Deskripsi Data Hasil Penelitian

60 d. Kemampuan Motorik Halus Subyek masih mengalami hambatan pada kemampuan motorik halus. Hal ini disebabkan, karena subyek mengalami sedikit kekakuan pada beberapa aktivitas seperti menulis.

3. Deskripsi Data Hasil Penelitian

a. Deskripsi Baseline-1 Kemampuan awal subyek sebelum intervensi Baseline-1 ini merupakan pengukuran awal mengenai kemampuan menulis permulaan subyek sebelum diberikannya intervensi. Pengukuran kemampuan awal mengenai menulis permulaan subyek dilakukan dengan pemberian tes tertulis yang berjumlah 15 item soal untuk menebalkan berbagai bentuk pola dasar dan 15 item soal untuk menyalin berbagai bentuk pola dasar. Pada baseline-1 ini, pengukuran terhadap kemampuan awal menulis permulaan subyek dilakukan selama 3 sesi, yang mana setiap sesinya diberikan waktu selama 30 menit untuk mengerjakan soal tes yang diberikan. Tes tertulis ini berguna untuk mengukur frekuensi kesalahan pada subyek penelitian. Berikut ini merupakan hasil pengukuran pada baseline-1 mengenai kemampuan menulis permulaan subyek: 1 Sesi 1 Pengukuran kemampuan awal subyek pada baseline-1 sesi pertama ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 12 Januari 2015. Pada sesi pertama dalam pengukuran baseline-1 ini, subyek bersedia mengikuti instruksi yang diberikan oleh peneliti untuk mengerjakan 61 soal pada tes yang diberikan. Akan tetapi sebelum mengerjakan soal, subyek sempat menolak untuk menggunakan pensil, namun hal tersebut tidak berlangsung lama karena tidak lama kemudian subyek telah bersedia menggunakannya. Pada sesi pertama ini, subyek melakukan dua aktivitas yaitu menebalkan dan menyalin berbagai bentuk pola dasar. Kegiatan awal yang dilakukan yaitu peneliti memberikan soal tes dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar pada subyek untuk dikerjakan. Dalam 15 item soal mengenai aspek menebalkan, subyek masih mengalami banyak kesalahan dikarenakan subyek mengalami kesulitan untuk menggerakkan pensil sesuai pola yang tersedia. Meskipun demikian, untuk menebalkan pola garis lurus subyek sudah cukup mampu melakukannya, namun dalam menebalkan garis lengkung masih mengalami banyak hambatan. Hal tersebut dikarenakan subyek cenderung kaku untuk menggerakkan pensil. Pada kegiatan menebalkan berbagai bentuk pola dasar ini, frekuensi kesalahan yang dihasilkan yaitu sebanyak 9. Adapun untuk memperjelas hasil tes kemampuan menulis permulaan dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar pada sesi I baseline-1 ini dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 132. Setelah subyek mampu menyelesaikan seluruh soal tes yang diberikan, peneliti pun melakukan persiapan untuk melanjutkan kegiatan kedua yaitu menulis dengan aspek menyalin berbagai bentuk 62 pola dasar. Akan tetapi, untuk mencegah adanya kebosanan pada subyek dalam mengikuti kegiatan ini, peneliti memberikannya jeda waktu untuk melakukan aktivitas lain. Ketika subyek sudah cukup untuk mengalihkan kegiatan sebelumnya, maka peneliti pun mulai memberikan kembali soal tes dengan aspek menyalin. Dalam mengerjakan soal, frekuensi kesalahan subyek cenderung lebih banyak. Hal tersebut dikarenakan tes tersebut tidak diberikan bantuan berupa titik penghubung seperti pada tes sebelumnya yaitu menebalkan berbagai bentuk pola. Subyek cenderung mengalami kesulitan dalam membuat pola secara mandiri tanpa diberikannya bantuan, selain itu kurang optimalnya cara subyek dalam memegang pesil yaitu dengan terlalu kuat menyebabkan tulisan menjadi tidak beraturan. Frekuensi kesalahan yang dialami subyek pada kegiatan menyalin berbagai bentuk pola dasar ini yaitu sebanyak 10. Adapun untuk memperjelas hasil tes kemampuan menulis permulaan dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar pada sesi I baseline-1 ini dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 135. 2 Sesi 2 Pengukuran kemampuan awal subyek pada baseline-1 sesi kedua ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 13 Januari 2015. Pada sesi kedua ini, soal tes yang diberikan kepada subyek sama seperti pada sesi pertama yaitu menebalkan dan menyalin berbagai bentuk pola dasar. Selama mengerjakan soal tes, subyek cenderung 63 berperilaku aktif dan sering memunculkan perilaku hand flapping memukul-mukul kedua tangannya ke bagian dada. Dengan demikian, pemberian tes pada sesi ini mengalami suatu hambatan terutama dalam mengkondisikan subyek agar mampu mengerjakan soal dengan baik. Kegiatan awal yang dilakukan pada sesi ini yaitu mengerjakan soal tes menulis dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar. Pada sesi ini, subyek mengalami banyak kesalahan dalam mengerjakan soal, hal tersebut dikarekan subyek tidak mampu berfokus dan kesulitan dalam menggerakkan pensil untuk membuat suatu garis terutama pada garis lengkung. Frekuensi kesalahan yang dialami subyek pada kegiatan menebalkan berbagai bentuk pola dasar ini yaitu sebanyak 9. Dengan demikian, pada sesi ini frekuensi kesalahan subyek dalam mengerjakan soal cenderung stabil dari sesi sebelumnya. Adapun untuk memperjelas hasil tes kemampuan menulis permulaan dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar pada sesi II baseline-1 ini dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 137. Kegiatan yang dilakukan selanjutnya yaitu mengerjakan soal tes menulis dengan aspek menyalin. Akan tetapi, sebelum subyek mulai melakukan kegiatan ini, seperti biasa peneliti memberikan waktu jeda kepada subyek untuk beristirahat. Setelah subyek cukup untuk beristirahat, maka kemudian peneliti memberikan soal tes kepada 64 subyek untuk dikerjakan. Adapun hasil dalam pemberian tes pada sesi ini, subyek masih banyak mengalami kesalahan dalam menyalin bentuk. Banyaknya frekuensi kesalahan yang terjadi, dikarenakan subyek kesulitan untuk membuat sebuah garis yang membentuk suatu pola, seperti bentuk segitiga, lengkungan, dan lingkaran. Selain itu, kemampuan subyek dalam memegang pensil yang kurang maksimal menyebabkan gerakan tangan subyek ketika menulis menjadi terhambat. Frekuensi kesalahan yang dialami oleh subyek pada kegiatan menulis dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar ini yaitu sebanyak 11. Adapun untuk memperjelas hasil tes kemampuan menulis permulaan dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar pada sesi II baseline-1 ini dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 140. 3 Sesi 3 Pengukuran kemampuan awal subyek pada baseline-1 sesi keempat ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 14 Januari 2015. Pada sesi ini, tes yang diberikan berupa tes menebalkan dan menyalin berbagai bentuk pola dasar. Selama pelaksanaan kegiatan pada sesi ini subyek dapat mengikutinya dengan kondisi yang cukup baik. Meskipun demikian, kemampuannya dalam menggerakkan pensil masih kurang optimal sehingga tulisan yang dihasilkan cenderung tidak beraturan. 