Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Kredit BTU

akan semakin besar. Selain itu, jangka waktu yang semakin panjang dapat meringkankan beban dari debitur di dalam proses pelunasan kreditnya, dimana angsurannya akan menjadi lebih ringan. Akan tetapi jangka waktu yang terlalu lama dapat meningkatkan risiko dari kredit tersebut. Pemberian jangka waktu oleh pihak UKC didasarkan atas kapasitas nasabah dalam membayar angsuran setiap bulannya. Selain itu juga, jangka waktu yang diberikan juga mempertimbangkan prospek usaha debitur, apakah di dalam jangka waktu yang diberikan masih memberikan prospek yang bagus. Maka dari itu secara deskriptif dapat disimpulkan bahwa pihak UKC Karawang menjadikan variabel jangka waktu sebagai salah satu faktor yang dapat menentukan besar realisasi kredit BTU.

7.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Kredit BTU

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengertaian realisasi kredit pada penelitian ini adalah adalah jumlahbesar kredit yang diberikan pihak bank kepada debitunya. Realisasi kredit dinyatakan dalam rupiah. Realisasi kredit BTU dipengaruhi oleh hubungan beberapa faktor-faktor yang dirumuskan dalam suatu fungsi persamaan. Dalam penelitian ini, terdapat sembilan faktor yang mempengaruhi realisasi kredit BTU, yang terbagi dalam tiga karakteristik, yakni karakteristik individu, karakteristik usaha, dan karakteristik kredit. Karakteristik individu meliputi usia nasabah, tingkat pendidikan dummy, jumlah anggota keluarga, pengalaman kredit dummy, dan jangka waktu peminjaman. Karakteristik usaha mencakup pendapatan usaha per bulan, lama usaha, sektor usaha dummy, dan current ratio CR. Sedangkan untuk karakteristik kredit terbagi atas dua variabel, yakni agunan, dan jangka waktu peminjaman. Variabel dummy untuk tingkat pendidikan terbagi menjadi dua variabel, yakni jika pendidikan ≤ SLTP D=0, dan jika pendidikan ≥ SLTA D=1. Untuk variabel pengalaman kredit terbagi menjadi dua, yakni nasabah yang tidak memiliki pengalaman D=0 dan memiliki pengalaman D=1. Sedangkan untuk variabel sektor usaha terbagi menjadi sektor agribisnis D=0 dan sektor non agribisnis D=1. Data faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi kredit BTU dapat dilihat pada lampiran 3. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi kredit BTU pada UKC Cabang Karawang dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Hasil Analisis Terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Kredit BTU Pada UKC Cabang Karawang Predict or Coef SE Coef T P VIF Const ant 41036 18414 2.23 0.031 USIA -1149.5 974.15 -1.18 0.244 2.3 PENDIDIKAN 2632 5606 0.47 0.641 1.2 KELUARGA -4354 3161 -1.38 0.175 1.5 PENGALAM AN KREDIT 1152 505.3 2.28 0.013 1.9 LAM A USAHA 3786 1210 3.13 0.003 2.8 PENDAPATAN 6.202 1.168 5.31 0.000 4.1 SEKTOR 5742 5773 0.99 0.325 1.2 CR 14591 5718 2.55 0.014 2.7 AGUNAN 0.9262 0.1344 6.89 0.000 4.8 JANGKA WAKTU 19430 3338 5.82 0.000 3.8 S = 16271.0 R-Sq = 87.3 R-Sqadj = 84.5 Analysis of Variance Source DF SS M S F P Regression 10 2.95E+11 2.95E+10 32.14 0.000 Residual Error 46 4.218E+10 9.17E+08 Tot al 56 3.37E+11 Keterangan : signifikan pada taraf 5 Berdasarkan Tabel 15, diketahui bahwa p-value dari statistik F lebih kecil dari taraf nyata sebesar lima persen P = 0,000 α sehingga keputusannya adalah menolak H , artinya setidak-tidaknya ada satu variabel independent yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependent. Dari pendugaan model linear berganda diperoleh koefisien determinasi R 2 sebesar 87,3 persen tabel 15. Hal ini menandakan bahwa 87,3 persen variabel realisasi kredit dapat dijelaskan oleh variabel-variabel yang mempengaruhi realisasi kredit, dan sisanya 12,7 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Uji F menyatakan bahwa model nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen, yang berarti variabel-variabel yang mempengaruhi realisasi kredit secara bersama- sama mempengaruhi terhadap realisasi kredit. Dari hasil analisa regresi linear berganda diperoleh nilai F hit adalah 23.94 Dari F tabel diperloeh F10 ;46;0,05 adalah 2,043. Nilai F hit F tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi berganda ini pada variabel independen dan variabel dependennya terdapat hubungan linear yang berarti menolak H . Dari uji-t diketahui bahwa variabel-variabel yang berpengaruh nyata tingkat kesalahan di bawah 5 persen terhadap realisasi kredit adalah pendapatan usaha, pengalaman kredit, CR, agunan, dan jangka waktu pengembalian kredit. Usia nasabah, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, lama usaha, sektor usaha dan jumlah kredit yang diajukan tidak berpengaruh nyata terhadap realisasi kredit. Nilai VIF Variance Inflation Factors dari masing-masing peubah bebas lebih kecil dari pada 10 tabel 15. Hal tersebut menandakan bahwa tidak terdapat hubungan yang kuat antar peubah bebas, atau masing-masing peubah bebas tidak saling mempengaruhi satu sama lainnya multikolinearitas.

