24
melebihi kebutuhan suatu lintasan angkutan umum, dan dapat menjadi indikator untuk mewakili efisiensi suatu rute.
Pasal 28 ayat 2 peraturan pemerintah nomor 41 tahun 1993, menyatakan pengaturan tentang penambahan kendaraan untuk trayek yang sudah terbuka
dengan menggunakan faktor muat diatas 70. jika nilai faktor muat lebih dari 110 maka penumpang akan merasakan kurang nyaman dalam menggunakan
angkutan umum tersebut, sedangkan jika nilai faktor muat kurang dari 70 menggambarkan bahwa angkutan umum tersebut kurang optimal dalam melayani
pergerakan penumpang kecuali untuk trayek perintis dan untuk trakyek regular dalam kota. faktor muatan yang dimaksud adalah dengan menggunakan
pendekatan dinamis, yaitu dengan menghitung load factor pada ruas jalan tertentu saja agar tidak terjadi kelebihan penawaran. Nilai load factor dapat dihitung
dengan rumus: Lf =
�
x 100.................................................................................... 2.1 Dimana :
L
f
= Load Factor Psg = total jumlah penumpang pada setiap trakyekzona
C = kapasitas kendaraan penumpang
2.4.2 Kapasitas dan Ukuran Kendaraan
Kapasitas kendaraan menyatakan jumlah penumpang yang dapat diangkat dalam satu kali muatan secara maksimal dan masih dalam batas yang disyaratkan
tanpa mengabaikan segi kenyamanan para penumpangnya. Kapasitas kendaraan
Universitas Sumatera Utara
25
diukur dari tempat duduk dan perkiraan tempat berdiri yang masih memungkinkan.
Tabel 2.2. Kapasitas Kendaraan
Jenis Angkutan Kapasitas Kendraan
Duduk Berdiri Total Jumlah Penumpang
Minimum P min PerHariKendaraan
Mobil penumpang umumn 8
- 8
250 Bus kecil
14- 14 400
Bus sedang 20 10
30 150
Bus besar lantai tunggal 49
30 79
1000 Bus besar lantai ganda
85 35
120 1500
Sumber: Direktoral Jenderal Perhubungan Darat RI
Catatan: Angka
– angka kapasitas kendaraan bervariasi, tergantung pada susunan tempat duduk dalam kendaraan.
Ruang untuk berdiri per penumpang dengan luas 0,17 M
2
Penumpang.
2.4.3 Waktu Antara Headway
Waktu antara merupakan interval keberangkatan antara suatu angkutan dengan angkutan berikutnya, diukur dalam satuan waktu pada titik tertentu untuk setiap
rutenya. Waktu antara merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi tingkat pelayanan angkutan umum. Kebijakan yang menyangkut pengaturan waktu antara
Universitas Sumatera Utara
26
berimplikasi pada kemungkinan tingkat pengisian tingkat muatan. Waktu antara yang terlalu rendah dapat membuata kapasitas akan melebihi permintaan.
Sedangkan waktu antara yang tinggi akan membuat waktu tunggu yang terlalu lama bagi para pengguna.
Catatan: H ideal = 5-10 menit
H puncak = 2-5 menit
2.4.4 Frekuensi
Frekuensi adalah kepadatan penumpang dalam suatu perjalanan kendaraan yang dapat diidentifikasikan sebagai frekuensi tinggi atau rendah, frekuensi tinggi
berarti banyak perjalanan dalam priode waktu tertentu, sedangkan frekuensi rendah berarti sedikit perjalanan selama periode waktu tertentu. Frekuensi dapat
diartikan pula sebagai bagian yang penting bagi penumpang dan mempengaruhi moda mana yang ditetapkan untuk dipakai. Bila nilai Headway tinggi maka
frekuensi rendah dan sebaliknya jika headway rendah maka frekuensi tinggi. Hubungan antara headway dan frekuensi adalah:
H =
1
……………………………………………………………….…..2.2
Sedangkan f =
. �
...............................................................................................2.3 dimana :
H = Headway menit F = frekuensi
Universitas Sumatera Utara
27
C = kapasitas kendaraan penumpang P = jumlah penumpang per jam pada seksi terpadat
L
fd
= load factor design, diambil 70 pada kondisi dinamis Waktu antara kendaraan ditetapkan berdasrkan rumus:
H =
60. . �
……………………………………………………………..2.4 Catatan:
H ideal = 5-10 menit H puncak = 2-5 menit
2.4.5 Waktu Tunggu