65 Pada sesi ini, kegiatan awal yang dilakukan yaitu dengan mengerjakan soal tes menulis dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar. Dalam mengerjakan soal ini, terlihat bahwa subyek masih mengalami kekakuan dalam menarik sebuah garis sesuai dengan pola yang disediakan. Subyek mengalami kesulitan dalam menebalkan pola bentuk garis lengkung sesuai dengan pola. Frekuensi kesalahan yang dihasilkan pada kegiatan ini yaitu sebanyak 8. Adapun untuk memperjelas hasil tes kemampuan menulis permulaan dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar pada sesi III baseline-1 ini dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 142. Kegiatan kedua yang dilakukan pada sesi ini yaitu mengerjakan soal tes menulis dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar. Adapun hasil dalam pemberian tes pada sesi ini, subyek masih banyak mengalami kesalahan dalam menyalin bentuk. Banyaknya frekuensi kesalahan yang terjadi, dikarenakan subyek kesulitan untuk membuat sebuah garis yang membentuk suatu pola, seperti bentuk segitiga, lengkungan, dan lingkaran. Selain itu, kemampuan subyek dalam memegang pensil yang kurang maksimal menyebabkan gerakan tangan subyek ketika menulis menjadi terhambat. Frekuensi kesalahan yang dihasilkan pada kegiatan ini yaitu sebanyak 11. Adapun untuk memperjelas hasil tes kemampuan menulis permulaan dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar pada sesi III baseline-1 ini dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 145. 66 Berdasarkan hasil pengukuran pada baseline-1 terhadap perilaku yang menjadi target behavior dalam mengerjakan soal menulis permulaan dengan aspek menebalkan dan menyalin berbagai bentuk pola dasar dapat dijelaskan melalui tabel berikut ini: Tabel 4. Data Frekuensi Kesalahan Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menebalkan Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Baseline-1. Perilaku Sasaran Target Behavior Sesi Frekuensi Kesalahan Kesalahan dalam mengerjakan soal tes menulis permulaan 1 9 2 9 3 8 Frekuensi kesalahan dalam kemampuan menulis permulaan pada baseline-1 ini lebih diperjelas dengan adanya hasil observasi mengenai pencatatan kejadian menghitung frekuensi dalam lampiran 8 halaman 198. Agar memperjelas data di atas, maka berikut ini disajikan sebuah display grafik mengenai frekuensi kesalahan subyek dalam kemampuan menulis permulaan dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar pada baseline-1, seperti: Gambar 4. Display Hasil Frekuensi Kesalahan Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menebalkan Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Baseline-1. 7.5 8 8.5 9 9.5 sesi 1 sesi 2 sesi 3 Frekuensi Kesalahan Frekuensi Kesalahan 67 Display grafik di atas menunjukkan bahwa pada sesi pertama dan kedua, pengukuran dilakukan terhadap kemampuan dalam menebalkan berbagai bentuk pola dasar, dengan frekuensi kesalahan yang terjadi cenderung stabil. Akan tetapi pada sesi ketiga, frekuensi kesalahan yang terjadi cenderung berkurang dan menurun. Tabel 5. Data Frekuensi Kesalahan Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menyalin Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Baseline-1. Perilaku Sasaran Target Behavior Sesi Frekuensi Kesalahan Kesalahan dalam mengerjakan soal tes menulis permulaan 1 10 2 11 3 11 Frekuensi kesalahan dalam kemampuan menulis permulaan pada baseline-1 ini lebih diperjelas dengan adanya hasil observasi mengenai pencatatan kejadian menghitung frekuensi dalam lampiran 8 halaman 199. Agar memperjelas data di atas, maka berikut ini disajikan sebuah display grafik mengenai frekuensi kesalahan subyek dalam kemampuan menulis permulaan dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar pada baseline-1, seperti: Gambar 5. Display Hasil Frekuensi Kesalahan Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menyalin Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Baseline-1. 9.5 10 10.5 11 11.5 sesi 1 sesi 2 sesi 3 Frekuensi Kesalahan Frekuensi Kesalahan 68 Display grafik di atas menunjukkan bahwa pada sesi pertama frekuensi kesalahan yang terjadi cukup rendah jika dibandingkan dengan sesi kedua dan ketiga yang cenderung meningkat serta stabil. Dalam hal ini, kemampuan subyek dalam menyalin berbagai bentuk pola dasar cukup rendah, terlihat dengan banyaknya frekuensi kesalahan yang terjadi. b. Deskripsi Intervensi Kemampuan subyek saat diberikan treatment Pemberian intervensi pada penelitian ini dilakukan selama delapan sesi, yang mana pada masing-masing sesi diberikan waktu 30 menit untuk mengerjakan soal tes. Tes yang diberikan mencakup aspek menebalkan dan menyalin berbagai bentuk pola dasar, dengan jumlah soal pada masing-masing aspek yaitu 15 soal. Dalam pelaksanaan intervensi ini, langkah awal yang dilakukan yaitu dengan merelaksasikan kedua tangan subyek dengan cara membuka dan menutup telapak tangannya, kemudian dilanjutkan dengan beberapa gerakan mengaktifkan tangan lainnya, seperti: mengepalkan salah satu tangan diangkat ke atas, mendorong tangan dengan bantuan tangan yang lain ke atas, ke bawah, ke kanan dan ke kiri. Beberapa gerakan tersebut dilakukan agar dalam mengerjakan soal, subyek tidak mengalami kekakuan dan dapat dengan mudah menggerakkan tangannya untuk menulis. Adapun deskripsi pelaksaan intervensi yang dilakukan, yaitu: 1 Deskripsi pelaksanaan intervensi pada aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar 69 a Sesi I Pemberian intervensi pada sesi I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 19 Januari 2015 pukul 08.30. Sebelum memulai pelaksanaan intervensi ini terlebih dahlu subyek dikondisikan agar duduk dengan tenang dan nyaman sehingga mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Peneliti mengawali kegiatan dengan mendemonstrasikan gerakan-gerakan senam otak arm activation kepada subyek dan selanjutnya meminta subyek untuk mengikuti gerakan yang telah dicontohkan. Dalam memulai pemberian intervensi ini, subyek diminta untuk terlebih dahulu membuka dan menutup telapak tangannya agar kedua tangannya tersebut menjadi relaks dan tidak kaku. Ketika melakukan aktivitas ini, gerakan subyek cenderung kaku dan terbata-bata dikarenakan subyek belum terbiasa melakukan aktivitas ini seblumnya. Selanjutnya, subyek diminta untuk mengepalkan salah satu tangannya lalu di angkat ke atas dan di dorong oleh tangan lainnya ke atas, ke bawah, ke kanan, dan ke kiri. Dalam pelaksaan serangkaian gerakan tersebut, subyek sudah cukup mampu melakukannya dengan baik namun masih mengalami kebingungan sehingga membutuhkan bantuan, terutama ketika peneliti meminta subyek untuk mendorong tangannya ke kanan dan ke kiri. Setelah selesai melakukan serangkaian gerakan arm activation tersebut, subyek diminta untuk memegang pensil dengan 70 benar dan peneliti memberikan arahan kepada subyek untuk melakukan kegiatan menebalkan pola bentuk dengan baik. Ketika akan menulis, subyek sudah cukup mampu untuk memegang pensil dengan baik, namun terkadang mengalami kekakuan dalam menggerakkan tangannya sehingga menyebabkan tulisannya menjadi tidak beraturan. Pada kegiatan menebalkan ini, subyek sudah cukup mampu membuat garis lurus namun belum konsisten dikarenakan terdapat beberapa bentuk yang masih tidak beraturan. Akan tetapi, dalam menebalkan pola garis lengkung masih mengalami kesulitan karena subyek kurang luwes dalam menggerakkan tangannya. Ketika subyek terlihat mengalami kesulitan dalam menulis, peneliti kembali meminta subyek untuk melemaskan kedua tangannya dengan cara membuka dan menutup secara berulang, agar tangannya kembali relaks dan kegiatan mengerjakan soal pun kembali dilakukan. Kegiatan ini terus dilakukan hingga subyek dapat menyelesaikan seluruh soal tes. Pada pelaksanaan intervensi sesi I ini, subyek sering kali memunculkan perilaku hand flapping sehingga menghambat proses pembelajaran. Ketika subyek memunculkan perilaku-perilaku negatif seperti itu, maka kegiatan mengerjakan soal tes pun dihentikan sejenak hingga subyek kembali duduk dengan tenang. Beberapa hambatan tersebut mempengaruhi sikap belajar subyek yakni menjadi tidak dapat berfokus dalam mengerjakan tugasnya. 