Instrumen Penelitian METODE PENELITIAN

45 Sasaran observasi dalam penelitian ini yaitu kemampuan menulis permulaan anak autistik kelas VI di SLB Autisma Dian Amanah Yogyakarta. Dalam penelitian ini, observasi dipusatkan pada proses pemberian perlakuan terhadap kemampuan menulis permulaan dengan menggunakan senam otak arm activation. 3. Dokumentasi Teknik dokumentasi merupakan suatu cara dalam pengambilan data melalui dokumen-dokumen Husaini Usman, 2006: 54. Dalam penelitian ini, tujuan penggunaan teknik dokumentasi dalam pengumpulan data yaitu untuk mendukung riwayat perkembangan subyek dan kegiatan selama proses pembelajaran serta laporan hasil belajar subyek. Selain itu, teknik dokumentasi digunakan sebagai pendukung data dari hasil tes dan observasi.

H. Instrumen Penelitian

Pada pelaksanaan penelitian, peneliti akan membutuhkan suatu alat yang dapat membantu dalam pengumpulan data atau biasa disebut dengan instrumen penelitian. Menurut Wina Sanjaya 2012: 84, “instrumen penelitian adalah alat yang dapat digunakan untuk mengu mpulkan data penelitian”. Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud untuk memperoleh data mengenai pengaruh senam otak arm activation terhadap kemampuan menulis permulaan anak autistik kelas VI di SLB Autisma Dian Amanah Yogyakarta. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 46 a. Tes Kemampuan Menulis Permulaan Menurut Suharsimi Arikunto 2010: 193 , “tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes mengenai kemampuan menulis permulaan yang mencakup tes untuk menebalkan dan menyalin berbagai bentuk pola dasar pada anak autistik kelas VI di SLB Autisma Dian Amanah Yogyakarta. Adapun untuk memperjelas instrumen tes yang digunakan, maka dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 123. Pada penelitian ini, tes yang dilakukan bertujuan untuk mengukur kemampuan menulis permulaan subyek sebelum dan sesudah diberikannya intervensi berupa senam otak arm activation. Tes yang dilakukan pada kondisi baseline-1 untuk mengetahui kemampuan awal menulis permulaan subyek. Tes pada kondisi intervensi dilakukan pada akhir proses pelaksanaan intervensi. Tes yang dilakukan pada kondisi baseline-2 untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada kemampuan menulis permulaan subyek setelah dikenakan intervensi. Adapun pokok bahasan dan sub pokok bahasan pada soal tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan menulis permulaan yang dimiliki oleh subyek sebelum dan sesudah diberikan intervensi yaitu sebagai berikut: 47 Tabel 1. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Pada Instrumen Tes Kemampuan Menulis Permulaan. Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Menulis Permulaan Menebalkan berbagai bentuk pola dasar. Menyalin berbagai bentuk pola dasar. Berdasarkan pokok bahasan dan sub pokok bahasan di atas, maka berikut ini merupakan kisi-kisi instrumen yang dibuat untuk mengukur kemampuan menulis permulaan pada baseline-1 dan baseline-2 dengan intervensi menggunakan senam otak arm activation, yaitu: 48 Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Menulis Permulaan. Variabel Sub Variabel Indikator No. Item Teknik Pengumpulan Data Kemampuan menulis permulaan 1. Menebalkan berbagai bentuk pola dasar. a. Menebalkan pola garis vertikal. 1 Tes tertulis b. Menebalkan pola garis horizontal. 2 Tes tertulis c. Menebalkan pola garis vertikal dan horizontal. 3 Tes tertulis d. Menebalkan dua pola garis vertikal dan satu pola garis horizontal. 4 Tes tertulis e. Menebalkan dua pola garis vertikal dan dua pola garis horizontal. 5 Tes tertulis f. Menebalkan pola garis miring ke kiri. 6 Tes tertulis g. Menebalkan pola garis miring ke kanan. 