Sistem Kepercayaan, Nilai, dan Sikap

Kepercayaan tersebut tentu saja tidak dapat disalahkan meskipun kelihatannya tidak masuk akal. Karena orang-orang yang percaya kepada hal tersebut menganggap hal itu benar.

2. Pandangan Dunia

Pandangan dunia berkaitan dengan hal-hal seperti Tuhan, kemanusiaan, dan alam semesta. Pandangan dunia sangat mempengaruhi budaya. Efeknya seringkali tak terlihat dalam hal yang tampak nyata dan remeh contohnya pakaian. Pada setiap daerah memiliki atribut atau pakaian yang digunakan berbeda sesuai tradisi masing-masing. Dengan atribut yang digunakan tersebut, maka disetiap daerah memiliki identitas tersendiri sebagai cirri khasnya. Seperti dalam naskah cerita novel berikut ini: “Delegasi Afrika hadir dengan atribut-atribut tradisinya: para wanita mengenakan amuria,amdu, dan bubu berwarna-warni dengan ikat kepala tinggi-tinggi. Pria-prianya bersempang panjang, berjubah Yoruba, babariga, dan bertopi asa oke.Mereka sangat bergairah, barangkali ingin membicarakan program peternakan burung unta dengan para petinggi Uni Eropa. Setelah itu, bergelombang kelompok orang dengan tanda pengenal Dominician Republic. Mereka juga gembira, menyapa setiap orang, tentu bersemangat akan mendiskusikan soal komputerisasi di kawasan Karibia. Wajah mereka optimis menatap masa depan.” 5 Dalam komunikasi antar budaya, masing-masing negara memiliki suatu tradisi , pakaian maupun bahasa yang berbeda- beda. Hal itu, sebagai identitas pada setiap negara. Pandangan dunia yang berbeda tentu memiliki manfaat tersendiri. Karena 5 Andrea Hirata, Edensor, h. 68 dengan perbedaan itulah bangsa lain dapat mengenali identitas yang dipakai dan bisa mengerti tradisi yang dimiliki negara lain. Pandangan dunia yang berikutnya adalah pandangan dengan kebudayaan yang berbeda meskipun masih satu agama. Di Eropa muslim tidak bisa sembarangan shalat di masjid, karena setiap negara memiliki masjid khusus untuk bisa melaksanakan shalat. Seperti dijelaskan dalam novel Edensor ini ketika sang tokoh Ikal bertemu dengan saudara sesama Muslim yang bernama Mashood, berikut kutipannya: “Ada masjid orang Arab, dan hanya orang Arab di sana. Lain lagi masjid Turki, hanya melulu orang Turki, yeee. Selebihnya, brother muslim berkumpul di Masjid Afghanistan, di Gmunden.” Mashood mengatur napas. “Jema’ah Somalia, Sudan, Etiopia, Maroko, Syria, Palestina, Yordan, Irak, Iran, Malaysia, dan sering ada Indonesia tumplek di Masjid Afghanistan, yee.. very good, understand, yeee….” 6 Dari adat orang Islam di Eropa dapat dilihat bahwa dengan penganut agama yang sama pun jika kebudayaannya berbeda maka setiap orang memiliki pandangan yang berbeda dengan kebudayaan lainnya. Dapat dilihat dari kutipan diatas sesama penganut agama Islam pun mempunyai pandangan yang berbeda karena perbedaan budaya. 6 Andrea Hirata, Edensor, h. 237-238 Pandangan dunia mampu memperlihatkan posisi dan tingkatannya kepada orang yang mempunyai budaya yang berbeda. Pandangan dunia terhadap antar negara mempunyai pendapat yang berbeda. Setiap antar negara memiliki persepsi dengan negara lainnya, baik persepsi negatif maupun positif. Berikut kutipan komunikasi yang memperlihatkan pandangan antar negara degara dengan budaya berbeda: “Indah sekali, Sahabatku ….” MVRC Manooj mekar. “Tapi kudengar perempuan sering dianggap remeh di negerimu, ya?” Wajah MVRC Manooj kaku. “Jadi begini saja, akan kupertimbangkan tawaranmu kalau perempuan dihargai sama seperti pria di sana, oke?” Laki-laki Punjab itu menggeleng empat kali. 7 Jadi menurut pandangan Katya mahasiswa asal Jerman itu, di India perempuan tidak dihargai dan dianggap rendah oleh para laki-laki. Sedangkan dinegerinya, laki-laki dan perempuan disamaratakan. Perempuan tidak dianggap remeh maupun lebih rendah. Hal ini adalah contoh pandangan dunia antar budaya yang berbeda.