71 Hasil pelaksanaan intervensi pada sesi I ini, subyek cenderung masih mengalami hambatan dalam mengerjakan soal tes sehingga frekuensi kesalahan yang dihasilkan berjumlah 7. Hambatan yang terjadi dikarenakan subyek masih terlihat mengalami sedikit kekakuan pada saat menulis, serta kurangnya fokus perhatian subyek saat mengerjakan soal. Adapun untuk memperjelas hasil tes kemampuan menulis permulaan dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar pada sesi I intervensi ini dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 147. Berikut ini merupakan data mengenai kemampuan menulis permulaan pada intervensi sesi I: Tabel 6. Data Hasil Intervensi ke-1 Pada Aspek Menebalkan Berbagai Bentuk Pola Dasar Perilaku Sasaran Target Behavior Waktu Terjadi perilaku sasaran Total kejadian Kesalahan dalam mengerjakan soal tes menulis permulaan 08.30 – 09.00 IIII II 7 b Sesi II Pemberian intervensi pada sesi II dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 20 Januari 2015 pukul 08.30. Sama seperti dengan sesi sebelumnya, diawal kegiatan dalam pemberian intervensi ini terlebih dahulu subyek dikondisikan agar dapat duduk dengan tenang dan nyaman. Selain itu, peneliti mendemonstrasikan gerakan-gerakan senam otak arm activation yang kemudian diikuti oleh subyek. Ketika melakukan gerakan membuka dan menutup 72 telapak tangan, terlihat subyek masih sedikit kaku namun dapat melakukan gerakan ini dengan baik. Sedangkan untuk gerakan lain, seperti mengepalkan tangan lalu di angkat ke atas dan didorong oleh tangan lainnya ke atas, ke bawah, ke kanan, dan ke kiri sudah cukup mampu, namun masih memerlukan bantuan terutama dalam mengarahkan kanan dan kiri. Setelah selesai melakukan serangkaian gerakan arm activation tersebut, subyek kembali diminta merelaksasikan tangannya dengan cara membuka dan menutup telapak tangan agar kondisi tangan lebih relaks. Pada saat kondisi tangan dan tubuh subyek sudah relaks, maka peneliti memberikan instruksi kepada subyek untuk memegang pensil dan memulai mengerjakan soal. Dalam menebalkan garis lurus, subyek sudah cukup mampu melakukannya dengan baik, namun subyek mengalami kesulitan dalam menebalkan gabungan dua garis atau lebih persegi, dikarenakan kurangnya kemampuan subyek dalam menggerakkan pensil dengan baik. Setelah mengalami beberapa hambatan, subyek menjadi kurang kondusif untuk mengerjakan soal lainnya, sehingga peneliti meminta subyek kembali merelaksasikan kedua tangannya dengan cara membuka dan menutup telapak tangan. Kegiatan merelaksasikan ini dilakukan secara berulang setiap kali subyek terlihat kurang kondusif dalam mengerjakan soal karena adanya hambatan berupa kekakuan pada saat menulis. Selain itu, 73 kemampuan subyek dalam menebalkan garis lengkung masih rendah, dikarenakan pada beberapa pola bentuk garis lengkung terutama lingkaran, subyek masih mengalami kesulitan untuk menebalkannya dengan baik. Frekuensi kesalahan yang dialami subyek pada kegiatan menebalkan berbagai bentuk pola dasar ini yaitu sebanyak 7. Adapun untuk memperjelas hasil tes kemampuan menulis permulaan dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar pada sesi II intervensi ini dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 150. Berikut ini merupakan data mengenai kemampuan menulis permulaan pada intervensi sesi II: Tabel 7. Data Hasil Intervensi Ke-2 Pada Aspek Menebalkan Berbagai Bentuk Pola Dasar. Perilaku Sasaran Target Behavior Waktu Terjadi perilaku sasaran Total kejadian Kesalahan dalam mengerjakan soal tes menulis permulaan 08.30 – 09.00 IIII II 7 c Sesi III Pemberian intervensi pada sesi III dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 21 Januari 2015 pukul 08.30. Sebelum memulai pemberian intervensi, dilakukan terlebih dahulu pengkondisian subyek agar duduk dengan nyaman dan mengikuti pemberian intervensi dengan baik. Setelah subyek mampu duduk dengan tenang, maka peneliti mulai memberikan intervensi kepada subyek, 74 yakni dengan mendemonstrasikan gerakan senam otak arm activation kepada subyek dan memintanya untuk mengikuti gerakan tersebut. Ketika peneliti meminta subyek untuk melakukan gerakan membuka dan menutup telapak tangan, subyek sudah cukup mampu melakukannya dengan baik dan benar. Begitupun dalam melakukan gerakan mengepalkan tangan lalu diangkat ke atas dapat dilakukan dengan cukup baik, namun untuk gerakan mendorong tangan ke atas, ke bawah, ke kanan, dan ke kiri, subyek masih membutuhkan bantuan. Sebelum memulai kegiatan mengerjakan soal, terlebih dahulu subyek diminta untuk merelaksasikan kedua tangannya kembali dengan cara membuka dan menutup telapak tangannya, agar tidak mengalami kekakuan pada saat menulis. Setelah kondisi subyek menjadi relaks, maka peneliti memberikan soal dengan aspek menebalkan pada subyek untuk dikerjakan. Subyek sudah cukup mampu menebalkan garis vertikal dan horizontal dengan baik, namun sama seperti sebelumnya bahwa subyek mengalami kesulitan dalam menebalkan pola bentuk yang terdiri dari dua garis atau lebih dan pola garis lengkung. Kesulitan subyek dalam menebalkan terlihat pada hasil tulisannya yang tidak beraturan, dikarenakan kurang optimalnya dalam menggerakkan tangan untuk menulis. Akan tetapi, pada sesi ketiga ini frekuensi munculnya kesalahan dalam menulis permulaan aspek menebalkan berbagai 75 bentuk pola dasar cukup stabil dan menurun jika dibandingkan dengan hasil pada sesi pertama. Frekuensi kesalahan yang dialami subyek pada kegiatan menebalkan berbagai bentuk pola dasar ini yaitu sebanyak 6. Adapun untuk memperjelas hasil tes kemampuan menulis permulaan dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar pada sesi III intervensi ini dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 153. Berikut ini merupakan data mengenai kemampuan menulis permulaan pada intervensi sesi III: Tabel 8. Data Hasil Intervensi Ke-3 Pada Aspek Menebalkan Berbagai Bentuk Pola Dasar. Perilaku Sasaran Target Behavior Waktu Terjadi perilaku sasaran Total kejadian Kesalahan dalam mengerjakan soal tes menulis permulaan 08.30 – 09.00 IIII I 6 d Sesi IV Pemberian intervensi pada sesi IV dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 22 Januari 2015 pukul 08.30. Seperti biasa, sebelum memulai pemberian intervensi, sebelum memulai kegiatan terlebih dahulu subyek dikondisikan agar mampu duduk dengan tenang. Kegiatan yang dilakukan selanjutnya yaitu memulai pemberian intervensi, dengan cara mendemonstrasikan serangkaian gerakan arm activation kepada subyek, serta memberikan instruksi untuk mengikutinya. Dalam melakukan serangkaian gerakan arm activation ini, subyek sudah cukup mampu melakukannya dengan 76 baik, namun terkadang masih mengalami sedikit hambatan dan bantuan. Setelah kondisi subyek menjadi relaks, maka selanjutnya