7.2.1. Usia Nasabah

Usia nasabah merupakan salah satu faktor yang digunakan oleh UKC cabang Karawang sebagai acuan dalam merealisasikan kreditnya BTU. Hal ini tertuang dalam aplikasi pengajuan kredit BTU dimana setiap calon debitur wajib memberikan informasi yang sebenarnya berapa usianya pada saat mengajukan kredit Lampiran 1. Diduga usia nasabah yang tergolong produktif akan mendapatkan nilai realisasi kredit yang lebih besar. Usia nasabah yang masih sangat muda diduga masih belum matang dalam mengelola usaha, sedangkan usia yang terlalu tua dianggap sudah tidak berproduktif lagi. Dari hasil analisis regresi, koefisien variabel usia nasabah menunjukkan nilai negatif yang artinya variabel tersebut berpengaruh negatif terhadap besarnya realisasi kredit BTU pada UKC cabang Karawang. Semakin bertambahnya usia nasabah maka realisasi kredit BTU akan semakin berkurang. Umumnya pada sektor UMKM yang mengajukan kredit adalah pemilik usaha itu sendiri, artinya secara tidak langsung dapat terlihat gambaran dari usaha yang dijalankan. Sesuai dengan karakteristik UMKM dimana sektor UMKM dikelola oleh individu yang berperan sebagai pemilik dan yang menjalankan usahanya, keberhasilan UMKM sangat dipengaruhi oleh individu tersebut. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesa dimana usia nasabah diduga berpengaruh positif terhadap realisasi kredit. Perlu diketahui pula bahwa salah satu syarat dalam proses realisasi kredit BTU adalah batas usia maksimal sampai dengan 60 tahun pada saat kredit selesai proses angsurannya. Penetapan kebijakan tersebut disesuaikan dengan karakteristik UMKM yang pengelolaannya dikelola oleh individu. Usia yeng mendekati 60 tahun dianggap tidak produktif lagi dan kemampuan untuk menjalankan suatu usaha dianggap kurang. Hal tersebut sesuai dari analisis deskriptif sebelumnya, dimana mayoritas penerima kredit BTU pada UKC Karawang berada pada usia produktif, yakni rentang usia antara 31 – 40 tahun. Variabel usia debitur tidak berpengaruh signifikan terhadap realiasi kredit, dimana nilai p-value sebesar 0,244 lebih b esar dari taraf nyata α = 5 persen. Hal ini menandakan bahwa berapapun usia debitur, maka tidak akan mempengaruhi besar realisasi kredit BTU yang diterima pada UKC Cabang Karawang. Hasil analisis tersebut berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hutagaol 2009 dimana usia nasabah berpengaruh nyata dan positif terhadap realisasi kredit KUR. Penelitian Hutagaol dilakukan di BRI unit Cigombong.

7.2.2. Tingkat pendidikan

Hasil analisis regresi linear berganda diperoleh koefisien variabel tingkat pendidikan bernilai positif, hal ini menandakan bahwa variabel tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap realisasi kredit BTU. Akan tetapi, variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap realisasi kredit BTU dimana nilai p-value hasil analisis regresi lebih besar dari taraf nyata lima persen Tabel 15. Hasil tersebut tidak sesuai dengan yang disimpulkan oleh Safitri 2007 dan Risdwianto 2004 dimana tingkat pendidikan berpengaruh nyata dan positif terhadap realisasi kredit. Keduanya melakukan penelitian pada Bank BRI. Hasil analsis regresi berbeda dengan hasil yang diperoleh dari analisis deskriptif sebelumnya, dimana tingkat pendidikan berpengaruh terhadap realisasi kredit BTU. Dari hasil analsis deskriptif diperoleh bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka realisasi kredit BTU akan semakin besar. Seseorang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi diduga lebih mudah dalam memperoleh kredit. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin berdisiplin dan bertanggung jawab dalam menjalankan kewajibannya. Tingkat pendidikan dapat menambah tingkat kepercayaan bank untuk dapat merealisasikan kredit BTU. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan seseorang sangat mempengaruhi nasabah dalam memahami dan mengerti tata cara pengajuan dan penerimaan pinjaman, serta mengetahui hak dan kewajiban sebagai nasabah BTU. Pada umumnya untuk sektor UMKM jenis usaha yang dijalankan tergantung pada latar belakang pendidikan pemiliknya.

