103
menulis permulaan dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar pada baseline-1, seperti:
Gambar 9. Display Hasil Frekuensi Kesalahan Dalam Kemampuan
Menulis Permulaan Dengan Aspek Menyalin Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada
Baseline-2.
Display grafik di atas menunjukkan bahwa pada sesi pertama dan kedua frekuensi kesalahan yang terjadi cukup stabil, namun pada sesi
ketiga mengalami penurunan. Dalam hal ini, kemampuan subyek dalam menyalin berbagai bentuk pola dasar cukup rendah, terlihat dengan
banyaknya frekuensi kesalahan yang terjadi.
B. Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini yaitu menggunakan statistik deskriptif dengan grafik. Data yang dianalisis berdasarkan data individu yang diperoleh.
Adapun komponen yang dianalisis berdasarkan analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi. Pada analisis dalam kondisi, komponen yang dianalisis
meliputi: panjang kondisi, kecenderungan arah, tingkat stabilitas, tingkat perubahan, jejak data, dan rentang. Akan tetapi pada analisis antar kondisi,
komponen yang dianalisis meliputi: jumlah variabel yang diubah, perubahan kecenderungan arah dan efeknya, perubahan stabilitas, perubahan level dan
presentase data yang tumpang tindih overlap.
5 10
sesi 1 sesi 2
sesi 3
Frekuensi Kesalahan
Frekuensi Kesalahan
104
Dalam penelitian ini, pengujian yang dilakukan yaitu dengan melihat pengaruh senam otak arm activation terhadap kemampuan menulis permulaan
subyek sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Adapun hipotesis yang diajukan pada penelitian ini, yaitu penggunaan senam otak arm activation
dapat mempengaruhi peningkatan kemampuan menulis permulaan anak autistik kelas VI di SLB Autisma Dian Amanah Yogyakarta.
Berdasarkan keseluruhan hasil pengukuran yang telah dipaparkan sebelumnya, maka untuk mengetahui dan memperjelas perkembangan yang
terjadi dari seluruh hasil penelitian ini, baik pada fase baseline-1, intervensi, dan baseline-2, dapat disajikan dalam tabel dan grafik berikut ini:
1. Kemampuan menulis permulaan dengan aspek menebalkan berbagai bentuk
pola dasar.
Tabel 18. Akumulasi Frekuensi Kesalahan Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menebalkan Berbagai
Bentuk Pola Dasar A
Baseline-1 B
Intervensi A’
Baseline-2 9
9 8
7 7
6 5
5 5
5 Tabel di atas merupakan akumulasi frekuensi kesalahan subyek dalam
mengerjakan soal tes kemampuan menulis permulaan dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar yang telah dicapai pada fase
baseline-1 A, intervensi B, dan baseline-2 A’. Data tersebut
menunjukkan bahwa adanya suatu pengaruh yang dihasilkan oleh penggunaan senam otak arm activation terhadap perilaku dalam frekuensi
kesalahan yang dialami, sehingga frekuensi kesalahan semakin berkurang pada fase intervensi dan cukup stabil pada fase baseline-2. Berdasarkan data
105
di atas, maka selanjutnya dapat disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Gambar 10. Display Perkembangan Frekuensi Kesalahan Dalam Kemampuan
Menulis Permulaan
Dengan Aspek
Menebalkan Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Subyek.
Berdasarkan data di atas, maka diketahui bahwa dengan memberikan treatment berupa senam otak arm activation dapat mengurangi frekuensi
kesalahan subyek dalam mengerjakan soal. Dengan demikian, penggunaan senam otak arm activation dapat mempengaruhi kemampuan menulis
permulaan anak autistik yang ditandai dengan adanya pengurangan perilaku pada frekuensi kesalahan dalam mengerjakan soal.
Berdasarkan data penelitian di atas, maka berikut ini dapat dirangkum hasil analisis dalam kondisi maupun analisis antar kondisi ke dalam tabel,
seperti: a.