peneliti melanjutkan kegiatan dengan pemberian soal tes pada subyek. Akan tetapi, sebelum memulai kegiatan menulis, subyek terlebih dahulu diberikan instruksioleh peneliti untuk merelaksasikan telapak tangannya dengan cara meremas membuka dan menutup telapak tangan. Selanjutnya peneliti memberikan instruksi kepada subyek untuk mulai mengerjakan soal tes yang diberikan. Kemampuan subyek dalam menebalkan berbagai bentuk pola dasar sudah cukup baik dan mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan pengukuran sebelumnya. Pada sesi ini, subyek sudah mampu menebalkan pola garis lurus vertikal, horizontal, maupun garis miring dengan cukup baik, meskipun dalam menebalkan pola garis lainnya masih mengalami hambatan terutama dalam menebalkan pola garis lengkung. Dalam hal ini, kesulitan yang dialami oleh subyek dalam menebalkan pola garis lengkung dikarenakan subyek kurang luwes dalam menggerakkan pensil dan juga kurang percaya diri untuk melakukannya. Meskipun demikian, pada sesi ini frekuensi kesalahan yang terjadi dalam menebalkan berbagai bentuk pola dasar semakin berkurang jika dibandingkan dengan sesi sebelumnya. Pada sesi ini, frekuensi kesalahan yang dialami oleh subyek yaitu sebanyak 5. Adapun untuk memperjelas hasil tes 77 kemampuan menulis permulaan dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar pada sesi IV intervensi ini dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 156. Berikut ini merupakan data mengenai kemampuan menulis permulaan pada intervensi sesi IV: Tabel 9. Data Hasil Intervensi Ke-4 Pada Aspek Menebalkan Berbagai Bentuk Pola Dasar. Perilaku Sasaran Target Behavior Waktu Terjadi perilaku sasaran Total kejadian Kesalahan dalam mengerjakan soal tes menulis permulaan 08.30 – 09.00 IIII 5 Berdasarkan hasil pelaksanaan intervensi yang telah dijelaskan di atas, berikut disajikan data akumulasi frekuensi kemampuan menulis permulaan yang terfokus pada kesalahan subyek dalam mengerjakan soal tes menulis permulaan dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar untuk baseline-1 dan intervensi, seperti: Tabel 10. Data Hasil Frekuensi Kesalahan Subyek Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menebalkan Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Sesi Intervensi Perilaku Sasaran Target Behavior Sesi ke- Frekuensi Kesalahan Baseline-I A Intervensi B Kesalahan dalam mengerjakan soal tes menulis permulaan 1 9 7 2 9 7 3 8 6 4 - 5 78 Frekuensi kesalahan dalam kemampuan menulis permulaan pada fase intervensi ini lebih diperjelas dengan adanya hasil observasi mengenai pencatatan kejadian menghitung frekuensi dalam lampiran 8 halaman 200. Agar memperjelas hasil data tersebut, berikut ini disajikan display grafik data frekuensi kesalahan subyek dalam mengerjakan soal menulis permulaan dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar pada fase intervensi, seperti: Gambar 6. Display Hasil Frekuensi Kesalahan Subyek Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menebalkan Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Sesi Intervensi Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa frekuensi munculnya kesalahan yang terjadi pada kemampuan menulis permulaan subyek dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar mengalami penurunan setelah diberikannya treatment menggunakan senam otak arm activation. Pada fase intervensi ini, kemampuannya sudah cukup lebih baik jika dibandingkan dengan kemampuannya sebelum diberikan perlakuan. Kemampuan subyek dalam menebalkan berbagai 2 4 6 8 10 sesi 1 sesi 2 sesi 3 sesi 1 sesi 2 sesi 3 sesi 4 Frekuensi Kesalahan Frekuensi Kesalahan Baseline-1 Intervensi 79 bentuk pola dasar setelah diberikannya perlakuan telah mengalami perubahan yang cukup baik, hal ini dibuktikan dengan hasil tulisannya dalam membuat sebuah garis sesuai dengan pola yang disediakan. 2 Deskripsi pelaksanaan intervensi pada aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar a Sesi I Pemberian intervensi pada sesi I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 26 Januari 2015 pukul 08.45. Kegiatan ini diawali dengan mengkondisikan subyek agar dapat mengikuti proses belajar dengan baik. Setelah subyek dapat duduk dengan tenang, peneliti mulai memberikan intervensi yaitu dengan mendemonstrasikan terlebih dahulu gerakan-gerakan arm activation dan meminta subyek untuk mengikutinya. Gerakan awal yang dilakukan yaitu membuka dan menutup telapak tangan agar kedua tangan subyek menjadi relaks dan tidak kaku. Gerakan selanjutnya yaitu gerakan yang dapat merelaksasikan bahu subyek dengan cara mengepalkan salah satu tangannya lalu diangkat ke atas dan didorong oleh tangan lainnya. Dalam melakukan gerakan ini, subyek sudah cukup mampu melakukannya secara mandiri meskipun sedikit terlihat kurang percaya diri. Kegiatan ini dilakukan secara berulang sebelum subyek diberikan soal untuk dikerjakan. 80 Setelah kondisi subyek relaks dan tidak tegang, maka peneliti memberikan soal tes kepada subyek untuk dikerjakan. Tes yang diberikan pada subyek pada sesi ini yaitu dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar. Dalam aktivitas ini, subyek cenderung masih mengalami kesulitan terutama dalam menyalin beberapa bentuk yang memiliki unsur lebih dari satu garis seperti: bentuk segitiga, persegi. Selain itu, dalam menyalin beberapa garis lurus maupun garis miring, subyek dapat melakukannya dengan cukup mampu meskipun masih mengalami kesulitan karena kurangnya konsistensi dalam membuat garis sehingga tulisan terkadang menjadi tidak beraturan. Ketika subyek terlihat mengalami kesulitan dalam menyalin bentuk dan menarik garis dikarenakan adanya kekakuan yang terjadi pada tangannya, maka peneliti kembali merelaksasikan kedua telapak tangannya dengan cara melakukan gerakan membuka dan menutup telapak tangan hingga subyek kembali relaks untuk melanjutkan tugasnya. Setelah kondisi tangan subyek kembali relaks, peneliti pun memberikan kembali soal tes untuk dikerjakan oleh subyek. Setelah diberikan relaksasi, subyek pun dapat mngerjakan beberapa soal dengn cukup baik, meskipun belum optimal. Frekuensi kesalahan yang dialami subyek pada kegiatan menyalin berbagai bentuk pola dasar ini yaitu sebanyak 10. Adapun untuk memperjelas hasil tes kemampuan menulis permulaan dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola 81 dasar pada sesi I intervensi ini dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 159. Selama pemberian intervensi pada sesi keempat ini, subyek cenderung kurang bersemangat untuk mengikuti serangkaian kegiatan yang diberikan. Selain itu, subyek pun cenderung terganggu dengan kondisi kelas yang saat itu kurang kondusif. Dalam mengerjakan soal tes pun, subyek cenderung ragu-ragu untuk melakukannya sehingga berpengaruh terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan tugas. Setelah diberikan intervensi dengan merelaksasikan kekakuannya, subyek pun sedikit mengalami peningkatan dalam kemampuan menulisnya. Hal tersebut dibuktikan dengan frekuensi munculnya kesalahan subyek dalam mengerjakan soal yang berkurang. Berikut ini merupakan data mengenai kemampuan menulis permulaan pada intervensi sesi I: Tabel 11. Data Hasil Intervensi Ke-1 Pada Aspek Menyalin Berbagai Bentuk Pola Dasar. Perilaku Sasaran Target