60
d. Kemampuan Motorik Halus
Subyek masih mengalami hambatan pada kemampuan motorik halus. Hal  ini  disebabkan,  karena  subyek  mengalami  sedikit  kekakuan  pada
beberapa aktivitas seperti menulis.
3. Deskripsi Data Hasil Penelitian
a. Deskripsi Baseline-1 Kemampuan awal subyek sebelum intervensi
Baseline-1 ini merupakan pengukuran awal mengenai kemampuan menulis permulaan subyek sebelum diberikannya intervensi. Pengukuran
kemampuan awal mengenai menulis permulaan subyek dilakukan dengan pemberian  tes  tertulis  yang  berjumlah  15  item  soal  untuk  menebalkan
berbagai  bentuk  pola  dasar  dan  15  item  soal  untuk  menyalin  berbagai bentuk pola dasar. Pada baseline-1 ini, pengukuran terhadap kemampuan
awal  menulis  permulaan  subyek  dilakukan  selama  3  sesi,  yang  mana setiap sesinya diberikan waktu selama 30 menit untuk mengerjakan soal
tes  yang  diberikan.  Tes  tertulis  ini  berguna  untuk  mengukur  frekuensi kesalahan  pada  subyek  penelitian.  Berikut  ini  merupakan  hasil
pengukuran  pada  baseline-1  mengenai  kemampuan  menulis  permulaan subyek:
1 Sesi 1
Pengukuran  kemampuan  awal  subyek  pada  baseline-1  sesi pertama  ini  dilaksanakan  pada  hari  Senin  tanggal  12  Januari  2015.
Pada  sesi  pertama  dalam  pengukuran  baseline-1  ini,  subyek  bersedia mengikuti  instruksi  yang  diberikan  oleh  peneliti  untuk  mengerjakan
61
soal pada tes  yang diberikan. Akan tetapi  sebelum  mengerjakan soal, subyek  sempat  menolak  untuk  menggunakan  pensil,  namun  hal
tersebut  tidak  berlangsung  lama  karena  tidak  lama  kemudian  subyek telah  bersedia  menggunakannya.  Pada  sesi  pertama  ini,  subyek
melakukan  dua  aktivitas  yaitu  menebalkan  dan  menyalin  berbagai bentuk pola dasar.
Kegiatan  awal  yang  dilakukan  yaitu  peneliti  memberikan  soal tes dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar pada subyek
untuk  dikerjakan.  Dalam  15  item  soal  mengenai  aspek  menebalkan, subyek  masih  mengalami  banyak  kesalahan  dikarenakan  subyek
mengalami  kesulitan  untuk  menggerakkan  pensil  sesuai  pola  yang tersedia.  Meskipun  demikian,  untuk  menebalkan  pola  garis  lurus
subyek  sudah  cukup  mampu  melakukannya,  namun  dalam menebalkan  garis  lengkung  masih  mengalami  banyak  hambatan.  Hal
tersebut  dikarenakan  subyek  cenderung  kaku  untuk  menggerakkan pensil.  Pada  kegiatan  menebalkan  berbagai  bentuk  pola  dasar  ini,
frekuensi  kesalahan  yang dihasilkan  yaitu sebanyak 9.  Adapun untuk memperjelas  hasil  tes  kemampuan  menulis  permulaan  dengan  aspek
menebalkan  berbagai  bentuk  pola  dasar  pada  sesi  I  baseline-1  ini dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 132.
Setelah  subyek  mampu  menyelesaikan  seluruh  soal  tes  yang diberikan,  peneliti  pun  melakukan  persiapan  untuk  melanjutkan
kegiatan kedua yaitu menulis dengan aspek menyalin berbagai bentuk
62
pola  dasar.  Akan  tetapi,  untuk  mencegah  adanya  kebosanan  pada subyek  dalam  mengikuti  kegiatan  ini,  peneliti  memberikannya  jeda
waktu  untuk  melakukan  aktivitas  lain.  Ketika  subyek  sudah  cukup untuk  mengalihkan  kegiatan  sebelumnya,  maka  peneliti  pun  mulai
memberikan  kembali  soal  tes  dengan  aspek  menyalin.  Dalam mengerjakan  soal,  frekuensi  kesalahan  subyek  cenderung  lebih
banyak. Hal tersebut dikarenakan tes tersebut tidak diberikan bantuan berupa  titik  penghubung  seperti  pada  tes  sebelumnya  yaitu
menebalkan  berbagai  bentuk  pola.  Subyek  cenderung  mengalami kesulitan  dalam  membuat  pola  secara  mandiri  tanpa  diberikannya
bantuan,  selain  itu  kurang  optimalnya  cara  subyek  dalam  memegang pesil  yaitu  dengan  terlalu  kuat  menyebabkan  tulisan  menjadi  tidak
beraturan.  Frekuensi  kesalahan  yang  dialami  subyek  pada  kegiatan menyalin  berbagai  bentuk  pola  dasar  ini  yaitu  sebanyak  10.  Adapun
untuk  memperjelas  hasil  tes  kemampuan  menulis  permulaan  dengan aspek menyalin berbagai  bentuk  pola dasar pada  sesi  I  baseline-1 ini
dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 135. 2
Sesi 2 Pengukuran  kemampuan  awal  subyek  pada  baseline-1  sesi
kedua ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 13 Januari 2015. Pada sesi  kedua  ini,  soal  tes  yang  diberikan  kepada  subyek  sama  seperti
pada  sesi  pertama  yaitu  menebalkan  dan  menyalin  berbagai  bentuk pola  dasar.  Selama  mengerjakan  soal  tes,  subyek  cenderung
63
berperilaku  aktif  dan  sering  memunculkan  perilaku  hand  flapping memukul-mukul  kedua  tangannya  ke  bagian  dada.  Dengan
demikian,  pemberian  tes  pada  sesi  ini  mengalami  suatu  hambatan terutama  dalam  mengkondisikan  subyek  agar  mampu  mengerjakan
soal dengan baik. Kegiatan  awal  yang  dilakukan  pada  sesi  ini  yaitu  mengerjakan
soal  tes  menulis  dengan  aspek  menebalkan  berbagai  bentuk  pola dasar.  Pada  sesi  ini,  subyek  mengalami  banyak  kesalahan  dalam
mengerjakan  soal,  hal  tersebut  dikarekan  subyek  tidak  mampu berfokus  dan  kesulitan  dalam  menggerakkan  pensil  untuk  membuat
suatu  garis  terutama  pada  garis  lengkung.  Frekuensi  kesalahan  yang dialami subyek pada kegiatan menebalkan berbagai bentuk pola dasar
ini  yaitu  sebanyak  9.  Dengan  demikian,  pada  sesi  ini  frekuensi kesalahan  subyek  dalam  mengerjakan  soal  cenderung  stabil  dari  sesi
sebelumnya.  Adapun  untuk  memperjelas  hasil  tes  kemampuan menulis  permulaan  dengan  aspek  menebalkan  berbagai  bentuk  pola
dasar pada sesi II baseline-1 ini dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 137.
Kegiatan yang dilakukan selanjutnya yaitu mengerjakan soal tes menulis  dengan  aspek  menyalin.  Akan  tetapi,  sebelum  subyek  mulai
melakukan kegiatan ini, seperti biasa peneliti memberikan waktu jeda kepada  subyek  untuk  beristirahat.  Setelah  subyek  cukup  untuk
beristirahat,  maka  kemudian  peneliti  memberikan  soal  tes  kepada
64
subyek untuk dikerjakan. Adapun hasil dalam pemberian tes pada sesi ini,  subyek  masih  banyak  mengalami  kesalahan  dalam  menyalin
bentuk.  Banyaknya  frekuensi  kesalahan  yang  terjadi,  dikarenakan subyek kesulitan untuk membuat sebuah garis yang membentuk suatu
pola,  seperti  bentuk  segitiga,  lengkungan,  dan  lingkaran.  Selain  itu, kemampuan  subyek  dalam  memegang  pensil  yang  kurang  maksimal
menyebabkan  gerakan  tangan  subyek  ketika  menulis  menjadi terhambat.  Frekuensi  kesalahan  yang  dialami  oleh  subyek  pada
kegiatan  menulis  dengan  aspek  menyalin  berbagai  bentuk  pola  dasar ini  yaitu  sebanyak  11.  Adapun  untuk  memperjelas  hasil  tes
kemampuan  menulis  permulaan  dengan  aspek  menyalin  berbagai bentuk  pola  dasar  pada  sesi  II  baseline-1  ini  dapat  dilihat  pada
lampiran 4 halaman 140. 3
Sesi 3 Pengukuran  kemampuan  awal  subyek  pada  baseline-1  sesi
keempat  ini  dilaksanakan  pada  hari  Rabu  tanggal  14  Januari  2015. Pada sesi ini, tes yang diberikan berupa tes menebalkan dan menyalin
berbagai bentuk pola dasar. Selama pelaksanaan kegiatan pada sesi ini subyek  dapat  mengikutinya  dengan  kondisi  yang  cukup  baik.
Meskipun  demikian,  kemampuannya  dalam  menggerakkan  pensil masih  kurang  optimal  sehingga  tulisan  yang  dihasilkan  cenderung
tidak beraturan.
65
Pada  sesi  ini,  kegiatan  awal  yang  dilakukan  yaitu  dengan mengerjakan  soal  tes  menulis  dengan  aspek  menebalkan  berbagai
bentuk pola dasar. Dalam mengerjakan soal ini, terlihat bahwa subyek masih  mengalami  kekakuan  dalam  menarik  sebuah  garis  sesuai
dengan  pola  yang  disediakan.  Subyek  mengalami  kesulitan  dalam menebalkan pola bentuk garis lengkung sesuai dengan pola. Frekuensi
kesalahan yang dihasilkan pada kegiatan ini yaitu sebanyak 8. Adapun untuk  memperjelas  hasil  tes  kemampuan  menulis  permulaan  dengan
aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar pada sesi III baseline-1 ini dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 142.
