Dampak Kondisi Suhu Panas Terhadap Pekerja di Central Gas Turbine

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti ketika terjun dilapangan, ketika berada di lingkungan kerja di Central Gas Turbine Area suasana terkait keadaan suhu di Central Gas Turbine Area memang sangat panas dan hal ini dapat dibuktikan dengan wawancara secara mendalam terhadap para informan. Berdasarkan pernyataan para informan dapat diketahui bahwa suhu di Central Gas Turbine Area sangat panas, hal ini disebabkan oleh adanya proses pembakaran gas turbin untuk menghasilkan listrik dan juga panas yang dihasilkan oleh HRSG yang memproduksi uap untuk melelehkan minyak bumi dan juga panas yang dihasilkan dari Exhaust yaitu buangan gas yang dibuang ke udara, juga dari pancaran sinar matahari yang panas. Menurut suma‟mur 2013 faktor-faktor yang menyebabkan pertukaran panas antara tubuh dan lingkungan sekitarnya adalah konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi penguapan keringat. Konduksi ialah pertukaran panas antara tubuh dengan benda- benda sekitar melalui mekanisme sentuhan atau kontak langsung. Konveksi adalah pertukaran panas dari badan dengan lingkungan melalui kontak udara dengan tubuh.

5.6 Dampak Kondisi Suhu Panas Terhadap Pekerja di Central Gas Turbine

Area Menurut Suma‟mur 2013 suhu tinggi dapat mengakibatkan kejang panas heat cramps, penat panas heat exhaustion, pukulan atau struk panas heat stroke, dan miliaria. Heat cramps dialami pada lingkungan yang suhunya tinggi, sebagai akibat bertambah banyaknya keluar keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari tubuh, sedangkan air yang yang diminum tidak diberi garam untuk Universitas Sumatera Utara mengganti garam natrium yang hilang. Heat cramps diderita sebagai sebagai kejang- kejang otot tubuh dan perut yang dirasakan sangat sakit. Di samping kejang-kejang tersebut terdapat pula gejala-gejala yang biasa dijumpai pada heat stress yaitu pingsan, badan terasa lemah, mual, dan muntah-muntah. Heat exhaustion biasanya terjadi oleh karena lingkungan yang sangat panas, terutama bagi yang belum beraklimatisasi terhadap iklim cuaca panas. Penderita sangat banyak berkeringat, sedangkan temperatur badan normal atau sub-normal. Tekanan darah penderita menurun dan nadi lebih cepat. Yang terkena penat panas merasa badannya lemah, mungkin penderita mengalami pingsan, dan kadang-kadang keadaanya letargis lethargic. Heat stroke jarang terjadi pada pekerja dalam perusahaan industri, namun bila terjadi biasanya keadaanya sangat parah. Penderita umumnya laki-laki yang pekerjaanya berat dan belum beraklimatisasi terhadap iklim kerja panas. Gejala- gejala atau tanda kelainan saraf pusat dapat timbul, seperti vertigo, tremor, konvulsi, dan delirium. Menurunkan suhu badan dengan kompres atau selimut kain basah dan dingin adalah pengobatan utama. Peneyebab heat stroke adalah pengaruh panas langsung kepada pusat pengatur panas di otak. Atas dasar pengaruh suhu panas demikian, terjadi peningkatan suhu badan penderita hiperpireksia. Miliria adalah kelainan kulit sebagai akibat keluarnya keringat yang berlebihan. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti dapat dari para informan diketahui bahwa dampak kondisi suhu panas bagi pekerja yang bekerja di Central Gas Turbine Area yaitu lelah, dehidrasi, perasaan gerah, stress, konsentrasi berkurang. Namun Universitas Sumatera Utara dalam hal ini para informan melakukan antisipasi untuk meminimalisir agar dampak tersebut tidak mempengaruhi kinerja pekerja dengan cara-cara yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Siregar 2008 yang menyatakan selama bekerja di tempat panas terjadi pengeluaran keringat yang banyak pada pekerja, dimana keringat merupakan cairan hiponotik yang terdiri dari air, natrium, dan klorida. Penguapan dan pengeluaran keringat dari kulit yang bertujuan untuk mengatur temperatur tubuh menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah, sehingga menyebabkan kekurangan volume cairan. Menurut Subaris dan Haryono 2008 pengaruh pemaparan panas terhadap kesehatan diantaranya adalah dapat mengakibatkan : 1. Dehidrasi: Tubuh letih, lesu, lemas, kantuk, muntah. 2. Heat Cramps: Kejang otot karena kehilangan cairan dan garam akibat keringat berlebihan yang mengakibatkan kecendrungan sirkulasi jantung kurang adequate. 3. Heat exhaustion Heat perforation: Perubahan aliran darah kulit menjadi lebih rendah dari suhu tubuh sehingga membutuhkan volume darah lebih banyak. 4. Heat Stroke: Temperatur tubuh 40-41ºC yang mengakibatkan kerusakan jaringan-jaringan, seperti liver, ginjal, dan otak. Berdasarkan keterangan di atas diperlukan adanya upaya keselamatan didalam pengendalian panas tersebut agar tidak berpengaruh serius terhadap kesehatan pekerja Universitas Sumatera Utara PT. Taka Turbomachinery Indonesia Duri Riau yang bekerja di Central Gas Turbine Area.

5.7 Upaya Keselamatan Pada Kondisi Suhu Panas di Central Gas Turbine