Behavior Waktu Terjadi perilaku sasaran Total kejadian Kesalahan dalam mengerjakan soal tes menulis permulaan 08.45 – 09.15 IIII IIII 10 b Sesi II Pemberian intervensi pada sesi II dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 27 Januari 2015 pukul 08.30. Kegiatan yang 82 dilakukan pada sesi ini diawali dengan mengkondisikan subyek agar dapat duduk dengan tenang dan nyaman, serta pemberian intervensi berupa gerakan-gerakan senam otak arm activation yang dapat merelaksasikan kekakuan pada subyek ketika menulis. Gerakan awal dilakukan dengan cara membuka dan menutup telapak tangan subyek secara berulang, dilanjutkan dengan gerakan lain yaitu mengepalkan salah satu tangan lalu diangkat ke atas dan didorong ke atas, ke bawah, ke kanan, dan ke kiri oleh tangan lainnya yang dilakukan secara bergantian. Dalam melakukan aktivitas ini, subyek sudah cukup mampu melakukannya dengan baik. Setelah selesai melakukan gerakan-gerakan senam arm activation tersebut, subyek diinstruksikan untuk memegang pensil dengan benar dan dilanjutkan dengan pemberian tugas berupa soal tes dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar. Kemampuan subyek dalam memegang pensil sudah baik, namun terkadang subyek terlihat mengalami kekakuan dalam menggerakkan pensil tersebut. Maka dari itu, setiap kali subyek terlihat kaku dan mengalami kesulitan dalam menulis, peneliti memberikan upaya relaksasi kepada subyek dengan cara meremas- remas tangannya membuka dan menutup telapak tangan beberapa saat dan dilanjutkan untuk mengerjakannya kembali. 83 Pada sesi ini, terlihat subyek kurang konsitensi dalam membuat sebuah garis, hal ini dikarenakan terdapat beberapa pola penulisannya tidak beraturan. Akan tetapi, kemampuan subyek saat ini dalam menyalin suatu bentuk sudah cukup baik, dikarenakan jumlah frekuensi kesalahan dalam mengerjakan tugas subyek semakin berkurang apabila dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya. Kemampuan subyek dalam menyalin sebuah garis lurus maupun garis lengkung sudah cukup baik, namun dalam menyalin bentuk garis lengkung maupun lingkaran masih mengalami hambatan. Hambatan tersebut disebabkan karena dalam membuat bentuk garis lengkung maupun lingkaran, subyek kurang luwes dan cenderung ragu-ragu untuk melakukannya. Frekuensi kesalahan yang dialami subyek pada kegiatan menyalin berbagai bentuk pola dasar ini yaitu sebanyak 8. Adapun untuk memperjelas hasil tes kemampuan menulis permulaan dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar pada sesi II intervensi ini dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 161. Pada pelaksanaan pemberian intervensi sesi ini, terdapat banyak hambatan dan kendala yang menyebabkan pemberian intervensi ini menjadi kurang optimal. Beberapa hambatan tersebut terjadi karena kondisi subyek yang cenderung mengganggu proses belajar. Sesekali subyek menjadi marah dan menolak untuk mengerjakan tugasnya karena mengalami kesulitan dalam menulis. 84 Akan tetapi, meski banyaknya hambatan yang mengganggu proses subyek dalam mengerjakan soal, namun kemampuan subyek saat ini cukup baik yakni adanya sedikit peningkatan pada kemampuan menulis permulaannya. Berikut ini merupakan data mengenai kemampuan menulis permulaan pada intervensi sesi II: Tabel 12. Data Hasil Intervensi Ke-2 Pada Aspek Menyalin Berbagai Bentuk Pola Dasar. Perilaku Sasaran Target Behavior Waktu Terjadi perilaku sasaran Total kejadian Kesalahan dalam mengerjakan soal tes menulis permulaan 08.30 – 09.00 IIII III 8 c Sesi III Pemberian intervensi pada sesi III dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 28 Januari 2015 pukul 08.00. Sebelum memulai kegiatan, terlebih dahulu peneliti mengkondisikan subyek agar mampu duduk dengan tenang dan nyaman dalam mengikuti serangkaian kegiatan dalam pemberian intervensi pada sesi ini. Selanjutnya, kegiatan yang dilakukan yaitu mendemonstrasikan beberapa gerakan arm activation dan meminta subyek untuk mengikutinya. Dalam mengikuti serangkaian gerakan arm activation ini, subyek sudah cukup mampu melakukannya dengan cukup baik, meskipun sesekali peneliti memberikan bantuan kepada subyek untuk mengarahkannya. Setelah kondisi subyek terlihat relaks, maka peneliti memberikan intruksi kepada subyek 85 untuk memegang pensil dan mulai mengerjakan soal yang telah diberikan. Kemampuan subyek dalam memegang pensil sudah benar, namun dalam menggunakannya terkadang masih terlihat kaku. Pada sesi ini, kemampuan subyek dalam menyalin bentuk pola dasar sudah cukup banyak mengalami peningkatan, meskipun masih belum optimal dikarenakan terdapat beberapa bentuk yang penulisannya tidak beraturan. Selain itu, kemampuannya dalam menyalin suatu bentuk pola garis lengkung maupun lingkaran, subyek sudah cukup mampu melakukannya dengan baik. Dalam hal ini, kemampuan subyek dalam menggerakkan pensil sudah cukup baik, dan kekakuan yang terjadi pada tangan subyek ketika menulis sudah sedikit berkurang dengan seringnya diberikan upaya merelaksasikan kekakuannya tersebut. Frekuensi kesalahan yang dialami subyek pada kegiatan menyalin berbagai bentuk pola dasar ini yaitu sebanyak 7. Adapun untuk memperjelas hasil tes kemampuan menulis permulaan dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar pada sesi III intervensi ini dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 163. Selama pemberian intervensi pada sesi ini, subyek cenderung menunjukkan sikap yang berlebihan dan emosional. Subyek sering berteriak tanpa adanya sebab dan cenderung ragu-ragu ketika menulis. Selain itu, dalam mengerjakan soal subyek terlihat bosan 86 dengan menunjukkan perilaku mengganggu teman pada saat belajar. Berikut ini merupakan data mengenai kemampuan menulis permulaan pada intervensi sesi III: Tabel 13. Data Hasil Intervensi Ke-3 Pada Aspek Menyalin Berbagai Bentuk Pola Dasar. Perilaku Sasaran Target Behavior Waktu Terjadi perilaku sasaran Total kejadian Kesalahan dalam mengerjakan soal tes menulis permulaan 08.00 – 08.30 IIII II 7 d Sesi IV Pemberian intervensi pada sesi IV dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 29 Januari 2015 pukul 08.00. Kegiatan pada sesi ini diawali dengan mengkondisikan subyek agar dapat duduk dengan tenang dan nyaman dalam mengikuti serangkaian kegiatan dalam pemberian intervensi pada sesi ini. Kegiatan yang dilakukan selanjutnya yaitu peneliti mendemonstrasikan serangkaian gerakan arm activation dan meminta subyek untuk mengikuti kegiatan yang sama. Kemampuan subyek dalam melakukan serangkaian gerakan senam arm activation saat ini sudah lebih baik jika dibandingkan dengan kemampuan sebelumnya. Saat ini, subyek mampu melakukannya secara mandiri dengan baik. Sebelum memulai pada kegiatan mengerjakan soal tes menulis dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar, 87 terlebih dahulu subyek diminta untuk meremas kedua telapak tangannya agar lebih relaks ketika menulis. Selanjutnya, subyek diminta untuk memegang pensil dan mulai mengerjakan soal yang diberikan. Ketika menulis, subyek terlihat lebih baik dalam menggerakkan pensil namun terkadang mengalami sedikit kekakuan. Sesekali peneliti meminta subyek untuk merelaksasikan kedua tangannya agar tidak terjadi kekakuan yang dapat menghambatnya dalam menulis. Pada sesi ini, kemampuan