Kegiatan kedua yang dilakukan pada sesi ini yaitu mengerjakan soal  tes  menulis  dengan  aspek  menyalin  berbagai  bentuk  pola  dasar.
Adapun hasil dalam pemberian tes pada sesi ini, subyek masih banyak mengalami  kesalahan  dalam  menyalin  bentuk.  Banyaknya  frekuensi
kesalahan  yang terjadi, dikarenakan subyek kesulitan untuk membuat sebuah  garis  yang  membentuk  suatu  pola,  seperti  bentuk  segitiga,
lengkungan,  dan  lingkaran.  Selain  itu,  kemampuan  subyek  dalam memegang  pensil  yang  kurang  maksimal  menyebabkan  gerakan
tangan subyek ketika menulis menjadi terhambat. Frekuensi kesalahan yang  dihasilkan  pada  kegiatan  ini  yaitu  sebanyak  11.  Adapun  untuk
memperjelas  hasil  tes  kemampuan  menulis  permulaan  dengan  aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar pada sesi III baseline-1 ini dapat
dilihat pada lampiran 4 halaman 145.
66
Berdasarkan  hasil  pengukuran  pada  baseline-1  terhadap  perilaku yang  menjadi  target  behavior  dalam  mengerjakan  soal  menulis
permulaan dengan aspek menebalkan dan menyalin berbagai bentuk pola dasar dapat dijelaskan melalui tabel berikut ini:
Tabel  4.  Data  Frekuensi  Kesalahan  Dalam  Kemampuan  Menulis Permulaan  Dengan  Aspek  Menebalkan  Berbagai  Bentuk
Pola Dasar Pada
Baseline-1.
Perilaku Sasaran Target Behavior Sesi
Frekuensi Kesalahan Kesalahan dalam mengerjakan soal
tes menulis permulaan 1
9 2
9 3
8 Frekuensi  kesalahan  dalam  kemampuan  menulis  permulaan  pada
baseline-1  ini  lebih  diperjelas  dengan  adanya  hasil  observasi  mengenai pencatatan  kejadian  menghitung  frekuensi  dalam  lampiran  8  halaman
198.  Agar  memperjelas  data  di  atas,  maka  berikut  ini  disajikan  sebuah display  grafik  mengenai  frekuensi  kesalahan  subyek  dalam  kemampuan
menulis permulaan dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar pada baseline-1, seperti:
Gambar  4. Display  Hasil  Frekuensi  Kesalahan  Dalam  Kemampuan
Menulis Permulaan Dengan Aspek Menebalkan Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada
Baseline-1.
7.5 8
8.5 9
9.5
sesi 1 sesi 2
sesi 3
Frekuensi Kesalahan
Frekuensi Kesalahan
67
Display  grafik  di  atas  menunjukkan  bahwa  pada  sesi  pertama  dan kedua,  pengukuran  dilakukan  terhadap  kemampuan  dalam  menebalkan
berbagai  bentuk  pola  dasar,  dengan  frekuensi  kesalahan  yang  terjadi cenderung stabil. Akan tetapi pada sesi ketiga, frekuensi kesalahan yang
terjadi cenderung berkurang dan menurun.
Tabel  5.  Data  Frekuensi  Kesalahan  Dalam  Kemampuan  Menulis Permulaan Dengan Aspek Menyalin Berbagai Bentuk Pola
Dasar Pada
Baseline-1.
Perilaku Sasaran Target Behavior Sesi
Frekuensi Kesalahan Kesalahan dalam mengerjakan soal
tes menulis permulaan 1
10 2
11 3
11 Frekuensi  kesalahan  dalam  kemampuan  menulis  permulaan  pada
baseline-1  ini  lebih  diperjelas  dengan  adanya  hasil  observasi  mengenai pencatatan  kejadian  menghitung  frekuensi  dalam  lampiran  8  halaman
199.  Agar  memperjelas  data  di  atas,  maka  berikut  ini  disajikan  sebuah display  grafik  mengenai  frekuensi  kesalahan  subyek  dalam  kemampuan
menulis  permulaan  dengan  aspek  menyalin  berbagai  bentuk  pola  dasar pada baseline-1, seperti:
Gambar  5. Display  Hasil  Frekuensi  Kesalahan  Dalam  Kemampuan
Menulis  Permulaan  Dengan  Aspek  Menyalin  Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada
Baseline-1.
9.5 10
10.5 11
11.5
sesi 1 sesi 2
sesi 3
Frekuensi Kesalahan
Frekuensi Kesalahan
68
Display  grafik  di  atas  menunjukkan  bahwa  pada  sesi  pertama frekuensi kesalahan yang terjadi cukup rendah jika dibandingkan dengan
sesi kedua dan ketiga yang cenderung meningkat serta stabil.  Dalam hal ini,  kemampuan  subyek  dalam  menyalin  berbagai  bentuk  pola  dasar
cukup  rendah,  terlihat  dengan  banyaknya  frekuensi  kesalahan  yang terjadi.
b. Deskripsi Intervensi Kemampuan subyek saat diberikan treatment
Pemberian intervensi pada penelitian ini dilakukan selama delapan sesi,  yang  mana  pada  masing-masing  sesi  diberikan  waktu  30  menit
untuk  mengerjakan  soal  tes.  Tes  yang  diberikan  mencakup  aspek menebalkan  dan  menyalin  berbagai  bentuk  pola  dasar,  dengan  jumlah
soal pada masing-masing aspek yaitu 15 soal. Dalam  pelaksanaan  intervensi  ini,  langkah  awal  yang  dilakukan
yaitu dengan merelaksasikan kedua tangan subyek dengan cara membuka dan menutup telapak tangannya, kemudian dilanjutkan dengan beberapa
gerakan  mengaktifkan  tangan  lainnya,  seperti:  mengepalkan  salah  satu tangan diangkat ke atas, mendorong tangan dengan bantuan tangan yang
lain ke atas, ke bawah, ke kanan dan ke kiri. Beberapa gerakan tersebut dilakukan  agar  dalam  mengerjakan  soal,  subyek  tidak  mengalami
kekakuan  dan  dapat  dengan  mudah  menggerakkan  tangannya  untuk menulis. Adapun deskripsi pelaksaan intervensi yang dilakukan, yaitu:
1 Deskripsi  pelaksanaan  intervensi  pada  aspek  menebalkan  berbagai
bentuk pola dasar
69
a Sesi I
Pemberian  intervensi  pada  sesi  I  dilaksanakan  pada  hari Senin  tanggal  19  Januari  2015  pukul  08.30.  Sebelum  memulai
pelaksanaan intervensi ini terlebih dahlu subyek dikondisikan agar duduk  dengan  tenang  dan  nyaman  sehingga  mampu  mengikuti
proses  pembelajaran  dengan  baik.  Peneliti  mengawali  kegiatan dengan  mendemonstrasikan  gerakan-gerakan  senam  otak  arm
activation  kepada  subyek  dan  selanjutnya  meminta  subyek  untuk mengikuti  gerakan  yang  telah  dicontohkan.  Dalam  memulai
pemberian  intervensi  ini,  subyek  diminta  untuk  terlebih  dahulu membuka  dan  menutup  telapak  tangannya  agar  kedua  tangannya
tersebut menjadi relaks dan tidak kaku. Ketika melakukan aktivitas ini,  gerakan  subyek  cenderung  kaku  dan  terbata-bata  dikarenakan
subyek  belum  terbiasa  melakukan  aktivitas  ini  seblumnya. Selanjutnya,  subyek  diminta  untuk  mengepalkan  salah  satu
tangannya lalu di angkat ke atas dan di dorong oleh tangan lainnya ke  atas,  ke  bawah,  ke  kanan,  dan  ke  kiri.  Dalam  pelaksaan
serangkaian  gerakan  tersebut,  subyek  sudah  cukup  mampu melakukannya dengan baik namun masih mengalami kebingungan
sehingga membutuhkan  bantuan, terutama ketika peneliti meminta subyek untuk mendorong tangannya ke kanan dan ke kiri.
Setelah  selesai  melakukan  serangkaian  gerakan  arm activation tersebut, subyek diminta untuk memegang pensil dengan
70
benar  dan  peneliti  memberikan  arahan  kepada  subyek  untuk melakukan  kegiatan  menebalkan  pola  bentuk  dengan  baik.  Ketika
akan menulis, subyek sudah cukup mampu untuk memegang pensil dengan  baik,  namun  terkadang  mengalami  kekakuan  dalam
menggerakkan  tangannya  sehingga  menyebabkan  tulisannya menjadi  tidak  beraturan.  Pada  kegiatan  menebalkan  ini,  subyek
sudah cukup mampu membuat garis lurus namun belum konsisten dikarenakan terdapat  beberapa bentuk  yang masih tidak beraturan.
Akan  tetapi,  dalam  menebalkan  pola  garis  lengkung  masih mengalami  kesulitan  karena  subyek  kurang  luwes  dalam
menggerakkan  tangannya.  Ketika  subyek  terlihat  mengalami kesulitan  dalam  menulis,  peneliti  kembali  meminta  subyek  untuk
melemaskan kedua tangannya dengan cara membuka dan menutup secara  berulang,  agar  tangannya  kembali  relaks  dan  kegiatan
mengerjakan  soal  pun  kembali  dilakukan.  Kegiatan  ini  terus dilakukan hingga subyek dapat menyelesaikan seluruh soal tes.