7 Tes tertulis h. Menebalkan pola garis miring ke kiri dan pola garis horizontal. 8 Tes tertulis i. Menebalkan pola garis miring ke kanan dan pola garis horizontal. 9 Tes tertulis j. Menebalkan pola garis miring ke kanan, garis miring ke kiri, dan garis horizontal. 10 Tes tertulis k. Menebalkan pola garis lengkung atas. 11 Tes tertulis l. Menebalkan pola garis lengkung bawah. 12 Tes tertulis m. Menebalkan pola garis lengkung kanan. 13 Tes tertulis n. Menebalkan pola garis lengkung kiri. 14 Tes tertulis o. Menebalkan pola garis lingkaran. 15 Tes tertulis 2. Menyalin berbagai bentuk pola dasar. a. Menyalin garis vertikal. 16 Tes tertulis b. Menyalin garis horizontal. 17 Tes tertulis c. Menyalin garis vertikal dan horizontal. 18 Tes tertulis d. Menyalin garis vertikal dan satu pola garis horizontal. 19 Tes tertulis e. Menyalin garis vertikal dan dua pola garis horizontal. 20 Tes tertulis f. Menyalin garis miring ke kiri. 21 Tes tertulis g. Menyalin garis miring ke kanan. 22 Tes tertulis h. Menyalin garis miring ke kiri dan pola garis horizontal. 23 Tes tertulis i. Menyalin garis miring ke kanan dan pola garis horizontal. 24 Tes tertulis j. Menyalin garis miring ke kanan, garis miring ke kiri, dan garis horizontal. 25 Tes tertulis k. Menyalin garis lengkung atas. 26 Tes tertulis l. Menyalin garis lengkung bawah. 27 Tes tertulis m. Menyalin garis lengkung kanan. 28 Tes tertulis n. Menyalin garis lengkung kiri. 29 Tes tertulis o. Menyalin garis lingkaran. 30 Tes tertulis 49 Pada penelitian ini, terdapat pedoman penilaian dan prosedur penyusunan instrumen tes kemampuan menulis permulaan, diantaranya yaitu: 1 Pedoman penilaian Menurut Sudji Munadi 2010: 2, “Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu”. Dalam penelitian ini, pedoman penilaian tes kemampuan menulis permulaan anak autistik didasarkan pada frekuensi untuk mengukur salah dan benarnya subyek dalam mengerjakan soal. Menurut Juang Sunanto 2005: 18 , “Frekuensi yaitu perhitungan yang menunjukkan berapa kali suatu peristiwa atau kejadian behavior terjadi”. Maka dari itu, penilaian terhadap kemampuan menulis permulaan anak autistik dilihat pada frekuensi munculnya kesalahan yang terjadi dalam mengerjakan soal tes yang diberikan. Adapun kriteria dalam penilaian yang diberikan, yaitu: jawaban benar apabila tidak ada atau hanya satu pola yang tidak sesuai, serta jawaban salah apabila terdapat dua atau tiga pola yang tidak sesuai. Selain itu, pada penelitian ini pemberian penilaian berfokus pada frekuensi kesalahan subyek dalam mengerjakan soal. 2 Prosedur penyusunan instrumen Dalam proses pengumpulan data diperlukan adanya sebuah instrumen yang baik. Menurut Suharsimi Arikunto 2010: 209, terdapat prosedur dalam pengadaan instrumen yang baik, diantaranya: 50 perencanaan, penulisan butir soal, penyuntingan, uji-coba, penganalisaan hasil, dan mengadakan revisi. Adapun prosedur penyusunan instrumen tes kemampuan menulis permulaan bagi anak autistik dalam penelitian ini, yaitu: a Menentukan perencanaan tujuan mengadakan tes Dalam penelitian ini, perencanaan dilakukan terkait dengan tujuan agar memperoleh data sesuai yang diharapkan mengenai kemampuan menulis permulaan anak autistik sebelum dan sesudah pemberian treatment. b Menyusun butir-butir soal Penyusunan butir-butir soal didasari dengan adanya masukan dan saran yang diberikan oleh ahli, yaitu dosen pembimbing serta guru kelas VI di SLB Autisma Dian Amanah Yogyakarta terkait dengan soal yang akan diberikan kepada subyek. c Penyuntingan, uji-coba, dan penganalisaan hasil Dalam penelitian ini, penyuntingan serta uji-coba dan penganalisaan hasil dilakukan oleh ahli yaitu