subyek dalam menyalin sudah cukup baik, dikarenakan frekuensi kesalahan yang terjadi semakin berkurang. Meskipun, hasil frekuensi kesalahan yang terjadi cenderung stabil dengan hasil pada sesi sebelumnya. Saat ini, kemampuan subyek dalam menyalin beberapa bentuk terutama bentuk pola garis lengkung sudah cukup lebih baik lagi, namun terdapat pula beberapa penulisan yang masih tidak beraturan. Frekuensi kesalahan yang dialami subyek pada kegiatan menyalin berbagai bentuk pola dasar ini yaitu sebanyak 7. Adapun untuk memperjelas hasil tes kemampuan menulis permulaan dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar pada sesi IV intervensi ini dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 165. Pada saat melakukan kegiatan menulis, subyek cenderung ragu-ragu untuk menggerakkan pensil, sehingga dengan adanya hambatan tersebut menyebabkan subyek menjadi tidak percaya diri 88 dan menghasilkan penulisan yang kurang optimal. Berikut ini merupakan data mengenai kemampuan menulis permulaan pada intervensi sesi IV: Tabel 14. Data Hasil Intervensi Ke-4 Pada Aspek Menyalin Berbagai Bentuk Pola Dasar. Perilaku Sasaran Target Behavior Waktu Terjadi perilaku sasaran Total kejadian Kesalahan dalam mengerjakan soal tes menulis permulaan 08.00 – 08.30 IIII II 7 Berdasarkan hasil pelaksanaan intervensi yang telah dijelaskan di atas, berikut disajikan data akumulasi frekuensi kemampuan menulis permulaan yang terfokus pada kesalahan subyek dalam mengerjakan soal tes menulis permulaan dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar untuk baseline-1 dan intervensi, seperti: Tabel 15. Data Hasil Frekuensi Kesalahan Subyek Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menyalin Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Sesi Intervensi Perilaku Sasaran Target Behavior Sesi ke- Frekuensi Kesalahan Baseline-I A Intervensi B Kesalahan dalam mengerjakan soal tes menulis permulaan 1 11 10 2 10 8 3 11 7 4 - 7 89 Frekuensi kesalahan dalam kemampuan menulis permulaan pada fase intervensi ini lebih diperjelas dengan adanya hasil observasi mengenai pencatatan kejadian menghitung frekuensi dalam lampiran 8 halaman 201. Agar memperjelas hasil data tersebut, berikut ini disajikan display grafik data frekuensi kesalahan subyek dalam mengerjakan soal menulis permulaan dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar pada fase intervensi, seperti: Gambar 7. Display Hasil Frekuensi Kesalahan Subyek Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menyalin Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Sesi Intervensi Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa frekuensi munculnya kesalahan yang terjadi pada kemampuan menulis permulaan subyek dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar mengalami penurunan setelah diberikannya treatment menggunakan senam otak arm activation. Pada fase intervensi ini, kemampuannya sudah cukup lebih baik jika dibandingkan dengan kemampuannya sebelum diberikan perlakuan. Adapun hasil frekuensi kesalahan dalam mengerjakan soal terjadi penurunan pada sesi I dan II, serta cukup 5 10 15 sesi 1 sesi 2 sesi 3 sesi 1 sesi 2 sesi 3 sesi 4 Frekuensi Kesalahan Frekuensi Kesalahan Baseline-1 Intervensi 90 stabil pada sesi III dan IV. Selain itu, kemampuan subyek dalam menyalin berbagai bentuk pola dasar juga mengalami perubahan yang cukup baik, dengan hasil frekuensi kesalahan dalam mengerjakan soal yang terus menurun pada setiap sesinya dalam fase intervensi ini jika dibandingkan dengan kemampuan awal sebelum diberikannya perlakuan. c. Deskripsi Data Hasil Observasi Pelaksanaan Intervensi Pelaksanaan observasi dilakukan pada saat pemberian intervensi, yang bertujuan untuk mendukung data pada tes tertulis yang telah dilakukan. Observasi yang dilakukan mencakup beberapa aspek mengenai kondisi subyek selama pelaksanaan intervensi, yaitu pada aspek sikap dan perilaku. Berikut ini penjelasan mengenai hasil observasi pada setiap sesi dalam fase intervensi, seperti: 1 Deskripsi hasil observasi sesi I Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada sesi I tanggal 19 Januari 2015 pukul 08.30-09.00, terlihat bahwa subyek tampak tenang diawal kegiatan. Pada saat pemberian perlakuan, subyek dapat mengikuti beberapa kegiatan dengan cukup baik. Meskipun demikian, ketika mengikuti serangkaian kegiatan dalam pemberian perlakuan, subyek masih mengalami sedikit kebingungan dan membutuhkan bantuan. Selain itu, selama pelaksanaan intervensi berlangsung subyek kurang mampu berkonsentrasi dengan baik, hal ini dikarenakan subyek cepat merasa bosan dan cenderung 91 memunculkan sikap negatif seperti: memukul meja, menggigit pensil, bahkan subyek sering memunculkan perilaku hand flapping. Adapun kegiatan yang teramati selama pelaksanaan intervensi pada sesi I ini telah terlampir pada lampiran 6 halaman 167. 2 Deskripsi hasil observasi sesi II Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada sesi II tanggal 20 Januari 2015 pukul 08.30-09.00, terlihat bahwa subyek dapat mengikuti serangkaian kegiatan pemberian treatment dengan cukup baik, meskipun masih diberikan bantuan dalam pelaksanaannya. Adapun kegiatan yang teramati selama pelaksanaan intervensi pada sesi II ini telah terlampir pada lampiran 11 halaman 215. Selain itu, pada aktivitas menulis subyek sudah cukup mampu memegang pensil dengan benar, namun dalam menggerakkannya masih terlihat sedikit mengalami kekakuan. Adanya hambatan dalam menggerakkan pensil, menyebabkan subyek mengalami kesulitan dalam menebalkan beberapa bentuk sehingga tulisan yang dihasilkan pun cenderung tidak beraturan. Selama pelaksanaan intervensi pada sesi ini, kondisi subyek cenderung tegang dan menolak untuk mengerjakan soal. Kondisi tersebut menyebabkan subyek menjadi tidak dapat berkonsentrasi dengan optimal. Selain itu pun, terkadang subyek mengabaikan tugasnya dan memunculkan perilaku-perilaku negatif ketika menulis memukul dada. Adapun kegiatan yang 92 teramati selama pelaksanaan intervensi pada sesi II ini telah terlampir pada lampiran 6 halaman 169. 3 Deskripsi hasil observasi sesi III Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada sesi III tanggal 21 Januari 2015 pukul 08.30-09.00, pada kegiatan awal yang dilakukan dengan memberikan treatment berupa serangakaian gerakan senam otak arm activation ini subyek sudah cukup mampu melakukannya dengan lebih baik. Hal tersebut terlihat ketika subyek dapat melakukan beberapa gerakan tanpa memerlukan bantuan, berbeda dengan kemampuan sebelumnya yang masih membutuhkan banyak bantuan. Selain itu, pada saat menulis subyek cenderung tegang dan kurang relaksasi, sehingga sesekali peneliti memberikannya upaya relaksasi berupa gerakan-gerakan mengaktifkan tangan meremas kedua tangan. Selama pelaksanaan intervensi pada sesi ini, selain beberapa hambatan di atas yang menyebabkan hambatan, terdapat hambatan lain yang menjadi pemicu kurangnya fokus perhatian subyek dalam menulis yaitu karena subyek sering memunculkan perilaku hand flapping. Adapun kegiatan yang teramati selama pelaksanaan intervensi pada sesi III ini telah terlampir pada lampiran 6 halaman 171. 