Pada  pelaksanaan  intervensi  sesi  I  ini,  subyek  sering  kali memunculkan perilaku hand flapping sehingga menghambat proses
pembelajaran.  Ketika  subyek  memunculkan  perilaku-perilaku negatif  seperti  itu,  maka  kegiatan  mengerjakan  soal  tes  pun
dihentikan  sejenak  hingga  subyek  kembali  duduk  dengan  tenang. Beberapa  hambatan  tersebut  mempengaruhi  sikap  belajar  subyek
yakni  menjadi  tidak  dapat  berfokus  dalam  mengerjakan  tugasnya.
71
Hasil  pelaksanaan  intervensi  pada  sesi  I  ini,  subyek  cenderung masih  mengalami  hambatan  dalam  mengerjakan  soal  tes  sehingga
frekuensi  kesalahan  yang  dihasilkan  berjumlah  7.  Hambatan  yang terjadi  dikarenakan  subyek  masih  terlihat  mengalami  sedikit
kekakuan  pada  saat  menulis,  serta  kurangnya  fokus  perhatian subyek saat mengerjakan soal. Adapun untuk memperjelas hasil tes
kemampuan  menulis  permulaan  dengan  aspek  menebalkan berbagai  bentuk  pola  dasar  pada  sesi  I  intervensi  ini  dapat  dilihat
pada  lampiran  5  halaman  147.  Berikut  ini  merupakan  data mengenai kemampuan menulis permulaan pada intervensi sesi I:
Tabel  6.  Data  Hasil  Intervensi  ke-1  Pada  Aspek  Menebalkan Berbagai Bentuk Pola Dasar
Perilaku Sasaran Target Behavior
Waktu Terjadi
perilaku sasaran
Total kejadian
Kesalahan dalam mengerjakan soal tes
menulis permulaan 08.30
– 09.00 IIII II
7
b Sesi II
Pemberian  intervensi  pada  sesi  II  dilaksanakan  pada  hari Selasa  tanggal  20  Januari  2015  pukul  08.30.  Sama  seperti  dengan
sesi  sebelumnya,  diawal  kegiatan  dalam  pemberian  intervensi  ini terlebih  dahulu  subyek  dikondisikan  agar  dapat  duduk  dengan
tenang  dan  nyaman.  Selain  itu,  peneliti  mendemonstrasikan gerakan-gerakan senam otak arm activation yang kemudian diikuti
oleh  subyek.  Ketika  melakukan  gerakan  membuka  dan  menutup
72
telapak  tangan,  terlihat  subyek  masih  sedikit  kaku  namun  dapat melakukan gerakan ini dengan baik. Sedangkan untuk gerakan lain,
seperti  mengepalkan  tangan  lalu  di  angkat  ke  atas  dan  didorong oleh tangan lainnya ke atas, ke bawah, ke kanan, dan ke kiri sudah
cukup mampu, namun masih memerlukan bantuan terutama dalam mengarahkan kanan dan kiri.
Setelah  selesai  melakukan  serangkaian  gerakan  arm activation  tersebut,  subyek  kembali  diminta  merelaksasikan
tangannya dengan cara membuka dan menutup telapak tangan agar kondisi  tangan  lebih  relaks.  Pada  saat  kondisi  tangan  dan  tubuh
subyek  sudah  relaks,  maka  peneliti  memberikan  instruksi  kepada subyek  untuk  memegang  pensil  dan  memulai  mengerjakan  soal.
Dalam  menebalkan  garis  lurus,  subyek  sudah  cukup  mampu melakukannya  dengan  baik,  namun  subyek  mengalami  kesulitan
dalam  menebalkan  gabungan  dua  garis  atau  lebih  persegi, dikarenakan  kurangnya  kemampuan  subyek  dalam  menggerakkan
pensil dengan baik. Setelah mengalami beberapa hambatan, subyek menjadi kurang kondusif untuk mengerjakan soal lainnya, sehingga
peneliti meminta subyek kembali merelaksasikan kedua tangannya dengan  cara  membuka  dan  menutup  telapak  tangan.  Kegiatan
merelaksasikan  ini  dilakukan  secara  berulang  setiap  kali  subyek terlihat  kurang  kondusif  dalam  mengerjakan  soal  karena  adanya
hambatan  berupa  kekakuan  pada  saat  menulis.  Selain  itu,
73
kemampuan  subyek  dalam  menebalkan  garis  lengkung  masih rendah,  dikarenakan  pada  beberapa  pola  bentuk  garis  lengkung
terutama  lingkaran,  subyek  masih  mengalami  kesulitan  untuk menebalkannya  dengan  baik.  Frekuensi  kesalahan  yang  dialami
subyek  pada  kegiatan  menebalkan  berbagai  bentuk  pola  dasar  ini yaitu sebanyak 7. Adapun untuk memperjelas hasil tes kemampuan
menulis permulaan dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar  pada  sesi  II  intervensi  ini  dapat  dilihat  pada  lampiran  5
halaman  150.  Berikut  ini  merupakan  data  mengenai  kemampuan menulis permulaan pada intervensi sesi II:
Tabel  7.  Data  Hasil  Intervensi  Ke-2  Pada  Aspek  Menebalkan Berbagai Bentuk Pola Dasar.
Perilaku Sasaran Target Behavior
Waktu Terjadi
perilaku sasaran
Total kejadian
Kesalahan dalam mengerjakan soal tes
menulis permulaan 08.30
– 09.00 IIII II
7
c Sesi III
Pemberian  intervensi  pada  sesi  III  dilaksanakan  pada  hari Rabu  tanggal  21  Januari  2015  pukul  08.30.  Sebelum  memulai
pemberian  intervensi,  dilakukan  terlebih  dahulu  pengkondisian subyek  agar  duduk  dengan  nyaman  dan  mengikuti  pemberian
intervensi  dengan  baik.  Setelah  subyek  mampu  duduk  dengan tenang, maka peneliti mulai memberikan intervensi kepada subyek,
74
yakni  dengan  mendemonstrasikan  gerakan  senam  otak  arm activation  kepada  subyek  dan  memintanya  untuk  mengikuti
gerakan tersebut. Ketika peneliti meminta subyek untuk melakukan gerakan  membuka  dan  menutup  telapak  tangan,  subyek  sudah
cukup  mampu  melakukannya  dengan  baik  dan  benar.  Begitupun dalam  melakukan  gerakan  mengepalkan  tangan  lalu  diangkat  ke
atas  dapat  dilakukan  dengan  cukup  baik,  namun  untuk  gerakan mendorong tangan ke atas, ke bawah, ke kanan, dan ke kiri, subyek
masih membutuhkan bantuan. Sebelum memulai kegiatan mengerjakan soal, terlebih dahulu
subyek  diminta  untuk  merelaksasikan  kedua  tangannya  kembali dengan  cara  membuka  dan  menutup  telapak  tangannya,  agar  tidak
mengalami  kekakuan  pada  saat  menulis.  Setelah  kondisi  subyek menjadi  relaks,  maka  peneliti  memberikan  soal  dengan  aspek
menebalkan  pada  subyek  untuk  dikerjakan.  Subyek  sudah  cukup mampu  menebalkan  garis  vertikal  dan  horizontal  dengan  baik,
namun  sama  seperti  sebelumnya  bahwa  subyek  mengalami kesulitan dalam menebalkan pola bentuk yang terdiri dari dua garis
atau  lebih  dan  pola  garis  lengkung.  Kesulitan  subyek  dalam menebalkan  terlihat  pada  hasil  tulisannya  yang  tidak  beraturan,
dikarenakan kurang optimalnya dalam menggerakkan tangan untuk menulis.  Akan  tetapi,  pada  sesi  ketiga  ini  frekuensi  munculnya
kesalahan  dalam  menulis  permulaan  aspek  menebalkan  berbagai
75
bentuk  pola  dasar  cukup  stabil  dan  menurun  jika  dibandingkan dengan hasil pada sesi  pertama.  Frekuensi  kesalahan  yang dialami
subyek  pada  kegiatan  menebalkan  berbagai  bentuk  pola  dasar  ini yaitu sebanyak 6. Adapun untuk memperjelas hasil tes kemampuan
menulis permulaan dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar  pada  sesi  III  intervensi  ini  dapat  dilihat  pada  lampiran  5
halaman  153.  Berikut  ini  merupakan  data  mengenai  kemampuan menulis permulaan pada intervensi sesi III:
Tabel  8.  Data  Hasil  Intervensi  Ke-3  Pada  Aspek  Menebalkan Berbagai Bentuk Pola Dasar.
Perilaku Sasaran Target Behavior
Waktu Terjadi
perilaku sasaran
Total kejadian
Kesalahan dalam mengerjakan soal tes
menulis permulaan 08.30
– 09.00 IIII I
6
d Sesi IV
Pemberian  intervensi  pada  sesi  IV  dilaksanakan  pada  hari Kamis tanggal 22 Januari 2015 pukul 08.30. Seperti biasa, sebelum
memulai pemberian intervensi, sebelum memulai  kegiatan terlebih dahulu  subyek  dikondisikan  agar  mampu  duduk  dengan  tenang.
Kegiatan  yang  dilakukan  selanjutnya  yaitu  memulai  pemberian intervensi,  dengan  cara  mendemonstrasikan  serangkaian  gerakan
arm  activation  kepada  subyek,  serta  memberikan  instruksi  untuk mengikutinya.  Dalam  melakukan  serangkaian  gerakan  arm
activation  ini,  subyek  sudah  cukup  mampu  melakukannya  dengan
76
baik,  namun  terkadang  masih  mengalami  sedikit  hambatan  dan bantuan. Setelah kondisi subyek menjadi relaks,  maka selanjutnya
peneliti  melanjutkan  kegiatan  dengan  pemberian  soal  tes  pada subyek.  Akan  tetapi,  sebelum  memulai  kegiatan  menulis,  subyek
terlebih dahulu
diberikan instruksioleh
peneliti untuk
merelaksasikan telapak tangannya dengan cara meremas membuka dan menutup telapak tangan.