3. Organisasi Sosial

Keluarga dan sekolah mempunyai pengaruh penting dalam pembentukan organisasi sosial. Meskipun keluarga adalah 7 Andrea Hirata, Edensor, h. 118 organisasi terkecil namun keluarga memberi pengaruh yang kuat untuk mengembangkan sikap anak sampai dia besar. Terutama pengaruh budaya terhadap anak. Tak hanya keluarga dan sekolah, lingkungan sekitar juga ikut berperan dalam mengembangkan dan mewariskan suatu budaya. Seperti yang dialami tokoh dalam novel Edensor yang mendapat nasehat dari guru SD nya. Sampai sang tokoh pergi ke Eropa pun, dia masih mengingat nasehat tersebut. Pesan itu adalah seperti berikut: “Ibunda guru Muslimah Hafsari, adalah guruku yang pertama. Dulu, waktu aku masih SD, beliau pernah berpesan pada kami, murid-muridnya, para Laskar Pelangi, “Jika ingin menjadi manusia yang berubah, jalanilah tiga hal ini: sekolah, banyak- banyak membaca Al Qur’an, dan berkelana.” Aku paham sekolah dan membaca Qur’an dapat mengubah orang karena di sanalah tersimpan kristal-kristal ilmu.Baru di sini, di Rumania, aku dapat menggenapi arti pesan itu.” 8 Sekolah mempunyai peranan penting dalam pembentukan sikap anak hingga dewasa. tentu dari peranan sekolah mereka dapat memelihara budaya yang mereka miliki. Karena sekolah merupakan penyambung sejarah masa lalu dan masa depan budaya yang dimiliki. Lingkungan sekolah dan keluarga merupakan lingkungan yang sangat mempengaruhi nilai-nilai budaya. Karena sekolah dan budaya dapat terbentuk komunikasi antar agama dan budaya, meskipun sekolah dan keluarga merupakan organisasi yang terkecil. 8 Andrea Hirata, Edensor, h. 230

C. Analisis Komponen Gegar Budaya Culture Shock dan Masalah

Penyesuaian Diri dalam Novel Edensor Gegar budaya atau kejutan budaya dialami oleh orang-orang yang berpindah pekerjaan atau lingkungan baru. Gegar budaya bisa terjadi karena kehilangan cues atau tanda dan lambang-lambang pergaulan sosial. Dengan kehilangan cues atau tanda-tanda pada kehidupan sehari-harinya, maka seseorang tersebut akan kesulitan untuk berinteraksi di lingkungan barunya. Kebiasaan dan gaya hidup dari budaya asal sudah tidak berguna lagi ketika berpindah dilingkungan baru. Karena faktor tersebut maka orang yang berada lingkungan baru akan mengalami gegar budaya. Kesulitan dalam berkomunikasi juga menjadi penyebab seseorang mengalami gegar budaya. Perbedaan bahasa akan mengarahkan seseorang frustasi.

a. Faktor pemicu perilaku gegar budaya

Menurut Dayakisni, faktor pemicu perilaku gegar budaya adalah: 1. Kehilangan tanda-tanda budaya Tokoh dalam novel Edensor ini juga mengalami gegar budaya ketika berpindah ke Eropa. Ketika mereka kesulitan menemui Simon Van Der Wall dan kesulitan masuk gedung karena ada masalah bahasa. Mereka di usir dan tidak punya tempat untuk tinggal sehingga mereka kedinginan ditengah cuaca yang ekstrem. Dari peristiwa ini, sang tokoh mengalami dua penyebab yang menjadi pemicu