggi. Pria- prianya berselempang panjang, berjubah yoruba, babariga, dan bertopi asa oke. Setelah itu, bergelombang kelompok orang dengan tanda pengenal Dominician Republic. Wajah mereka optimis menatap masa depan. Terakhir, dipintu masuk untuk orang-orang yang kurang penting, dipojok sana terlihat segelintir manusia yang tidak asing. Mereka sering bertengkar soal minyak tanah di televisi Tanah Air. Mereka kelihatan semakin tidak penting dengan sosoknya yang kecil di antara raksasa hitam dan putih. Agak berbeda dengan delegasi lain, mereka kurang percaya diri, sedikit malu-malu, tertunduk-tunduk memasuki kantor Uni Eropa. ” 17 Pada kutipan tersebut terlihat sang tokoh melihat negaranya sendiri yaitu bangsa Indonesia tampak lemah dan kurang percaya diri dibandingkan bangsa lain. Bangsa Indonesia sejatinya mampu bersaing 17 Andrea Hirata, Edensor, h. 68 dengan bangsa lain, namun Indonesia hanya perlu kepercayaan diri yang tinggi sebagai bekalnya. Ketika individu berada dinegara lain, maka individu tersebut akan mulai rindu dan peduli dengan negaranya meskipun terkadang menganggap negaranya lebih lemah jika dibandingkan dengan negara lain. Dalam gegar budaya dengan adanya kesulitan-kesulitan yang dihadapi Indiviu pada lingkungan dan budaya barunya. Maka, rasa cinta pada negaranya muncul dalam diri mereka. Didalam novel ini peneliti dapat melihat sang tokoh sangat gembira karena menemukan album Anggun C. Sasmi di antara compact disk musisi dunia. Sang tokoh merasa bangga hidup di Indonesia. Jiwa Patriotiknya muncul karena seorang vokalis Indonesia dan saat berada di negeri orang. Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut: “Kami sering iseng menanyakan pada orang Prancis apakah mereka mengenal Anggun. “La Neige au Sahara” pekik mereka. Semua orang mengenal perempuan Jakarta nan hebat itu. Jika aku belajar sampai dini hari dan radio-radio FM Paris mengudarakan lagu “La Niege au Sahara”, aku berhenti membaca, kututup bukuku, kupejamkan mataku.” 18 Pada fase ini individu berada pada fase dimana masalah- masalah pada lingkungan barunya bermunculan. Ketika menghadapai kesulitan dan krisis identitas, maka rasa rindu dan jiwa patriotiknya akan muncul pada diri individu itu. 18 Andrea Hirata, Edensor, h. 87-88