Selanjutnya  peneliti  memberikan  instruksi  kepada  subyek untuk  mulai  mengerjakan  soal  tes  yang  diberikan.  Kemampuan
subyek dalam menebalkan berbagai bentuk pola dasar sudah cukup baik  dan  mengalami  peningkatan  jika  dibandingkan  dengan
pengukuran  sebelumnya.  Pada  sesi  ini,  subyek  sudah  mampu menebalkan  pola  garis  lurus  vertikal,  horizontal,  maupun  garis
miring dengan cukup baik, meskipun dalam menebalkan pola garis lainnya  masih  mengalami  hambatan  terutama  dalam  menebalkan
pola  garis  lengkung.  Dalam  hal  ini,  kesulitan  yang  dialami  oleh subyek dalam menebalkan pola garis lengkung dikarenakan subyek
kurang luwes dalam menggerakkan pensil dan juga kurang percaya diri  untuk  melakukannya.  Meskipun  demikian,  pada  sesi  ini
frekuensi  kesalahan  yang  terjadi  dalam  menebalkan  berbagai bentuk  pola  dasar  semakin  berkurang  jika  dibandingkan  dengan
sesi  sebelumnya.  Pada  sesi  ini,  frekuensi  kesalahan  yang  dialami oleh subyek yaitu sebanyak 5. Adapun untuk memperjelas hasil tes
77
kemampuan  menulis  permulaan  dengan  aspek  menebalkan berbagai bentuk pola dasar pada sesi IV intervensi ini dapat dilihat
pada  lampiran  5  halaman  156.  Berikut  ini  merupakan  data mengenai kemampuan menulis permulaan pada intervensi sesi IV:
Tabel  9.  Data  Hasil  Intervensi  Ke-4  Pada  Aspek  Menebalkan Berbagai Bentuk Pola Dasar.
Perilaku Sasaran Target Behavior
Waktu Terjadi
perilaku sasaran
Total kejadian
Kesalahan dalam mengerjakan soal tes
menulis permulaan 08.30
– 09.00 IIII
5
Berdasarkan  hasil  pelaksanaan  intervensi  yang  telah dijelaskan  di  atas,  berikut  disajikan  data  akumulasi  frekuensi
kemampuan  menulis  permulaan  yang  terfokus  pada  kesalahan subyek  dalam  mengerjakan  soal  tes  menulis  permulaan  dengan
aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar untuk baseline-1 dan intervensi, seperti:
Tabel  10.  Data  Hasil  Frekuensi  Kesalahan  Subyek  Dalam Kemampuan  Menulis  Permulaan  Dengan  Aspek
Menebalkan Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Sesi Intervensi
Perilaku Sasaran Target Behavior
Sesi ke- Frekuensi Kesalahan
Baseline-I A
Intervensi B
Kesalahan dalam mengerjakan soal
tes menulis permulaan
1 9
7 2
9 7
3 8
6 4
- 5
78
Frekuensi  kesalahan  dalam  kemampuan  menulis  permulaan pada  fase  intervensi  ini  lebih  diperjelas  dengan  adanya  hasil
observasi  mengenai  pencatatan  kejadian  menghitung  frekuensi dalam  lampiran  8  halaman  200.  Agar  memperjelas  hasil  data
tersebut,  berikut  ini  disajikan  display  grafik  data  frekuensi kesalahan  subyek  dalam  mengerjakan  soal  menulis  permulaan
dengan  aspek  menebalkan  berbagai  bentuk  pola  dasar  pada  fase intervensi, seperti:
Gambar  6. Display  Hasil  Frekuensi  Kesalahan  Subyek  Dalam
Kemampuan  Menulis  Permulaan  Dengan  Aspek Menebalkan  Berbagai  Bentuk  Pola  Dasar  Pada
Sesi Intervensi
Berdasarkan  data  di  atas,  terlihat  bahwa  frekuensi  munculnya kesalahan  yang  terjadi  pada  kemampuan  menulis  permulaan  subyek
dengan  aspek  menebalkan  berbagai  bentuk  pola  dasar  mengalami penurunan  setelah  diberikannya  treatment  menggunakan  senam  otak
arm activation. Pada fase intervensi ini, kemampuannya sudah cukup lebih  baik  jika  dibandingkan  dengan  kemampuannya  sebelum
diberikan perlakuan. Kemampuan subyek dalam menebalkan berbagai
2 4
6 8
10
sesi 1
sesi 2
sesi 3
sesi 1
sesi 2
sesi 3
sesi 4
Frekuensi Kesalahan
Frekuensi Kesalahan
Baseline-1 Intervensi
79
bentuk  pola  dasar  setelah  diberikannya  perlakuan  telah  mengalami perubahan yang cukup baik, hal ini dibuktikan dengan hasil tulisannya
dalam membuat sebuah garis sesuai dengan pola yang disediakan. 2
Deskripsi  pelaksanaan  intervensi  pada  aspek  menyalin  berbagai bentuk pola dasar
a Sesi I
Pemberian  intervensi  pada  sesi  I  dilaksanakan  pada  hari Senin  tanggal  26  Januari  2015  pukul  08.45.  Kegiatan  ini  diawali
dengan  mengkondisikan  subyek  agar  dapat  mengikuti  proses belajar  dengan  baik.  Setelah  subyek  dapat  duduk  dengan  tenang,
peneliti mulai
memberikan intervensi
yaitu dengan
mendemonstrasikan terlebih
dahulu gerakan-gerakan
arm activation dan meminta subyek untuk mengikutinya. Gerakan awal
yang  dilakukan  yaitu  membuka  dan  menutup  telapak  tangan  agar kedua  tangan  subyek  menjadi  relaks  dan  tidak  kaku.  Gerakan
selanjutnya  yaitu  gerakan  yang dapat  merelaksasikan bahu subyek dengan  cara  mengepalkan  salah  satu  tangannya  lalu  diangkat  ke
atas dan didorong oleh tangan lainnya. Dalam  melakukan  gerakan ini,  subyek  sudah  cukup  mampu  melakukannya  secara  mandiri
meskipun  sedikit  terlihat  kurang  percaya  diri.  Kegiatan  ini dilakukan  secara  berulang  sebelum  subyek  diberikan  soal  untuk
dikerjakan.
80
Setelah kondisi subyek relaks dan tidak tegang, maka peneliti memberikan  soal  tes  kepada  subyek  untuk  dikerjakan.  Tes  yang
diberikan  pada  subyek  pada  sesi  ini  yaitu  dengan  aspek  menyalin berbagai bentuk pola dasar. Dalam aktivitas ini, subyek cenderung
masih  mengalami  kesulitan  terutama  dalam  menyalin  beberapa bentuk  yang  memiliki  unsur  lebih  dari  satu  garis  seperti:  bentuk
segitiga,  persegi.  Selain  itu,  dalam  menyalin  beberapa  garis  lurus maupun  garis  miring,  subyek  dapat  melakukannya  dengan  cukup
mampu  meskipun  masih  mengalami  kesulitan  karena  kurangnya konsistensi  dalam  membuat  garis  sehingga  tulisan  terkadang
menjadi  tidak  beraturan.  Ketika  subyek  terlihat  mengalami kesulitan  dalam  menyalin  bentuk  dan  menarik  garis  dikarenakan
adanya  kekakuan  yang  terjadi  pada  tangannya,  maka  peneliti kembali  merelaksasikan  kedua  telapak  tangannya  dengan  cara
melakukan  gerakan  membuka  dan  menutup  telapak  tangan  hingga subyek kembali relaks untuk melanjutkan tugasnya. Setelah kondisi
tangan  subyek  kembali  relaks,  peneliti  pun  memberikan  kembali soal tes untuk dikerjakan oleh subyek. Setelah diberikan relaksasi,
subyek  pun  dapat  mngerjakan  beberapa  soal  dengn  cukup  baik, meskipun belum optimal. Frekuensi kesalahan yang dialami subyek
pada  kegiatan  menyalin  berbagai  bentuk  pola  dasar  ini  yaitu sebanyak  10.  Adapun  untuk  memperjelas  hasil  tes  kemampuan
menulis  permulaan  dengan  aspek  menyalin  berbagai  bentuk  pola
81
dasar  pada  sesi  I  intervensi  ini  dapat  dilihat  pada  lampiran  5 halaman 159.
Selama  pemberian  intervensi  pada  sesi  keempat  ini,  subyek cenderung  kurang  bersemangat  untuk  mengikuti  serangkaian
kegiatan  yang  diberikan.  Selain  itu,  subyek  pun  cenderung terganggu  dengan  kondisi  kelas  yang  saat  itu  kurang  kondusif.
Dalam  mengerjakan  soal  tes  pun,  subyek  cenderung  ragu-ragu untuk
melakukannya sehingga
berpengaruh terhadap
kemampuannya  dalam  menyelesaikan  tugas.  Setelah  diberikan intervensi dengan merelaksasikan kekakuannya, subyek pun sedikit
mengalami  peningkatan  dalam  kemampuan  menulisnya.  Hal tersebut dibuktikan dengan frekuensi munculnya kesalahan subyek
dalam  mengerjakan  soal  yang  berkurang.  Berikut  ini  merupakan data mengenai kemampuan menulis permulaan pada intervensi sesi
I:
Tabel  11.  Data  Hasil  Intervensi  Ke-1  Pada  Aspek  Menyalin Berbagai Bentuk Pola Dasar.