Analisis dalam kondisi Dalam penelitian ini, diketahui bahwa panjang fase baseline-1 A=
3, intervensi B= 4, dan baseline-2 A’=3. Berdasarkan hasil analisis
diketahui bahwa adanya perubahan yang terjadi pada kemampuan menulis permulaan subyek pada aspek menebalkan berbagai bentuk pola
dasar tersebut. Adapun kecenderungan arah yang terjadi pada fase
5 10
sesi 1
sesi 2
sesi 3
sesi 1
sesi 2
sesi 3
sesi 4
sesi 1
sesi 2
sesi 3
Frekuensi Kesalahan
Baseline-2 Baseline-1
Intervensi
Frekuensi Kesalahan
106
baseline-1 A dan fase intervensi B adalah menurun, namun sejajar atau stabil pada fase baseline-
2 A’. Selain itu dalam penelitian ini, perubahan kemampuan menulis permulaan dengan aspek menebalkan
berbagai bentuk pola dasar tampak setelah diberikan intervensi dengan adanya perubahan level +2. Akan tetapi, pada fase baseline-2 tidak
tampak adanya perubahan yang terjadi pada kemampuan subyek =0. Adapun rincian perhitungan mengenai komponen-komponen pada
analisis dalam kondisi ini terlampir dalam lampiran 10 halaman 210. Berikut tabel rangkuman analisis dalam kondisi subyek :
Tabel 19. Rangkuman Hasil Analisis Visual Dalam Kondisi Dengan Aspek Menebalkan Berabagai Bentuk Pola Dasar.
Kondisi A
Baseline-1 B
Intervensi A’
Baseline-2
1. Panjang Kondisi 3
4 3
2. Estimasi Kecenderungan Arah.
+ +
= 3. Kecenderungan Stabilitas
Data. Stabil
Variabel Stabil
4. Jejak Data +
+ =
5. Level dan Stabilitas Rentang
Stabil 8-9
Variabel 5-7
Stabil 5-5
6. Perubahan Level 8-9
+1 5-7
+2 5-5
=0
b. Analisis antar kondisi
Setelah mengetahui hasil pada analisis dalam kondisi sebelumnya, maka selanjutnya dilakukan analisis data antar kondisi. Adapun hasil
107
mengenai analisis data antar kondisi ini tercantum pada rangkuman hasil dalam tabel, seperti:
Tabel 20. Rangkuman Hasil Analisis Visual Antar Kondisi Dengan
Aspek Menebalkan Berabagai Bentuk Pola Dasar.
Perbandingan Kondisi BA
A’B
1.
Jumlah variabel yang diubah
1 1
2.
Perubahan kecenderungan arah dan efeknya
+ + + =
3.
Perubahan kecenderungan stabilitas
Stabil ke variabel Stabil ke stabil
4.
Perubahan level
8 – 7 = +1
5 – 7 = +2
5.
Presentase Overlap
0:6 x 100= 0 0:3 x 100= 0
Berdasarkan data tabel di atas, perubahan kecenderungan arah antara kondisi baseline-1 A dengan intervensi B yakni menurun ke
menurun yang berarti kesalahan subyek dalam mengerjakan soal semakin menurun dan lebih baik. Selain itu, perubahan kecenderungan arah antara
kondisi intervensi B dengan baseline- 2 A’ yakni menurun ke sejajar.
Data yang tumpang tindih overlap pada baseline-1 A ke intervensi B maupun intervensi B ke baseline-
2 A’ yaitu sebesar 0. Adapun rincian perhitungan mengenai komponen pada analisis antar kondisi ini
terlampir dalam lampiran 10 halaman 213. Dengan demikian, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pemberian intervensi berupa senam otak arm activation berpengaruh terhadap kemampuan menulis permulaan anak autistik. Hal ini
ditunjukkan dengan berkurangnya frekuensi kesalahan subyek dalam mengerjakan soal setelah diberikan intervensi.
108
2. Kemampuan menulis permulaan dengan aspek mennyalin berbagai bentuk
pola dasar.
Tabel 21. Akumulasi Frekuensi Kesalahan Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menyalin Berbagai
Bentuk Pola Dasar
A Baseline-1
B Intervensi
A’ Baseline-2
10 11
11 10
8 7
7 4
5 4
Tabel di atas merupakan akumulasi frekuensi kesalahan subyek dalam mengerjakan soal tes kemampuan menulis permulaan dengan aspek
menyalin berbagai bentuk pola dasar yang telah dicapai pada fase baseline-1 A, intervensi B, dan baseline-
2 A’. Data tersebut menunjukkan bahwa adanya suatu pengaruh yang dihasilkan oleh penggunaan senam otak arm
activation terhadap perilaku dalam frekuensi kesalahan yang dialami, sehingga frekuensi kesalahan semakin berkurang pada fase intervensi dan
cukup stabil pada fase baseline-2. Berdasarkan data di atas, maka selanjutnya dapat disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Gambar 11. Display Perkembangan Frekuensi Kesalahan Dalam Kemampuan
Menulis Permulaan
Dengan Aspek
Menyalin Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Subyek.
