12
Dalam penelitian ini, anak autistik yang dimaksud yaitu salah satu siswa kelas VI di SLB Autisma Dian Amanah Yogyakarta yang mengalami
hambatan menulis permulaan dalam proses pembelajaran. Hambatan menulis permulaan yang dialami oleh anak autistik ini, disebabkan karena
terbatasnya kemampuan kognitif dan motorik halus untuk menunjang proses pembelajaran. Terbatasnya kemampuan motorik halus ini terlihat dengan
adanya kekakuan pada alat gerak tangannya ketika menulis, sehingga tulisan yang dihasilkan cenderung tidak beraturan. Maka dari itu, perlu adanya
suatu treatment yang dapat membantu merelaksasikan kekakuan yang dialaminya.
2. Faktor-faktor Penyebab Anak Autistik
Dalam menentukan faktor penyebab anak autistik secara spesifik, hingga saat ini masih belum ditemukannya secara pasti. Meskipun
demikian, secara umum terdapat kesepakatan mengenai keragaman penyebab terjadinya anak autistik. Menurut Bonny Danuatmaja 2003: 4-6,
terdapat beberapa dugaan mengenai penyebab anak autistik, seperti: a.
Gangguan susunan saraf pusat Adanya penemuan yang menyatakan bahwa anak autistik
mengalami kelainan pada neuroanatomi anatomi susunan saraf pusat pada beberapa bagian otak. Selain itu, beberapa anak autistik mengalami
pengecilan pada otak kecil lobus VI-VII, yang mana seharusnya pada lobus tersebut terdapat banyak sel purkinje, namun hanya sedikit jumlah
yang dimiliki oleh anak autistik.
13
b. Gangguan sistem pencernaan
Gangguan sistem pencernaan yang menjadi penyebab anak autistik ini yaitu disebabkan karena kurangnya enzim sekretin pada sistem
pencernaan. c.
Peradangan dinding usus Peradangan pada dinding usus yang terjadi karena adanya virus selama
fase kehamilan. Hal ini disebabkan karena banyaknya orangtua yang menolak untuk melakukan vaksin MMR Measies, Mumps, Rubella.
d. Faktor genetika
e. Keracunan logam berat
Adanya racun logam berat pada tubuh anak autistik ini diduga karena kemampuan sekresi logam berat dalam tubuh terganggu secara genetik.
Berdasarkan pernyataan tersebut, dugaan sementara mengenai faktor penyebab anak autistik yaitu disebabkan karena adanya faktor genetik,
metabolik dan gangguan saraf pusat, infeksi pada masa kehamilan rubella, gangguan sistem pencernaan, serta keracunan logam berat.
3. Karakteristik Anak Autistik
Anak autistik memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Adanya perbedaan tersebut menyebabkan anak autistik
perlu mendapatkan penanganan secara khusus terutama dalam layanan pendidikan. Menurut Sasanti Yuniar 2003: 35, anak autistik memiliki tiga
karakteristik utama, yaitu: “a gangguan dalam interaksi sosial, b gangguan dalam komunikasi, c minat terbatas, gerak stereotipik, serta perilaku tak
14
wajar”. Beberapa gangguan pada bidang lain yang dialami oleh anak autistik menurut Yoswan Azwandi 2005, 31-34, yaitu:
“a gangguan kognitif, b gangguan pada perilaku motorik, c reaksi terhadap perangsangan indera, d
gangguan tidur dan makan, d gangguan afek dan mood serta emosi, e perilaku yang membahayakan diri sendiri, f gangguan kejang
”. Pendapat lain mengenai karakteristik anak autistik yang dikemukakan
oleh Hallahan, Kauffman and Pullen 2009: 433-435, yaitu: “impaired
social interaction, impaired communication, repetitive and stereotyped patterns of behavior, impaired cognition, and abnormal sensory
perceptions ”. Adapun penjelasan mengenai masing-masing karakteristik
tersebut, diantaranya: a.
Impaired social interaction Anak autistik mengalami hambatan dalam melakukan interaksi
sosial dengan lingkungan. Mereka cenderung sulit untuk melakukan kontak mata dengan orang sekitarnya.
b. Impaired communication
Anak autistik mengalami hambatan dalam berkomunikasi dengan lingkungan, terutama untuk tujuan sosial. Hal tersebut dikarenakan
autisme yang mengalami keterbatasan dalam berbahasa verbal maupun non-verbal.
c. Repetitive and stereotyped patterns of behavior
Anak autistik memiliki karakteristik unik yang berbeda dengan anak yang lain, dikarenakan mereka sering menunjukkan perilaku yang
15
khas, seperti: perilaku stereotip, repetitif, dan perilaku ritual lainnya misal: mengepak-ngepakkan tangannya, meloncat-loncat, dan berputar.
d. Impaired cognition
Sebagian besar anak autistik mengalami hambatan pada fungsi kognitif. Hambatan tersebut menyebabkan anak autistik kurang
mengalami kepekaan terhadap orang di sekitarnya. e.
Abnormal sensory perceptions Sebagian dari anak autistik memiliki indera yang sangat sensitif
terhadap rangsangan, namun beberapa anak autistik pun memiliki respon yang kurang terhadap rangsangan. Kurangnya respon terhadap
rangsangan, menyebabkan anak autistik tidak peka terhadap rangsangan yang bersifat membahayakan dirinya.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anak autistik memiliki karakteristik yang berbeda
dengan anak-anak pada umumnya. Adapun karakteristik utama pada anak autistik,
yaitu: mengalami
hambatan dalam
berinteraksi sosial,
berkomunikasi, dan perilaku. Selain itu, sebagian besar anak autistik mengalami hambatan pada fungsi kognitif yang dapat menghambat proses
pembelajaran. Terdapat pula sebagian dari anak autistik yang mengalami keterbatasan dalam kemampuan motorik. Keterbatasan motorik tersebut
dapat terlihat dengan adanya kelemahan maupun kekakuan dalam gerakan yang dialami oleh anak autistik tersebut.
16
Dalam penelitian ini, anak autistik yang menjadi subyek memiliki keterbatasan pada fungsi kognitif dan motorik halusnya, sehingga
menghambat proses pembelajaran terutama menulis permulaan. Mengingat saat ini anak autistik yang menjadi subyek dalam penelitian berada pada
kelas VI SD, akan tetapi kemampuannya dalam menulis cenderung masih rendah. Maka dari itu, dalam proses pembelajaran anak autistik ini
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan tugas karena kekakuan yang dialaminya menghambat kegiatan belajar. Selain itu, apabila
dalam proses pembelajaran guru kurang memberikan bimbingan secara intensif, maka frekuensi kesalahan dalam menulis permulaan yang dialami
oleh subyek lebih banyak. Dengan adanya pernyataan di atas, maka untuk mengatasi hambatan
menulis karena adanya kekakuan pada tangan yang dialami oleh anak autistik tersebut, maka peneliti ingin memberikan sebuah treatment yang
mampu mengatasi hambatan belajar menulisnya yaitu dengan pemberian senam otak gerakan arm activation. Sehingga, untuk mengukur keberhasilan
treatment yang diberikan tersebut yaitu dengan melihat frekuensi kesalahan anak autistik dalam menulis permulaan.
B. Kajian Tentang Kemampuan Menulis Permulaan