Perilaku Sasaran Target Behavior
Waktu Terjadi
perilaku sasaran
Total kejadian
Kesalahan dalam mengerjakan soal tes
menulis permulaan 08.45
– 09.15 IIII IIII
10
b Sesi II
Pemberian  intervensi  pada  sesi  II  dilaksanakan  pada  hari Selasa  tanggal  27  Januari  2015  pukul  08.30.  Kegiatan  yang
82
dilakukan  pada  sesi  ini  diawali  dengan  mengkondisikan  subyek agar  dapat  duduk  dengan  tenang  dan  nyaman,  serta  pemberian
intervensi berupa gerakan-gerakan senam otak arm activation yang dapat  merelaksasikan  kekakuan  pada  subyek  ketika  menulis.
Gerakan  awal  dilakukan  dengan  cara  membuka  dan  menutup telapak tangan subyek secara berulang, dilanjutkan dengan gerakan
lain yaitu mengepalkan salah satu tangan lalu diangkat ke atas dan didorong  ke  atas,  ke  bawah,  ke  kanan,  dan  ke  kiri  oleh  tangan
lainnya  yang  dilakukan  secara  bergantian.  Dalam  melakukan aktivitas  ini,  subyek  sudah  cukup  mampu  melakukannya  dengan
baik. Setelah  selesai  melakukan  gerakan-gerakan  senam  arm
activation  tersebut,  subyek  diinstruksikan  untuk  memegang  pensil dengan benar dan dilanjutkan dengan pemberian tugas berupa soal
tes  dengan  aspek  menyalin  berbagai  bentuk  pola  dasar. Kemampuan  subyek  dalam  memegang  pensil  sudah  baik,  namun
terkadang subyek
terlihat mengalami
kekakuan dalam
menggerakkan  pensil  tersebut.  Maka  dari  itu,  setiap  kali  subyek terlihat  kaku  dan  mengalami  kesulitan  dalam  menulis,  peneliti
memberikan upaya relaksasi kepada subyek dengan cara meremas- remas tangannya membuka dan menutup telapak tangan beberapa
saat dan dilanjutkan untuk mengerjakannya kembali.
83
Pada  sesi  ini,  terlihat  subyek  kurang  konsitensi  dalam membuat  sebuah  garis,  hal  ini  dikarenakan  terdapat  beberapa  pola
penulisannya tidak beraturan. Akan tetapi, kemampuan subyek saat ini  dalam  menyalin  suatu  bentuk  sudah  cukup  baik,  dikarenakan
jumlah  frekuensi  kesalahan  dalam  mengerjakan  tugas  subyek semakin  berkurang  apabila  dibandingkan  dengan  pertemuan
sebelumnya.  Kemampuan  subyek  dalam  menyalin  sebuah  garis lurus  maupun  garis  lengkung  sudah  cukup  baik,  namun  dalam
menyalin  bentuk  garis  lengkung  maupun  lingkaran  masih mengalami hambatan. Hambatan tersebut disebabkan karena dalam
membuat bentuk garis lengkung maupun lingkaran, subyek kurang luwes  dan  cenderung  ragu-ragu  untuk  melakukannya.  Frekuensi
kesalahan  yang  dialami  subyek  pada  kegiatan  menyalin  berbagai bentuk pola dasar ini yaitu sebanyak 8. Adapun untuk memperjelas
hasil  tes  kemampuan  menulis  permulaan  dengan  aspek  menyalin berbagai  bentuk  pola dasar pada sesi  II intervensi  ini dapat  dilihat
pada lampiran 5 halaman 161. Pada  pelaksanaan  pemberian  intervensi  sesi  ini,  terdapat
banyak  hambatan  dan  kendala  yang  menyebabkan  pemberian intervensi ini menjadi kurang optimal. Beberapa hambatan tersebut
terjadi karena kondisi subyek  yang cenderung mengganggu proses belajar.  Sesekali  subyek  menjadi  marah  dan  menolak  untuk
mengerjakan tugasnya karena mengalami kesulitan dalam menulis.
84
Akan tetapi, meski banyaknya hambatan yang mengganggu proses subyek  dalam  mengerjakan  soal,  namun  kemampuan  subyek  saat
ini cukup baik yakni adanya sedikit peningkatan pada kemampuan menulis  permulaannya.  Berikut  ini  merupakan  data  mengenai
kemampuan menulis permulaan pada intervensi sesi II:
Tabel  12.  Data  Hasil  Intervensi  Ke-2  Pada  Aspek  Menyalin Berbagai Bentuk Pola Dasar.
Perilaku Sasaran Target Behavior
Waktu Terjadi
perilaku sasaran
Total kejadian
Kesalahan dalam mengerjakan soal tes
menulis permulaan 08.30
– 09.00 IIII III
8
c Sesi III
Pemberian  intervensi  pada  sesi  III  dilaksanakan  pada  hari Rabu  tanggal  28  Januari  2015  pukul  08.00.  Sebelum  memulai
kegiatan,  terlebih  dahulu  peneliti  mengkondisikan  subyek  agar mampu  duduk  dengan  tenang  dan  nyaman  dalam  mengikuti
serangkaian  kegiatan  dalam  pemberian  intervensi  pada  sesi  ini. Selanjutnya,  kegiatan  yang  dilakukan  yaitu  mendemonstrasikan
beberapa  gerakan  arm  activation  dan  meminta  subyek  untuk mengikutinya.  Dalam  mengikuti  serangkaian  gerakan  arm
activation  ini,  subyek  sudah  cukup  mampu  melakukannya  dengan cukup  baik,  meskipun  sesekali  peneliti  memberikan  bantuan
kepada  subyek  untuk  mengarahkannya.  Setelah  kondisi  subyek terlihat  relaks,  maka  peneliti  memberikan  intruksi  kepada  subyek
85
untuk  memegang  pensil  dan  mulai  mengerjakan  soal  yang  telah diberikan.  Kemampuan  subyek  dalam  memegang  pensil  sudah
benar,  namun  dalam  menggunakannya  terkadang  masih  terlihat kaku.
Pada  sesi  ini,  kemampuan  subyek  dalam  menyalin  bentuk pola dasar sudah cukup banyak mengalami peningkatan, meskipun
masih  belum  optimal  dikarenakan  terdapat  beberapa  bentuk  yang penulisannya  tidak  beraturan.  Selain  itu,  kemampuannya  dalam
menyalin  suatu  bentuk  pola  garis  lengkung  maupun  lingkaran, subyek  sudah  cukup  mampu  melakukannya  dengan  baik.  Dalam
hal  ini,  kemampuan  subyek  dalam  menggerakkan  pensil  sudah cukup  baik,  dan  kekakuan  yang  terjadi  pada  tangan  subyek  ketika
menulis sudah sedikit berkurang dengan seringnya diberikan upaya merelaksasikan  kekakuannya  tersebut.  Frekuensi  kesalahan  yang
dialami subyek pada kegiatan menyalin berbagai bentuk pola dasar ini  yaitu  sebanyak  7.  Adapun  untuk  memperjelas  hasil  tes
kemampuan  menulis  permulaan  dengan  aspek  menyalin  berbagai bentuk  pola  dasar  pada  sesi  III  intervensi  ini  dapat  dilihat  pada
lampiran 5 halaman 163. Selama pemberian intervensi pada sesi ini, subyek cenderung
menunjukkan sikap yang berlebihan dan emosional. Subyek sering berteriak  tanpa  adanya  sebab  dan  cenderung  ragu-ragu  ketika
menulis. Selain itu, dalam mengerjakan soal  subyek terlihat  bosan
86
dengan  menunjukkan  perilaku  mengganggu  teman  pada  saat belajar. Berikut ini merupakan data mengenai kemampuan menulis
permulaan pada intervensi sesi III:
Tabel  13.  Data  Hasil  Intervensi  Ke-3  Pada  Aspek  Menyalin Berbagai Bentuk Pola Dasar.
Perilaku Sasaran Target Behavior
Waktu Terjadi
perilaku sasaran
Total kejadian
Kesalahan dalam mengerjakan soal tes
menulis permulaan 08.00
– 08.30 IIII II
7
d Sesi IV
Pemberian  intervensi  pada  sesi  IV  dilaksanakan  pada  hari Kamis tanggal 29 Januari 2015 pukul 08.00. Kegiatan pada sesi ini
diawali  dengan  mengkondisikan  subyek  agar  dapat  duduk  dengan tenang  dan  nyaman  dalam  mengikuti  serangkaian  kegiatan  dalam
pemberian  intervensi  pada  sesi  ini.  Kegiatan  yang  dilakukan selanjutnya  yaitu peneliti mendemonstrasikan serangkaian gerakan
arm activation dan meminta subyek untuk mengikuti kegiatan yang sama.  Kemampuan  subyek  dalam  melakukan  serangkaian  gerakan
senam  arm  activation  saat  ini  sudah  lebih  baik  jika  dibandingkan dengan  kemampuan  sebelumnya.  Saat  ini,  subyek  mampu
melakukannya secara mandiri dengan baik. Sebelum  memulai  pada  kegiatan  mengerjakan  soal  tes
menulis  dengan  aspek  menyalin  berbagai  bentuk  pola  dasar,
87
terlebih  dahulu  subyek  diminta  untuk  meremas  kedua  telapak tangannya  agar  lebih  relaks  ketika  menulis.  Selanjutnya,  subyek
diminta untuk memegang pensil dan mulai mengerjakan soal  yang diberikan.  Ketika  menulis,  subyek  terlihat  lebih  baik  dalam
menggerakkan  pensil  namun  terkadang  mengalami  sedikit kekakuan. Sesekali peneliti meminta subyek untuk merelaksasikan
kedua  tangannya  agar  tidak  terjadi  kekakuan  yang  dapat menghambatnya dalam menulis.
