Dampak Kondisi Kebisingan Terhadap Pekerja di Central Gas Turbine

lainnya ini dikarenakan untuk di Central Gas Turbine Area terdapat 5 unit mesin turbin, dan sifat kebisingan tersebut bersifat menetap mulai dari tingkat yang terendah 89 dBA untuk mesin turbin unit 1 sampai paling tertinggi di mesin turbin unit ke 5 sebesar 98 dBA. Dan suasana selama berada di Central Gas Turbine Area keadaannya sangat bising. Berdasarkan pernyataan para informan dapat diketahui bahwa suasana kebisingan di Central Gas Turbine Area sangat bising dan itu dapat diketahui berdasarkan pernyataan para informan dari PT. Taka Turbomachinery Indonesia Duri Riau yang menyatakan bahwa tingkat kebisingan bervariasi mulai dari yang terkecil yaitu 89 dBA hingga diatas 95 dBA. Dan untuk sumber kebisingannya berasal dari suara mesin turbin dan suara dari komponen mesin turbin seperti Inlet house, compressor, dan juga turbin compartment. Menurut Tambunan 2005 sumber kebisingan berasal dari aktivitas-aktivitas yang ikut menciptakan dan menambah tingkat kebisingan di tempat kerja, seperti mengoperasikan mesin-mesin produksi yang sudah cukup tua, terlalu sering mengoperasikan mesin-mesin kerja pada kapasitas kerja cukup tinggi dalam operasi cukup panjang.

5.9 Dampak Kondisi Kebisingan Terhadap Pekerja di Central Gas Turbine

Area Menurut Soeripto 2008 pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja, kebisingan dapat menyebabkan berbagai pengaruh terhadap tenaga kerja, seperti Universitas Sumatera Utara pengaruh fisiologis, pengaruh psikologis berupa gangguan mengganggu atau annoying, pengaruh pada komunikasi dan pengaruh yang paling serius adalah gangguan terjadinya ketulian. Gangguan komunikasi dapat disebabkan oleh masking effect dari kebsingan, ganguan kejelasan suara intelligibility. Sebagai pegangan risiko potensial kepada pendengaran terjadi apabila komunikasi pembicaraan harus dijalankan dengan berteriak. Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan bahkan mungkin terjadi kecelakaan terutama pada peristiwa penggunaan tenaga baru. Gangguan komunikasi secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja karena tidak mendengarkan teriakan atau isyarat tanda bahaya, disamping itu dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktivitas kerja. Menurut Subaris dan Haryono 2008 efek kebisingan pada indera pendengaran dapat diklasifikasikan menjadi trauma akustik, ketulian sementara, dan ketulian permanen. Trauma akustik merupakan gangguan pendengaran yang disebabkan oleh pemaparan tunggal terhadap intensitas kebisingan yang sangat tinggi dan terjadi secara tiba-tiba. Sebagai contoh ketulian yang disebabkan oleh suara ledakan bom. Ketulian sementara merupakan gangguan pendengaran yang dialami seseorang yang sifatnya sementara. Daya dengarnya sedikit demi sedikit pulih kembali, waktu untuk pemulihan kembali adalah berkisar dari beberapa menit sampai beberapa hari 3-7 hari, namun yang paling lama tidak lebih dari 10 hari. Ketulian permanen adalah bilamana seseorang pekerja mengalami ketulian sementara dan kemudian terpajan bising kembali sebelum pemulihan secara lengkap terjadi, maka Universitas Sumatera Utara akan terjadi akumulasi sisa ketulian TTS dan bila hal ini berlangsung secara berulang dan menahun, sifat ketuliannya akan berubah menjadi menetap permanen. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti dapat dari para informan diketahui bahwa dampak kondisi kebisingan bagi pekerja yang bekerja di Central Gas Turbine Area yaitu proses komunikasi yang tidak berjalan seperti keadaan normal, dan untuk mengantisipasi hal tersebut dilakukan komunikasi dengan bersuara agak keras pada telinga lawan bicara, memperhatikan mimik mulut lawan ketika berbicara dan apabila pembicaraan tersebut bersifat penting maka akan dibicarakan di tempat yang sudah aman dari kebisingan yaitu di Control Room. Untuk segi kesehatan hal yang berpengaruh adalah bisa mengakibatkan gangguan pendengaran seperti tuli, namun untuk mengantisipasi hal tersebut PT. Taka di dalam bekerja menggunakan alat pelindung telinga seperti Ear plug dan Ear muff. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Pradana 2013 yang menyatakan tingkat kebisingan yang melebihi 85 dBA dalam kondisi tersebut dapat menimbulkan rasa kurang nyaman yang dialami pekerja dalam hal komunikasi pada saat menjalankan pekerjaannya sehingga memungkinkan pekerja mengalami gangguan pada saat bekerja. Menurut Tambunan 2005 suara kebisingan di tempat kerja berubah menjadi salah satu bahaya kerja occupational hazard saat keberadaannya di rasakan mengganggu atau tidak diinginkan secara: a. Fisik menyakitkan telinga pekerja Universitas Sumatera Utara b. Psikis mengganggu konsentrasi dan kelancaran komunikasi Saat situasi tersebut terjadi, status suara berubah menjadi polutan dan identitas suara berubah menjadi kebisingan noise. Kebisingan noise di tempat kerja menjadi bahaya kerja bagi sistem penginderaan manusia occupational hazard, dalam hal ini bagi sistem pendengaran hearing loss.

5.10 Upaya Keselamatan Pada Kondisi Kebisingan di Central Gas Turbine