4 Deskripsi hasil observasi sesi IV Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada sesi IV tanggal 22 Januari 2015 pukul 08.30-09.00, kegiatan awal yang 93 dilakukan yaitu dengan memberikan treatment berupa senam otak arm activation kepada subyek. Dalam melakukan serangkaian gerakan tersebut, subyek dapat melakukannya dengan cukup baik meskipun terkadang mengalami hambatan dan bantuan. Kemampuan subyek dalam memegang pensil secara benar sudah dapat dilakukannya dengan baik, namun terkadang mengalami sedikit kekakuan ketika menulis. Selain itu, dalam kegiatan menulis subyek cenderung kurang luwes dalam menggerakkan pensil, sehingga terdapat beberapa tulisan yang tidak beraturan. Selama pelaksanaan kegiatan ini, subyek cukup mampu untuk berfokus pada aktivitas yang sedang berlangsung, hanya saja subyek terlihat tegang dan cenderung ragu-ragu untuk melakukannya. Adapun kegiatan yang teramati selama pelaksanaan intervensi pada sesi IV ini telah terlampir pada lampiran 6 halaman 173. Selain itu, kegiatan subyek dalam menulis dapat diamati pada lampiran 11 halaman 217. 5 Deskripsi hasil observasi sesi V Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada sesi V tanggal 26 Januari 2015 pukul 08.45-09.15, pada awal kegiatan yang diawali dengan pemberian treatment berupa relaksasi dengan melakukan serangkaian gerakan mengaktifkan tangan, subyek terlihat sudah cukup mampu melakukannya dengan baik. Ketika menulis, subyek cenderung kurang relaks atau luwes dalam menggerakkan tangannya, sehingga tulisan yang dihasilkan pada beberapa bentuk 94 cenderung tidak beraturan. Selain itu, ketika mengerjakan soal tes menulis subyek pun terlihat ragu dan cenderung tegang sehingga hasil tulisan subyek menjadi kurang optimal. Selama pelaksanaan intervensi pada sesi ini, subyek terlihat kurang bersemangat dalam mengerjakan soal, serta sulit berkonsentrasi dikarenakan kondisi kelas yang kurang kondusif. Adapun kegiatan yang teramati selama pelaksanaan intervensi pada sesi V ini telah terlampir pada lampiran 6 halaman 175. 6 Deskripsi hasil observasi sesi VI Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada sesi VI tanggal 27 Januari 2015 pukul 08.30-09.00, subyek sudah cukup lancar ketika melakukan serangkaian gerakan senam otak arm activation secara mandiri, meskpun terkadang masih mengalami sedikit kesulitan. Pada saat menulis, subyek masih mengalami hambatan dalam menyalin beberapa bentuk dan tulisan yang dihasilkan pun cenderung tidak beraturan. Namun demikian, tulisan subyek cenderung normal dan tidak berlebihan, hal ini terlihat dengan tidak adanya tulisan subyek yang keluar dari kolom pembatas. Selain itu, subyek kurang berkonsentrasi dan ragu untuk menulis, bahkan sesekali subyek menjadi marah dan memunculkan perilaku negatif ketika mulai bosan dengan aktivitas menulis. Adapun kegiatan yang teramati selama pelaksanaan intervensi pada sesi VI ini telah terlampir pada lampiran 6 halaman 177. 95 7 Deskripsi hasil observasi sesi VII Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada sesi VII tanggal 28 Januari 2015 pukul 08.00-08.30, terlihat bahwa subyek sudah mampu melakukan beberapa gerakan relaksasi untuk mengaktifkan tangannya secara mandiri, meskipun terkadang masih memerlukan bantuan. Kemampuan subyek dalam memegang pensil sudah baik, namun ketika menulis terkadang masih mengalami sedikit kekakuann. Maka dari itu, untuk mengoptimalkan kemampuannya dalam menulis, sesekali peneliti memberikan gerakan-gerakan arm activation mengaktifkan tangan untuk merelaksasikan kekakuan yang terjadi pada tangan subyek. Hambatan utama yang terjadi pada subyek ketika menulis yaitu sulitnya untuk berkonsentrasi. Rendahnya konsentrasi ini disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya kondisi emosional subyek yang berlebihan, kurangnya percaya diri subyek yang cenderung ragu-ragu dalam menulis, serta subyek cepat merasa bosan ketika melakukan aktivitas menulis. Adapun kegiatan yang teramati selama pelaksanaan intervensi pada sesi VII ini telah terlampir pada lampiran 6 halaman 179. 8 Deskripsi hasil observasi sesi VIII Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada sesi VIII tanggal 29 Januari 2015 pukul 08.00-08.30, kegiatan ini diawali dengan pemberian serangkaian gerakan senam otak arm activation kepada subyek. Dalam melakukan serangkaian gerakan tersebut, 96 subyek dapat melakukannya secara mandiri dengan baik dan sesuai dengan instruksi yang diberikan. Kemampuan subyek dalam memegang pensil saat ini sudah baik dan benar, namun sesekali masih mengalami sedikit kekakuan dalam menggerakkan pensil untuk menulis. Selain itu, ketika menulis subyek cenderung ragu dan tidak percaya diri untuk melakukannya, sehingga menghambat dalam mengerjakan soal tes yang diberikan. Adapun kegiatan yang teramati selama pelaksanaan intervensi pada sesi VIII ini telah terlampir pada lampiran 6 halaman 181. d. Deskripsi Baseline-2 Kemampuan subyek setelah intervensi Baseline-2 merupakan suatu fase yang bertujuan untuk mengukur kemampuan serta memperkuat pengaruh senam otak arm activation terhadap kemampuan menulis permulaan subyek. Berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan pada baseline-1, kemampuan menulis permulaan subyek mengalami peningkatan setelah diberikannya intervensi. Pengukuran yang difokuskan pada frekuensi kesalahan subyek dalam mengerjakan soal, terlihat mengalami perubahan yang cenderung menurun pada fase intervensi. Pada fase baseline-2 ini, soal tes yang diberikan kepada subyek sama dengan soal tes yang diberikan pada fase baseline-1 dan intervensi. Soal tes yang diberikan berjumlah 30 keseluruhan, diantaranya yaitu terdiri dari 15 soal dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar dan 15 soal dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar. Adapun 97 pelaksanaan baseline-2 ini dilakukan sebanyak tiga sesi, yang mana pada masing-masing sesi diberikan waktu 30 menit untuk mengerjakan soal tes yang diberikan. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai hasil data pada fase baseline-2 pada setiap sesi, seperti: 1 Sesi I Pengukuran baseline-2 sesi pertama dilakukan pada hari Senin tanggal 2 Februari 2015. Kegiatan yang dilakukan pada sesi I ini yaitu subyek mengerjakan soal tes menulis permulaan dengan aspek menebalkan dan menyalin berbagai bentuk pola dasar. Sebelum memulai aktivitas menulis, subyek dengan refleks menggerakan kegua telapak tangannya dengan cara membuka dan menutup meremas, meskipun peneliti tidak memberikan instruksi apapun kepada subyek untuk melakukan gerakan arm activation. Peneliti kembali memberikan instruksi kepada subyek untuk mulai mengerjakan soal tes yang diberikan. Pada sesi pertama ini, kegiatan awal yang dilakukan yaitu dengan pemberian soal tes menulis dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar keada subyek. Kemampuan menulis subyek sudah cukup baik meskipun tidak diberikannya intervensi. Subyek sudah cukup mampu menebalkan beberapa bentuk pola dengan, meskipun kemampuannya dalam menarik garis masih kurang konsisten namun cukup baik. Frekuensi kesalahan yang dihasilkan pada sesi ini yaitu sebanyak 5. Adapun untuk memperjelas hasil tes 98 kemampuan menulis permulaan dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar pada sesi I baseline-2 ini dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 183. Setelah subyek mampu menyelesaikan seluruh soal tes yang diberikan, maka kegiatan selanjutnya yaitu dengan pemberian soal tes menulis dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar. Pada awal kegiatan menulis, subyek cenderung menolak untuk mengerjakan soal tes yang diberikan, hal ini dikarenakan subyek kurang bersemangat untuk mengikuti kegiatan tersebut. Agar kondisi subyek kembali bersemangat, peneliti memberikan jeda waktu pada subyek untuk melakukan kegiatan lain, namun setelah subyek terlihat lebih baik lagi maka peneliti melanjutkan kembali pemberian soal tes kepada subyek. Meskipun kemampuan menulis subyek pada aspek menyalin ini belum optimal, namun saat ini sudah cukup baik jika dibandingkan dengan kemampuannya pada baseline-1. Frekuensi kesalahan menulis pada aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar ini yaitu sebanyak 4. Adapun untuk memperjelas hasil tes kemampuan menulis permulaan dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar pada sesi I baseline-2 ini dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 186. 