Pada  sesi  ini,  kemampuan  subyek  dalam  menyalin  sudah cukup baik,  dikarenakan  frekuensi  kesalahan  yang terjadi  semakin
berkurang.  Meskipun,  hasil  frekuensi  kesalahan  yang  terjadi cenderung  stabil  dengan  hasil  pada  sesi  sebelumnya.  Saat  ini,
kemampuan  subyek  dalam  menyalin  beberapa  bentuk  terutama bentuk  pola  garis  lengkung  sudah  cukup  lebih  baik  lagi,  namun
terdapat  pula  beberapa  penulisan  yang  masih  tidak  beraturan. Frekuensi  kesalahan  yang  dialami  subyek  pada  kegiatan  menyalin
berbagai  bentuk  pola  dasar  ini  yaitu  sebanyak  7.  Adapun  untuk memperjelas  hasil  tes  kemampuan  menulis  permulaan  dengan
aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar pada sesi IV intervensi ini dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 165.
Pada  saat  melakukan  kegiatan  menulis,  subyek  cenderung ragu-ragu  untuk  menggerakkan  pensil,  sehingga  dengan  adanya
hambatan tersebut menyebabkan subyek menjadi tidak percaya diri
88
dan  menghasilkan  penulisan  yang  kurang  optimal.  Berikut  ini merupakan  data  mengenai  kemampuan  menulis  permulaan  pada
intervensi sesi IV:
Tabel  14.  Data  Hasil  Intervensi  Ke-4  Pada  Aspek  Menyalin Berbagai Bentuk Pola Dasar.
Perilaku Sasaran Target Behavior
Waktu Terjadi
perilaku sasaran
Total kejadian
Kesalahan dalam mengerjakan soal tes
menulis permulaan 08.00
– 08.30 IIII II
7
Berdasarkan  hasil  pelaksanaan  intervensi  yang  telah dijelaskan  di  atas,  berikut  disajikan  data  akumulasi  frekuensi
kemampuan  menulis  permulaan  yang  terfokus  pada  kesalahan subyek  dalam  mengerjakan  soal  tes  menulis  permulaan  dengan
aspek  menyalin  berbagai  bentuk  pola  dasar  untuk  baseline-1  dan intervensi, seperti:
Tabel  15.  Data  Hasil  Frekuensi  Kesalahan  Subyek  Dalam Kemampuan  Menulis  Permulaan  Dengan  Aspek
Menyalin  Berbagai  Bentuk  Pola  Dasar  Pada  Sesi Intervensi
Perilaku Sasaran Target Behavior
Sesi ke-
Frekuensi Kesalahan Baseline-I
A Intervensi
B Kesalahan dalam
mengerjakan soal tes menulis permulaan
1 11
10 2
10 8
3 11
7 4
- 7
89
Frekuensi  kesalahan  dalam  kemampuan  menulis  permulaan pada  fase  intervensi  ini  lebih  diperjelas  dengan  adanya  hasil
observasi  mengenai  pencatatan  kejadian  menghitung  frekuensi dalam  lampiran  8  halaman  201.  Agar  memperjelas  hasil  data
tersebut,  berikut  ini  disajikan  display  grafik  data  frekuensi kesalahan  subyek  dalam  mengerjakan  soal  menulis  permulaan
dengan  aspek  menyalin  berbagai  bentuk  pola  dasar  pada  fase intervensi, seperti:
Gambar  7. Display  Hasil  Frekuensi  Kesalahan  Subyek  Dalam
Kemampuan  Menulis  Permulaan  Dengan  Aspek Menyalin  Berbagai  Bentuk  Pola  Dasar  Pada  Sesi
Intervensi
Berdasarkan  data  di  atas,  terlihat  bahwa  frekuensi  munculnya kesalahan  yang  terjadi  pada  kemampuan  menulis  permulaan  subyek
dengan  aspek  menyalin  berbagai  bentuk  pola  dasar  mengalami penurunan  setelah  diberikannya  treatment  menggunakan  senam  otak
arm activation. Pada fase intervensi ini, kemampuannya sudah cukup lebih  baik  jika  dibandingkan  dengan  kemampuannya  sebelum
diberikan  perlakuan.  Adapun  hasil  frekuensi  kesalahan  dalam mengerjakan  soal  terjadi  penurunan  pada  sesi  I  dan  II,  serta  cukup
5 10
15
sesi 1 sesi 2 sesi 3 sesi 1 sesi 2 sesi 3 sesi 4
Frekuensi Kesalahan
Frekuensi Kesalahan
Baseline-1 Intervensi
90
stabil  pada  sesi  III  dan  IV.  Selain  itu,  kemampuan  subyek  dalam menyalin berbagai bentuk pola dasar juga mengalami perubahan yang
cukup baik, dengan hasil frekuensi kesalahan dalam mengerjakan soal yang terus menurun pada setiap sesinya dalam fase intervensi ini jika
dibandingkan  dengan  kemampuan  awal  sebelum  diberikannya perlakuan.
c. Deskripsi Data Hasil Observasi Pelaksanaan Intervensi
Pelaksanaan  observasi  dilakukan  pada  saat  pemberian  intervensi, yang  bertujuan  untuk  mendukung  data  pada  tes  tertulis  yang  telah
dilakukan.  Observasi  yang  dilakukan  mencakup  beberapa  aspek mengenai  kondisi  subyek  selama  pelaksanaan  intervensi,  yaitu  pada
aspek sikap dan perilaku. Berikut ini penjelasan mengenai hasil observasi pada setiap sesi dalam fase intervensi, seperti:
1 Deskripsi hasil observasi sesi I
Berdasarkan  hasil  observasi  yang  dilaksanakan  pada  sesi  I tanggal  19  Januari  2015  pukul  08.30-09.00,  terlihat  bahwa  subyek
tampak  tenang  diawal  kegiatan.  Pada  saat  pemberian  perlakuan, subyek  dapat  mengikuti  beberapa  kegiatan  dengan  cukup  baik.
Meskipun  demikian,  ketika  mengikuti  serangkaian  kegiatan  dalam pemberian  perlakuan,  subyek  masih  mengalami  sedikit  kebingungan
dan membutuhkan bantuan.  Selain itu, selama pelaksanaan intervensi berlangsung  subyek  kurang  mampu  berkonsentrasi  dengan  baik,  hal
ini  dikarenakan  subyek  cepat  merasa  bosan  dan  cenderung
91
memunculkan  sikap  negatif  seperti:  memukul  meja,  menggigit pensil,  bahkan  subyek  sering  memunculkan  perilaku  hand  flapping.
Adapun  kegiatan  yang  teramati  selama  pelaksanaan  intervensi  pada sesi I ini telah terlampir pada lampiran 6 halaman 167.
2 Deskripsi hasil observasi sesi II
Berdasarkan  hasil  observasi  yang  dilaksanakan  pada  sesi  II tanggal  20  Januari  2015  pukul  08.30-09.00,  terlihat  bahwa  subyek
dapat  mengikuti  serangkaian  kegiatan  pemberian  treatment  dengan cukup
baik, meskipun
masih diberikan
bantuan dalam
pelaksanaannya. Adapun  kegiatan  yang  teramati  selama  pelaksanaan
intervensi  pada  sesi  II  ini  telah  terlampir  pada  lampiran  11  halaman 215.
Selain  itu,  pada  aktivitas  menulis  subyek  sudah  cukup  mampu memegang  pensil  dengan  benar,  namun  dalam  menggerakkannya
masih  terlihat  sedikit  mengalami  kekakuan.  Adanya  hambatan  dalam menggerakkan  pensil,  menyebabkan  subyek  mengalami  kesulitan
dalam  menebalkan  beberapa  bentuk  sehingga  tulisan  yang  dihasilkan pun  cenderung  tidak  beraturan.  Selama  pelaksanaan  intervensi  pada
sesi  ini,  kondisi  subyek  cenderung  tegang  dan  menolak  untuk mengerjakan  soal.  Kondisi  tersebut  menyebabkan  subyek  menjadi
tidak  dapat  berkonsentrasi  dengan  optimal.  Selain  itu  pun,  terkadang subyek  mengabaikan  tugasnya  dan  memunculkan  perilaku-perilaku
negatif  ketika  menulis  memukul  dada.  Adapun  kegiatan  yang
92
teramati selama pelaksanaan intervensi pada sesi II ini telah terlampir pada lampiran 6 halaman 169.