2 4
6 8
10
sesi 1
sesi 2
sesi 3
sesi 1
sesi 2
sesi 3
sesi 4
sesi 1
sesi 2
sesi 3
Frekuensi Kesalahan
Baseline-2 Baseline-1
Intervensi
Frekuensi Kesalahan
109
Berdasarkan data di atas, maka diketahui bahwa dengan memberikan treatment berupa senam otak arm activation dapat mengurangi frekuensi
kesalahan subyek dalam mengerjakan soal. Dengan demikian, penggunaan senam otak arm activation dapat mempengaruhi kemampuan menulis
permulaan anak autistik yang ditandai dengan adanya pengurangan perilaku pada frekuensi kesalahan dalam mengerjakan soal.
Berdasarkan data penelitian di atas, maka berikut ini dapat dirangkum hasil analisis dalam kondisi maupun analisis antar kondisi ke dalam tabel,
seperti: a.
Analisis dalam kondisi Dalam penelitian ini, diketahui bahwa adanya perubahan yang
terjadi pada kemampuan menulis permulaan subyek pada aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar tersebut. Adapun peningkatan
kecenderungan arah yang terjadi pada fase baseline-1 A dan penurunan fase intervensi B serta baseline-2
A’.Selain itu dalam penelitian ini, perubahan kemampuan menulis permulaan dengan aspek menebalkan
berbagai bentuk pola dasar tampak setelah diberikan intervensi dengan adanya perubahan level +2. Akan tetapi, pada fase baseline-2 tidak
tampak adanya perubahan yang terjadi pada kemampuan subyek =0. Adapun rincian perhitungan mengenai komponen-komponen pada
analisis dalam kondisi ini terlampir dalam lampiran 10 halaman 211. Berikut tabel rangkuman analisis dalam kondisi subyek :
110
Tabel 22. Rangkuman Hasil Analisis Visual Dalam Kondisi Dengan Aspek Menyalin Berabagai Bentuk Pola Dasar.
Kondisi A
Baseline-1 B
Intervensi A’
Baseline-2
1. Panjang Kondisi 3
4 3
2. Estimasi Kecenderungan Arah. -
+ +
3. Kecenderungan Stabilitas Data. Stabil
Variabel Variabel
4. Jejak Data -
+ +
5. Level dan Stabilitas Rentang Stabil
10-11 Variabel
7-10 Variabel
4-5 6. Perubahan Level
11-11 =0
7-10 +3
4-4 =0
b. Analisis antar kondisi
Setelah mengetahui hasil pada analisis dalam kondisi sebelumnya, maka selanjutnya dilakukan analisis data antar kondisi. Adapun hasil
mengenai analisis data antar kondisi ini tercantum pada rangkuman hasil dalam tabel, seperti:
Tabel 23. Rangkuman Hasil Analisis Visual Antar Kondisi Dengan
Aspek Menyalin Berabagai Bentuk Pola Dasar.
Perbandingan Kondisi BA
A’B
1.
Jumlah variabel yang diubah
1 1
2.
Perubahan kecenderungan arah dan efeknya
- + + +
3.
Perubahan kecenderungan stabilitas
Stabil ke variabel Variabel ke
variabel 4.
Perubahan level
11 - 10 = +1 4 - 10 = +6
5.
Presentase Overlap
0:4 x 100= 0 0:3 x 100= 0
111
Berdasarkan data tabel di atas, perubahan kecenderungan arah antara kondisi baseline-1 A dengan intervensi B yakni menaik ke
menurun yang berarti kesalahan subyek dalam mengerjakan soal telah berkurang dan menjadi lebih baik setelah diberikan intervensi. Selain itu,
perubahan kecenderungan arah antara kondisi intervensi B dengan baseline-
2 A’ yakni menurun ke menurun yang berarti kemampuan subyek lebih baik setelah diberikan intervensi. Data yang tumpang tindih
overlap pada baseline-1 A ke intervensi B maupun intervensi B ke baseline-
2 A’ yaitu sebesar 0. Adapun rincian perhitungan mengenai komponen pada analisis antar kondisi ini terlampir dalam lampiran 10
halaman 213. Dengan demikian, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pemberian intervensi berupa senam otak arm activation berpengaruh terhadap kemampuan menulis permulaan anak autistik. Hal ini
ditunjukkan dengan berkurangnya frekuensi kesalahan subyek dalam mengerjakan soal setelah diberikan intervensi.
C. Pembahasan Penelitian