2 Sesi II Pengukuran baseline-2 sesi kedua dilakukan pada hari Selasa tanggal 3 Februari 2015. Pada sesi kedua ini, kegiatan yang dilakukan sama dengan kegiatan sebelumnya yaitu menebalkan dan menyalin 99 berbagai bentuk pola dasar. Kegiatan awal yang dilakukan pada sesi ini yaitu pemberian soal tes menulis dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar. Kemampuan menulis subyek saat ini pada aspek tersebut sudah cukup baik dan cenderung stabil dengan hasil tes pada sesi sebelumnya. Frekuensi kesalahan menulis dengan aspek menebalkan ini yaitu sebanyak 5. Adapun untuk memperjelas hasil tes kemampuan menulis permulaan dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar pada sesi II baseline-2 ini dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 188. Setelah mampu menyelesaikan seluruh soal tes yang diberikan, selanjutnya peneliti memberikan jeda waktu kepada subyek untuk beristirahat sejenak dan dilanjutkan dengan melakukan kegiatan berikutnya. Kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh subyek yaitu mengerjakan soal tes dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar. Selama berlangsungnya kegiatan pada sesi ini, subyek dapat mengikuti dengan baik dan bersemangat. Kemampuan subyek dalam menulis dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar sudah cukup baik jika dibandingkan dengan kemampuan awalnya pada baseline-1, namun tulisan yang dihasilkan masih terdapat beberapa kesalahan dan kurang optimal. Frekuensi kesalahan menulis pada aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar ini yaitu sebanyak 5. Hasil tersebut cenderung meningkat dari hasil pada pertemuan sebelumnya. Adapun untuk memperjelas hasil tes kemampuan menulis permulaan 100 dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar pada sesi II baseline-2 ini dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 191. 3 Sesi III Pengukuran baseline-2 sesi ketiga dilakukan pada hari Rabu tanggal 4 Februari 2015. Kegiatan yang dilakukan pada sesi ketiga ini yaitu menulis dengan aspek menebalkan dan menyalin berbagai bentuk pola dasar. Pada sesi ini, kegiatan awal yang dilakukan oleh subyek yaitu menebalkan berbagai bentuk pola dasar. Dalam melakukan aktivitas ini, kemampuan subyek sudah cukup baik jika dibandingkan dengan kemampuannya pada baseline-1. Akan tetapi, hasil tes pada sesi ini tidak mengalami perubahan dan cenderung stabil dengan hasil tes pada sesi awal selama fase baseline-2 ini. Frekuensi kesalahan menulis pada aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar ini yaitu sebanyak 5. Adapun untuk memperjelas hasil tes kemampuan menulis permulaan dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar pada sesi III baseline-2 ini dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 193. Setelah subyek mampu menyelesaikan seluruh soal tes yang diberikan, maka selanjutnya subyek diberikan soal tes menulis dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar. Kemampuan menyalin subyek saat ini sudah cukup baik dan mengalami peningkatan dibandingkan dengan sesi sebelumnya. Namun, dalam pelaksanaanya terkadang subyek masih mengalami hambatan dan kurang luwes 101 dalam menulis. Frekuensi kesalahan menulis pada aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar ini yaitu sebanyak 4. Adapun untuk memperjelas hasil tes kemampuan menulis permulaan dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar pada sesi III baseline-2 ini dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 196. Agar memperjelas deskripsi hasil di atas, berikut ini merupakan data mengenai mengenai hasil kemampuan menulis permulaan subyek pada baseline-2, seperti: Tabel 16. Data Frekuensi Kesalahan Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menebalkan Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Baseline-2. Perilaku Sasaran Target Behavior Sesi Frekuensi Kesalahan Kesalahan dalam mengerjakan soal tes menulis permulaan 1 5 2 5 3 5 Frekuensi kesalahan dalam kemampuan menulis permulaan pada baseline-2 ini lebih diperjelas dengan adanya hasil observasi mengenai pencatatan kejadian menghitung frekuensi dalam lampiran 8 halaman 202. Agar memperjelas data di atas, maka berikut ini disajikan sebuah display grafik mengenai frekuensi kesalahan subyek dalam kemampuan menulis permulaan dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar pada baseline-1, seperti: 102 Gambar 8. Display Hasil Frekuensi Kesalahan Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menebalkan Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Baseline-2. Display grafik di atas menunjukkan bahwa pada sesi pertama, kedua, dan ketiga pengukuran dilakukan terhadap kemampuan dalam menebalkan berbagai bentuk pola dasar, dengan frekuensi kesalahan yang terjadi cenderung stabil. Pada fase ini, frekuensi kesalahan yang terjadi mengalami perubahan yaitu berkurangnya frekuensi kesalahan jika dibandingkan dengan fase sebelumnya. Tabel 17. Data Frekuensi Kesalahan Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menyalin Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Baseline-2. Perilaku Sasaran Target Behavior Sesi Frekuensi Kesalahan Kesalahan dalam mengerjakan soal tes menulis permulaan 1 4 2 5 3 4 Frekuensi kesalahan dalam kemampuan menulis permulaan pada baseline-2 ini lebih diperjelas dengan adanya hasil observasi mengenai pencatatan kejadian menghitung frekuensi dalam lampiran 8 halaman 203. Agar memperjelas data di atas, maka berikut ini disajikan sebuah display grafik mengenai frekuensi kesalahan subyek dalam kemampuan 2 4 6 sesi 1 sesi 2 sesi 3 Frekuensi Kesalahan Frekuensi Kesalahan 103 menulis permulaan dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar pada baseline-1, seperti: Gambar 9. Display Hasil Frekuensi Kesalahan Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menyalin Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Baseline-2. Display grafik di atas menunjukkan bahwa pada sesi pertama dan kedua frekuensi kesalahan yang terjadi cukup stabil, namun pada sesi ketiga mengalami penurunan. Dalam hal ini, kemampuan subyek dalam menyalin berbagai bentuk pola dasar cukup rendah, terlihat dengan banyaknya frekuensi kesalahan yang terjadi.

B. Analisis Data