3 Deskripsi hasil observasi sesi III
Berdasarkan  hasil  observasi  yang  dilaksanakan  pada  sesi  III tanggal  21 Januari 2015 pukul 08.30-09.00, pada kegiatan awal  yang
dilakukan dengan memberikan treatment berupa serangakaian gerakan senam  otak  arm  activation  ini  subyek  sudah  cukup  mampu
melakukannya  dengan  lebih  baik.  Hal  tersebut  terlihat  ketika  subyek dapat  melakukan  beberapa  gerakan  tanpa  memerlukan  bantuan,
berbeda  dengan  kemampuan  sebelumnya  yang  masih  membutuhkan banyak  bantuan.  Selain  itu,  pada  saat  menulis  subyek  cenderung
tegang dan
kurang relaksasi,
sehingga sesekali
peneliti memberikannya
upaya relaksasi
berupa gerakan-gerakan
mengaktifkan  tangan  meremas  kedua  tangan.  Selama  pelaksanaan intervensi  pada  sesi  ini,  selain  beberapa  hambatan  di  atas  yang
menyebabkan hambatan, terdapat hambatan lain yang menjadi pemicu kurangnya fokus perhatian subyek dalam menulis yaitu karena subyek
sering  memunculkan  perilaku  hand  flapping.  Adapun  kegiatan  yang teramati selama pelaksanaan intervensi pada sesi III ini telah terlampir
pada lampiran 6 halaman 171. 4
Deskripsi hasil observasi sesi IV Berdasarkan  hasil  observasi  yang  dilaksanakan  pada  sesi  IV
tanggal  22  Januari  2015  pukul  08.30-09.00,  kegiatan  awal  yang
93
dilakukan yaitu dengan memberikan treatment berupa senam otak arm activation  kepada  subyek.  Dalam  melakukan  serangkaian  gerakan
tersebut,  subyek  dapat  melakukannya  dengan  cukup  baik  meskipun terkadang  mengalami  hambatan  dan  bantuan.  Kemampuan  subyek
dalam  memegang  pensil  secara  benar  sudah  dapat  dilakukannya dengan  baik,  namun  terkadang  mengalami  sedikit  kekakuan  ketika
menulis. Selain itu, dalam kegiatan menulis subyek cenderung kurang luwes dalam menggerakkan pensil, sehingga terdapat beberapa tulisan
yang tidak beraturan. Selama pelaksanaan kegiatan ini, subyek cukup mampu untuk berfokus pada aktivitas yang sedang berlangsung, hanya
saja  subyek  terlihat  tegang  dan  cenderung  ragu-ragu  untuk melakukannya.  Adapun  kegiatan  yang  teramati  selama  pelaksanaan
intervensi  pada  sesi  IV  ini  telah  terlampir  pada  lampiran  6  halaman 173.  Selain  itu,  kegiatan  subyek  dalam  menulis  dapat  diamati  pada
lampiran 11 halaman 217. 5
Deskripsi hasil observasi sesi V Berdasarkan  hasil  observasi  yang  dilaksanakan  pada  sesi  V
tanggal  26 Januari 2015 pukul 08.45-09.15, pada awal  kegiatan  yang diawali  dengan  pemberian  treatment  berupa  relaksasi  dengan
melakukan serangkaian gerakan mengaktifkan tangan, subyek terlihat sudah  cukup  mampu  melakukannya  dengan  baik.  Ketika  menulis,
subyek  cenderung  kurang  relaks  atau  luwes  dalam  menggerakkan tangannya,  sehingga  tulisan  yang  dihasilkan  pada  beberapa  bentuk
94
cenderung  tidak  beraturan.  Selain  itu,  ketika  mengerjakan  soal  tes menulis subyek pun terlihat ragu dan cenderung tegang sehingga hasil
tulisan subyek menjadi kurang optimal. Selama pelaksanaan intervensi pada sesi ini, subyek terlihat kurang bersemangat dalam mengerjakan
soal, serta sulit berkonsentrasi dikarenakan kondisi kelas yang kurang kondusif.  Adapun  kegiatan  yang  teramati  selama  pelaksanaan
intervensi  pada  sesi  V  ini  telah  terlampir  pada  lampiran  6  halaman 175.
6 Deskripsi hasil observasi sesi VI
Berdasarkan  hasil  observasi  yang  dilaksanakan  pada  sesi  VI tanggal  27  Januari  2015  pukul  08.30-09.00,  subyek  sudah  cukup
lancar  ketika  melakukan  serangkaian  gerakan  senam  otak  arm activation  secara  mandiri,  meskpun  terkadang  masih  mengalami
sedikit  kesulitan.  Pada  saat  menulis,  subyek  masih  mengalami hambatan  dalam  menyalin  beberapa  bentuk  dan  tulisan  yang
dihasilkan  pun  cenderung  tidak  beraturan.  Namun  demikian,  tulisan subyek cenderung normal dan tidak berlebihan, hal ini terlihat dengan
tidak adanya tulisan subyek  yang keluar dari kolom pembatas.  Selain itu,  subyek  kurang  berkonsentrasi  dan  ragu  untuk  menulis,  bahkan
sesekali  subyek  menjadi  marah  dan  memunculkan  perilaku  negatif ketika  mulai  bosan  dengan  aktivitas  menulis.  Adapun  kegiatan  yang
teramati selama pelaksanaan intervensi pada sesi VI ini telah terlampir pada lampiran 6 halaman 177.
95
7 Deskripsi hasil observasi sesi VII
Berdasarkan  hasil  observasi  yang  dilaksanakan  pada  sesi  VII tanggal  28  Januari  2015  pukul  08.00-08.30,  terlihat  bahwa  subyek
sudah  mampu  melakukan  beberapa  gerakan  relaksasi  untuk mengaktifkan  tangannya  secara  mandiri,  meskipun  terkadang  masih
memerlukan  bantuan.  Kemampuan  subyek  dalam  memegang  pensil sudah baik, namun ketika menulis terkadang masih mengalami sedikit
kekakuann.  Maka  dari  itu,  untuk  mengoptimalkan  kemampuannya dalam  menulis,  sesekali  peneliti  memberikan  gerakan-gerakan  arm
activation  mengaktifkan  tangan  untuk  merelaksasikan  kekakuan yang  terjadi  pada  tangan  subyek.  Hambatan  utama  yang  terjadi  pada
subyek ketika menulis yaitu sulitnya untuk berkonsentrasi. Rendahnya konsentrasi  ini  disebabkan  oleh  banyak  faktor,  diantaranya  kondisi
emosional  subyek  yang  berlebihan,  kurangnya  percaya  diri  subyek yang  cenderung  ragu-ragu  dalam  menulis,  serta  subyek  cepat  merasa
bosan  ketika  melakukan  aktivitas  menulis.  Adapun  kegiatan  yang teramati  selama  pelaksanaan  intervensi  pada  sesi  VII  ini  telah
terlampir pada lampiran 6 halaman 179. 8
Deskripsi hasil observasi sesi VIII Berdasarkan  hasil  observasi  yang  dilaksanakan  pada  sesi  VIII
tanggal  29  Januari  2015  pukul  08.00-08.30,  kegiatan  ini  diawali dengan  pemberian  serangkaian  gerakan  senam  otak  arm  activation
kepada  subyek.  Dalam  melakukan  serangkaian  gerakan  tersebut,
96
subyek  dapat  melakukannya  secara  mandiri  dengan  baik  dan  sesuai dengan  instruksi  yang  diberikan.  Kemampuan  subyek  dalam
memegang pensil saat ini sudah baik dan benar, namun sesekali masih mengalami  sedikit  kekakuan  dalam  menggerakkan  pensil  untuk
menulis.  Selain  itu,  ketika  menulis  subyek  cenderung  ragu  dan  tidak percaya  diri  untuk  melakukannya,  sehingga  menghambat  dalam
mengerjakan soal  tes  yang diberikan.  Adapun kegiatan  yang teramati selama pelaksanaan intervensi  pada sesi  VIII  ini  telah terlampir pada
lampiran 6 halaman 181. d.
Deskripsi Baseline-2 Kemampuan subyek setelah intervensi Baseline-2  merupakan  suatu  fase  yang  bertujuan  untuk  mengukur
kemampuan  serta  memperkuat  pengaruh  senam  otak  arm  activation terhadap  kemampuan  menulis  permulaan  subyek.  Berdasarkan  hasil  tes
yang  telah  dilakukan  pada  baseline-1,  kemampuan  menulis  permulaan subyek  mengalami  peningkatan  setelah  diberikannya  intervensi.
Pengukuran  yang  difokuskan  pada  frekuensi  kesalahan  subyek  dalam mengerjakan  soal,  terlihat  mengalami  perubahan  yang  cenderung
menurun pada fase intervensi. Pada  fase  baseline-2  ini,  soal  tes  yang  diberikan  kepada  subyek
sama dengan soal tes yang diberikan pada fase baseline-1 dan intervensi. Soal  tes  yang  diberikan  berjumlah  30  keseluruhan,  diantaranya  yaitu
terdiri dari 15 soal dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar dan 15 soal dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar. Adapun
97
pelaksanaan baseline-2 ini dilakukan sebanyak tiga sesi, yang mana pada masing-masing sesi diberikan waktu 30 menit untuk mengerjakan soal tes
yang  diberikan.  Berikut  ini  merupakan  penjelasan  mengenai  hasil  data pada fase baseline-2 pada setiap sesi, seperti:
1 Sesi I
Pengukuran  baseline-2  sesi  pertama  dilakukan  pada  hari  Senin tanggal 2 Februari 2015. Kegiatan yang dilakukan pada sesi I ini yaitu
subyek  mengerjakan  soal  tes  menulis  permulaan  dengan  aspek menebalkan  dan  menyalin  berbagai  bentuk  pola  dasar.  Sebelum
memulai aktivitas menulis, subyek dengan refleks menggerakan kegua telapak  tangannya  dengan  cara  membuka  dan  menutup  meremas,
meskipun  peneliti  tidak  memberikan  instruksi  apapun  kepada  subyek untuk  melakukan  gerakan  arm  activation.  Peneliti  kembali
memberikan  instruksi  kepada  subyek  untuk  mulai  mengerjakan  soal tes yang diberikan.
Pada  sesi  pertama  ini,  kegiatan  awal  yang  dilakukan  yaitu dengan  pemberian  soal  tes  menulis  dengan  aspek  menebalkan
berbagai  bentuk  pola  dasar  keada  subyek.  Kemampuan  menulis subyek  sudah  cukup  baik  meskipun  tidak  diberikannya  intervensi.