dosen pembimbing serta guru kelas VI di SLB Autisma Dian Amanah Yogyakarta ketika proses pengujian validitas instrumen tes yang akan diberikan kepada subyek. b. Pedoman Observasi Selama Sesi intervensi Pedoman observasi digunakan sebagai panduan dalam melakukan observasi pada penelitian ini, agar observasi yang dilakukan lebih 51 terstruktur. Pedoman observasi berisi sebuah daftar kegiatan subyek yang akan diamati peneliti pada saat pembelajaran menulis permulaan menggunakan senam otak arm activation. Data observasi tersebut berguna untuk mengetahui perilaku subyek saat mengerjakan soal tes menulis permulaan dengan menggunakan senam otak arm activation. Adapun untuk memperjelas pedoman observasi yang digunakan, maka dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 130. Selain pedoman observasi yang digunakan selama sesi intervensi, terdapat panduan observasi pencatatan kejadian menghitung frekuensi untuk memperoleh data mengenai frekuensi kesalahan dalam mengerjakan soal. Adapun untuk memperjelas pedoman observasi yang digunakan, maka dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 131. Sebelum menyusun instrumen observasi, maka terlebih dahulu peneliti menyusun kisi-kisi pedoman observasi agar lebih terstruktur. Berikut ini merupakan kisi-kisi pedoman observasi yang akan dikembangkan menjadi instrumen observasi, yaitu: 52 Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Observasi Kemampuan Menulis Permulaan Selama Sesi Intervensi atau Pelaksanaan Treatment Menggunakan Senam Otak Arm Activation Variabel Sub variabel Indikator Teknik Pengumpulan Data Kemampuan menulis permulaan autisme ketika diberikan senam otak arm activation 1. Ketertarikan autisme dalam melakukan senam otak arm activation. a. Mampu membuka dan menutup telapak tangannya. Observasi b. Mampu mengepalkan salah satu tangannya lalu diangkat ke atas. Observasi c. Mampu mendorong tangan yang diangkat ke atas dengan bantuan tangan yang lain. Observasi d. Mampu mendorong tangan ke atas, ke bawah, ke kanan, dan ke kiri. Observasi 2. Kesiapan autisme dalam menulis permulaan e. Mampu memegang pensil dengan benar dan baik. Observasi f. Posisi duduk sudah benar jarak mata dengan kertas Observasi g. Mengabaikan baris tidak beraturan atau tulisan cenderung naikturun. Observasi h. Besar tulisan subyek cenderung berlebihan. Observasi i. Kondisi subyek tidak tegang dan emosional saat menulis Observasi j. Tidak menunjukkan sikap negatif, bosan, atau terganggu saat menulis. Observasi

I. Uji Validitas Instrumen

Menurut Suharsimi Arikunto 2010: 211, “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen”. Dalam suatu penelitian, perlu adanya kesamaan antara data yang 53 terkumpul dengan data yang sesungguhnya pada subyek penelitian. Hal tersebut agar hasil dalam penelitian yang dilakukan tidak semata-mata hanya data semu. Pada penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi. Menurut Sugiyono 2010: 182, “instrumen yang berbentuk test, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan”. Dengan demikian, pengujian validitas suatu instrumen akan lebih mudah apabila terdapat kisi-kisi pada variabel yang akan diteliti, indikator yang menjadi pedoman, dan butir- butir soal yang telah dijabarkan dari indikator. Dalam penelitian ini, menguji validitas instrumen yang telah dibuat yaitu dengan meminta penilaian dari pakar atau ahli. Adapun pakar yang akan menguji validitas isi instrumen ini yaitu dosen PLB-FIP-UNY dan guru kelas VI di SLB Autisma Dian Amanah Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dengan adanya surat keterangan uji validitas yang tercantum pada lampiran 12 halaman 220.

J. Prosedur Perlakuan