7.2.3. Jumlah Tanggungan Keluarga

Variabel jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu indikator penentu besarnya realisasi kredit BTU. Setiap calon debitur wajib untuk memberikan informasi yang sebenarnya berapa jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki oleh calon debitur yang dituangkan ke dalam aplikasi pengajuan kreditnya Lampiran 1. Kebenaran informasi tersebut di cek kembali di lapangan dengan dilakukan survey langsung kepada nasabah dan informasi dari orang yang tinggal dekat dengan calon debitur. Jumlah tanggungan keluarga diduga berpengaruh negatif terhadap tingkat kepercayaan bank dalam merealisasikan kredit BTU. Tingginya jumlah tanggungan keluarga debitur dikhawatirkan dana kredit tersebut dapat disalahgunakan untuk memenuhi kebutuhan di luar usaha yang dijalankan, seperti kebutuhan sehari-hari tanggungan keluarga tersebut. Asumsi yang digunakan semakin banyak jumlah tanggungan keluarga, maka semakin besar pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari, sehingga menghabiskan sejumlah besar proporsi pendapatan keluarga. Nasabah yang direalisasikan kredit BTU pada UKC Cabang Karawang mempunyai jumlah tanggungan keluarga yang beragam. Tabel 15 menunjukkan nilai koefisien variabel jumlah tanggungan keluarga terhadap realisasi kredit BTU berpengaruh negatif. Pengaruh ini sesuai dengan hipotesa penelitian, dimana semakin tinggi jumlah tanggungan keluarga maka akan semakin kecil realisasi kredit yang diperoleh debitur. Akan tetapi, variabel jumlah tanggungan keluarga ini tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat realisasi kredit BTU, dimana nilai p-value lebih besar dari taraf nyata Tabel 15. Kesimpulan dari hasil analisis regresi berbeda dengan hasil analisis deskriptif dimana responden yang memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih banyak juga mendapatkan fasilitas kredit yang lebih besar dibandingkan dengan responden yang memiliki tanggungan keluarga lebih sedikit. Hal ini menandakan bahwa berapapun jumlah tanggungan keluarga debitur, maka tidak akan berpengaruh terhadap realisasi kredit yang akan diterima. Analisis ini mengindikasikan bahwa UKC cabang Karawang tidak menjadikan variabel tanggungan rumah tangga sebagai penentu utama besar realisasi kredit BTU. Variabel jumlah tanggungan keluarga tidak memberikan dampak terhadap relaisasi kredit BTU. Terdapat faktor lain yang berpengaruh signifikan terhadap realisasi kredit BTU dari hasil analisis regresi linear, yakni pengalaman kredit, pendapatan usaha, lama usaha, agunan dan jangka waktu peminjaman.