Subyek  sudah  cukup  mampu  menebalkan  beberapa  bentuk  pola dengan, meskipun kemampuannya dalam menarik garis masih kurang
konsisten  namun  cukup  baik.  Frekuensi  kesalahan  yang  dihasilkan pada  sesi  ini  yaitu  sebanyak  5.  Adapun  untuk  memperjelas  hasil  tes
98
kemampuan  menulis  permulaan  dengan  aspek  menebalkan  berbagai bentuk  pola  dasar  pada  sesi  I  baseline-2  ini  dapat  dilihat  pada
lampiran 7 halaman 183. Setelah  subyek  mampu  menyelesaikan  seluruh  soal  tes  yang
diberikan, maka kegiatan selanjutnya yaitu dengan pemberian soal tes menulis  dengan  aspek  menyalin  berbagai  bentuk  pola  dasar.  Pada
awal kegiatan menulis, subyek cenderung menolak untuk mengerjakan soal  tes  yang  diberikan,  hal  ini  dikarenakan  subyek  kurang
bersemangat  untuk  mengikuti kegiatan tersebut.  Agar kondisi  subyek kembali  bersemangat,  peneliti  memberikan  jeda  waktu  pada  subyek
untuk  melakukan  kegiatan  lain,  namun  setelah  subyek  terlihat  lebih baik  lagi  maka  peneliti  melanjutkan  kembali  pemberian  soal  tes
kepada  subyek.  Meskipun  kemampuan  menulis  subyek  pada  aspek menyalin  ini  belum  optimal,  namun  saat  ini  sudah  cukup  baik  jika
dibandingkan  dengan  kemampuannya  pada  baseline-1.  Frekuensi kesalahan menulis pada aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar ini
yaitu  sebanyak  4.  Adapun  untuk  memperjelas  hasil  tes  kemampuan menulis permulaan dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar
pada sesi I baseline-2 ini dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 186. 2
Sesi II Pengukuran  baseline-2  sesi  kedua  dilakukan  pada  hari  Selasa
tanggal 3 Februari 2015. Pada sesi kedua ini, kegiatan yang dilakukan sama  dengan  kegiatan  sebelumnya  yaitu  menebalkan  dan  menyalin
99
berbagai  bentuk  pola  dasar.  Kegiatan  awal  yang  dilakukan  pada  sesi ini  yaitu  pemberian  soal  tes  menulis  dengan  aspek  menebalkan
berbagai bentuk pola dasar. Kemampuan menulis subyek saat ini pada aspek tersebut sudah cukup baik dan cenderung stabil dengan hasil tes
pada  sesi  sebelumnya.  Frekuensi  kesalahan  menulis  dengan  aspek menebalkan ini yaitu sebanyak 5. Adapun untuk memperjelas hasil tes
kemampuan  menulis  permulaan  dengan  aspek  menebalkan  berbagai bentuk  pola  dasar  pada  sesi  II  baseline-2  ini  dapat  dilihat  pada
lampiran 7 halaman 188. Setelah  mampu  menyelesaikan  seluruh  soal  tes  yang  diberikan,
selanjutnya  peneliti  memberikan  jeda  waktu  kepada  subyek  untuk beristirahat  sejenak  dan  dilanjutkan  dengan  melakukan  kegiatan
berikutnya.  Kegiatan  selanjutnya  yang  dilakukan  oleh  subyek  yaitu mengerjakan  soal  tes  dengan  aspek  menyalin  berbagai  bentuk  pola
dasar.  Selama  berlangsungnya  kegiatan  pada  sesi  ini,  subyek  dapat mengikuti  dengan  baik  dan  bersemangat.  Kemampuan  subyek  dalam
menulis  dengan  aspek  menyalin  berbagai  bentuk  pola  dasar  sudah cukup  baik  jika  dibandingkan  dengan  kemampuan  awalnya  pada
baseline-1,  namun  tulisan  yang  dihasilkan  masih  terdapat  beberapa kesalahan  dan  kurang  optimal.  Frekuensi  kesalahan  menulis  pada
aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar ini yaitu sebanyak 5. Hasil tersebut cenderung meningkat dari hasil pada pertemuan sebelumnya.
Adapun  untuk  memperjelas  hasil  tes  kemampuan  menulis  permulaan
100
dengan  aspek  menyalin  berbagai  bentuk  pola  dasar  pada  sesi  II baseline-2 ini dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 191.
3 Sesi III
Pengukuran  baseline-2  sesi  ketiga  dilakukan  pada  hari  Rabu tanggal 4 Februari 2015. Kegiatan yang dilakukan pada sesi ketiga ini
yaitu  menulis  dengan  aspek  menebalkan  dan  menyalin  berbagai bentuk  pola  dasar.  Pada  sesi  ini,  kegiatan  awal  yang  dilakukan  oleh
subyek  yaitu  menebalkan  berbagai  bentuk  pola  dasar.  Dalam melakukan  aktivitas  ini,  kemampuan  subyek  sudah  cukup  baik  jika
dibandingkan  dengan  kemampuannya  pada  baseline-1.  Akan  tetapi, hasil tes pada sesi ini tidak mengalami perubahan dan cenderung stabil
dengan hasil tes pada sesi  awal  selama fase  baseline-2 ini. Frekuensi kesalahan menulis pada aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar
ini yaitu sebanyak 5. Adapun untuk memperjelas hasil tes kemampuan menulis  permulaan  dengan  aspek  menebalkan  berbagai  bentuk  pola
dasar  pada  sesi  III  baseline-2  ini  dapat  dilihat  pada  lampiran  7 halaman 193.
Setelah  subyek  mampu  menyelesaikan  seluruh  soal  tes  yang diberikan, maka selanjutnya subyek diberikan soal tes menulis dengan
aspek  menyalin  berbagai  bentuk  pola  dasar.  Kemampuan  menyalin subyek  saat  ini  sudah  cukup  baik  dan  mengalami  peningkatan
dibandingkan dengan sesi  sebelumnya. Namun,  dalam pelaksanaanya terkadang  subyek  masih  mengalami  hambatan  dan  kurang  luwes
101
dalam  menulis.  Frekuensi  kesalahan  menulis  pada  aspek  menebalkan berbagai  bentuk  pola  dasar  ini  yaitu  sebanyak  4.  Adapun  untuk
memperjelas  hasil  tes  kemampuan  menulis  permulaan  dengan  aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar pada sesi III baseline-2 ini dapat
dilihat pada lampiran 7 halaman 196. Agar memperjelas deskripsi hasil di atas, berikut ini merupakan
data mengenai mengenai hasil kemampuan menulis permulaan subyek pada baseline-2, seperti:
Tabel 16. Data Frekuensi Kesalahan Dalam Kemampuan Menulis Permulaan  Dengan  Aspek  Menebalkan  Berbagai
Bentuk Pola Dasar Pada
Baseline-2.
Perilaku Sasaran Target Behavior
Sesi Frekuensi Kesalahan
Kesalahan dalam mengerjakan soal tes menulis permulaan
1 5
2 5
3 5
Frekuensi  kesalahan  dalam  kemampuan  menulis  permulaan pada  baseline-2  ini  lebih  diperjelas  dengan  adanya  hasil  observasi
mengenai pencatatan kejadian menghitung frekuensi dalam lampiran 8  halaman  202.  Agar  memperjelas  data  di  atas,  maka  berikut  ini
disajikan sebuah display grafik mengenai frekuensi kesalahan subyek dalam  kemampuan  menulis  permulaan  dengan  aspek  menebalkan
berbagai bentuk pola dasar pada baseline-1, seperti:
102
Gambar 8.
Display Hasil
Frekuensi Kesalahan
Dalam Kemampuan  Menulis  Permulaan  Dengan  Aspek
Menebalkan  Berbagai  Bentuk  Pola  Dasar  Pada Baseline-2.
Display  grafik  di  atas  menunjukkan  bahwa  pada  sesi  pertama, kedua, dan ketiga pengukuran dilakukan terhadap kemampuan dalam
menebalkan  berbagai  bentuk  pola  dasar,  dengan  frekuensi  kesalahan yang terjadi cenderung stabil. Pada fase ini, frekuensi kesalahan yang
terjadi  mengalami  perubahan  yaitu berkurangnya frekuensi  kesalahan jika dibandingkan dengan fase sebelumnya.
Tabel 17. Data Frekuensi Kesalahan Dalam Kemampuan Menulis Permulaan  Dengan  Aspek  Menyalin  Berbagai  Bentuk
Pola Dasar Pada
Baseline-2.
Perilaku Sasaran Target Behavior Sesi
Frekuensi Kesalahan Kesalahan dalam mengerjakan soal
tes menulis permulaan 1
4 2
5 3
4 Frekuensi  kesalahan  dalam  kemampuan  menulis  permulaan  pada
baseline-2  ini  lebih  diperjelas  dengan  adanya  hasil  observasi  mengenai pencatatan  kejadian  menghitung  frekuensi  dalam  lampiran  8  halaman
203.  Agar  memperjelas  data  di  atas,  maka  berikut  ini  disajikan  sebuah display  grafik  mengenai  frekuensi  kesalahan  subyek  dalam  kemampuan
2 4
6
sesi 1 sesi 2
sesi 3
Frekuensi Kesalahan
Frekuensi Kesalahan
103
menulis  permulaan  dengan  aspek  menyalin  berbagai  bentuk  pola  dasar pada baseline-1, seperti:
Gambar  9. Display  Hasil  Frekuensi  Kesalahan  Dalam  Kemampuan
Menulis  Permulaan  Dengan  Aspek  Menyalin  Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada
Baseline-2.
Display  grafik  di  atas  menunjukkan  bahwa  pada  sesi  pertama  dan kedua  frekuensi  kesalahan  yang  terjadi  cukup  stabil,  namun  pada  sesi
ketiga  mengalami  penurunan.  Dalam  hal  ini,  kemampuan  subyek  dalam menyalin  berbagai  bentuk  pola  dasar  cukup  rendah,  terlihat  dengan
banyaknya frekuensi kesalahan yang terjadi.
B. Analisis Data