Kemampuan untuk hidup dalam dua budaya yang berbeda, biasanya juga disertai dengan rasa puas dan menikmati tanpa merasa cemas, meskipun
kadang-kadang akan mengalami ketegangan sosial.
23
4. Mengatasi Gegar Budaya
Gegar budaya perlu diwaspadai agar seseorang mampu dengan cepat mengatasinya. Karena jika seseorang mengalami gegar budaya, maka
aktivitasnya akan terganggu dan mengalami depresi yang meningkat. Ada dua cara untuk mengatasi atau mengurangi gegar budaya:
Pertama, membantunya beradaptasi dengan kultur baru. Proses
adaptasi ini bisa mengikuti teori U. Teori ini berpendapat bahwa orang-orang yang menyeberang kekultur lain akan mengalami tiga fase penyesuaian, yakni
pada awalnya timbul kegembiraan dan optimisme, kemudian diikuti oleh frustasi, depresi dan kebingungan, dan pada akhirnya muncul adaptasi atau
penyesuaian. Model ini dinamakan pseudo medical.
Kedua, cara menghadapi gegar budaya dapat mengikuti model culture
learning sebagaimana yang digagas oleh Furnham dan Bochner. Inti model ini adalah individu hanya memerlukan untuk belajar dan beradaptasi terhadap
sifat-sifat pokok dari masyarakat baru sehingga adanya perubahan. Namun demikian, menurut Furnham dan Bochner, bahwa untuk menyesuaikan
terhadap kultur baru, individu tidak perlu menjadikan kultur baru itu sebagai bagian dari dirinya sehingga seolah-olah mengembangkan dua kultur. Tetapi
23
Dedy Mulyana dan Jalaludin Rakhmat, Komunikasi Antar Budaya, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2010, cetakan ke-12, h. 175-176
ketika telah kembali ketempat asal, dapat membuang hal-hal yang telah dipelajarinya.
24
C. Konsep Analisis Narasi Tzvetan Todorov
Narasi merupakan suatu bentuk wacana atau teks yang menceritakan kembali suatu peristiwa sehingga seolah-olah pembaca melihat atau mengalami
peristiwa itu sendiri. Jadi narasi adalah wacana yang menggambarkan dengan sejelas-jelasnya peristiwa yang terjadi. Dalam narasi ada bagian yang mengawali
narasi, ada bagian perkembangan dan ada bagian yang mengakhiri cerita tersebut. Sehingga ada keseimbangan yang menandai kapan narasi dimulai dan kapan
berakhir.
25
Menurut Gerald Prince narasi merupakan representasi dari satu atau lebih peristiwa nyata atau fiktif yang dikomunikasikan oleh satu, dua, atau beberapa
narrator untuk satu, dua, atau beberapa naratee. Sedangkan menurut Porter Abbot narasi merupakan representasi dari peristiwa-peristiwa, memasukkan cerita dan
wacana naratif, di mana cerita adalah peristiwa-peristiwa atau rangkaian peristiwa tindakan dan wacana naratif adalah peristiwa sebagaimana ditampilkan.
Dari definisi para ahli diatas dapat disimpulkan, narasi adalah representasi atau rangkaian dari peristiwa-peristiwa. Oleh karena itu, sebuah teks baru bisa
24
Ibid, h. 168-169
25
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013, cetakan ke-1, h. 46
disebut sebagai narasi apabila terdapat beberapa peristiwa rangkaian dari peristiwa.
26
Narasi muncul pertama sebagai hakikat, karena peristwa dan tindakan adalah hakikat isi cerita yang temporal dan dramatik, sedangkan deskripsi tampil
sebagai tambahan dan bersifat hiasan. Oposisi narasi dengan wacana membedakan antara penceritaan yang murni yang didalamnya tak seorangpun berbicara dan
penceritaan yang didalamnya kita sadar atas orang yang sedang berbicara. Meskipun transparan dan tidak bermedianya sebuah naratif mungkin saja muncul,
namun tanda-tanda sebuah pikiran yang menimbang jarang tidak hadir. Menurut Todorov, narasi adalah apa yang dikatakan, karenanya
mempunyai urutan kronologis, motif, plot, dan hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa. Menurut Todorov suatu narasi mempunyai struktur dari awal hingga
akhir. Narasi dimulai dari adanya keseimbangan yang kemudian terganggu oleh adanya kejahatan. Narasi diakhiri oleh upaya untuk menghentikan gangguan
sehingga keseimbangan ekuilibrium tercipta kembali. Narasi ada tiga fase, yaitu awal, pertengahan, dan akhir.
Ekuilibrium keseimbangan Gangguan kekacauan Ekuilibrium keseimbangan
Narasi diawali dari sebuah keteraturan, kondisi masyarakat yang tertib. Keteraturan tersebut kemudian berubah menjadi kekacauan akibat tindakan dari
seeseorang tokoh. Narasi diakhiri dengan kembalinya keteraturan.
27 26
Ibid, h. 1