7.2.4. Pengalaman Kredit

Berdasarkan Tabel 15, diperoleh koefisien variabel pengalaman kredit bernilai positif, yang berarti bahwa variabel pengalaman kredit berpengaruh positif terhadap realisasi kredit BTU. Hal ini sesuai dengan hipotesa penelitian. Setiap kenaikan satu satuan pengalaman kredit dari calon debitur, maka jumlah realisasi kredit akan meningkat sebesar 1152 rupiah. Variabel pengalaman kredit juga berpengaruh signifikan terhadap besar realisasi kredit tersebut, karena p- value yang lebih kecil dari taraf nyata lima persen. Hal ini menandakan bahwa pengalaman kredit berpengaruh nyata terhadap besarnya realisasi kredit BTU di UKC cabang Karawang. Oleh karena itu variabel pengalaman kredit tepat jika digunakan sebagai dasar penentu besar realisasi kredit BTU di UKC cabang Karawang. Adanya pengalaman kredit yang dimilki oleh calon nasabah, akan meningkatkan kepercayaan bank sebagai kreditur dalam menyalurkan kreditnya, sehingga variabel ini berpengaruh positif terhadap realisasi kredit BTU. Pertimbangan lainnya adalah adanya pengalaman kredit ini mengindikasikan debitur tersebut telah memahami pola kredit yang diambil dan bagaimana cara menanfaatkannya. Adanya pengalaman kredit, pihak bank dapat melihat riwayat perkreditan daripada calon debiturnya. Dari pengalaman kredit sebelumnya, akan segera terlihat nasabah-nasabah yang memiliki karakter yang baik ataupun sebaliknya. Apakah niatan untuk memperoleh kredit memang betul bertujuan untuk digunakan sebagai tambahan modal untuk pengembangan usahanya atau tidak. Pengelaman kredit seseorang akan terlihat sejarah kredit yang telah dijalankannya, apakah pernah terjadi tunggakan atau tidak. Pihak bank UKC cabang Karawang akan lebih mudah memberikan pinjaman kepada nasabah yang sebelumnya pernah melakukan pinjaman. Kesimpulan dari hasil analisis regresi linear diperoleh hasil yang sama dengan analisis deskriptif sebelumnya, dimana banyaknya debitur yang telah direalisasikan kredit BTU pada UKC Cabang Karawang telah memiliki pengalaman di dalam perkreditan sebelumnya. Lebih dari 70 persen nasabah yang direalisasikan kredit BTU untuk periode tahun 2010 adalah debitur yang telah pernah melakukan pinjaman, baik itu sebagai debitur di bank BNI maupun sebagai debitur dari bank lain. Debitur yang memiliki pengalaman kredit memperoleh rata-rata realisasi kredit BTU yang lebih besar dibandingkan dengan yang belum memiliki pengalaman. Dari hasil kedua analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel pengalaman kredit menjadi salah satu indikator penting yang dapat menentukan besarnya kredit BTU yang direalisasikan.

7.2.5. Lama Usaha Berjalan

Salah satu syarat untuk dapat mengajukan kredit BTU adalah minimal usaha telah berjalan selama satu tahun. Persyaratan tersebut ditetapkan untuk melihat karakteristik usaha dari setiap calon nasabah. Variabel lama usaha berjalan menunjukkan eksistensi usaha yang dijalankan. Lama usaha berjalan dapat memperlihatkan perkembangan usahanya, apakah usaha dari calon debitur tersebut memiliki prospek untuk terus dikembangkan atau tidak. Dari hasil analisis regresi linear berganda diperoleh nilai koefisien positif untuk variabel lama usaha. Hal tersebut menandakan bahwa variabel lama usaha berjalan berpengaruh positif terhadap realisasi kredit BTU. Nilai koefisien variabel lama usaha adalah 3.768 yang artinya setiap kenaikan satu-satuan untuk variabel lama usaha maka akan meningkatkan besar realisasi sebesar 3.768 rupiah. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian dimana semakin lama usaha debitur berjalan maka akan semakin besar kredit yang akan direalisasikan. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa variabel lama usaha berpengaruh signifikan terhadap besarnya kredit BTU, dimana p-value variabel ini lebih kecil dari taraf nyata tabel 15. Hasil analisis regresi tersebut sesuai dengan analisis deskriptif sebelumnya yang menyimpulkan bahwa semakin lama suatu usaha berjalan maka akan meningkatkan rata-rata realisasi kredit BTU. Pada umumnya, semakin lama suatu usaha berjalan maka dapat dikatakan usaha tersebut dapat menjamin keberlangsungan usahanya, dan usaha tersebut layak untuk dibiayai dan terus dikembangkan. Disamping itu, pengalaman usaha yang semakin lama dapat meningkatkan kemampuan dalam mengelola usaha sehingga mendukung keberhasilan usaha yang dijalankan. Sangat tepat faktor lama usaha berjalan tersebut dijadikan salah satu pertimbangan bagi UKC cabang Karawang dalam proses realisasi kredit. Dengan melihat lama usaha berjalan, maka dapat diketahui karakteristik usaha dari calon debitur, apakah setiap tahunnya usaha tersebut terus mengalami perkembangan, atau semakin menurun. Dari hasil kedua analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel lama usaha berjalan memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap realisasi kredit BTU pada UKC Cabang Karawang.

7.2.6. Pendapatan Usaha per Bulan

Pendapatan usaha per bulan merupakan salah satu variabel yang paling penting yang mempengaruhi besarnya kredit yang direalisasikan. Pendapatan usaha per bulan adalah jumlah keseluruhan pendapatan yang telah dicapai oleh suatu usaha pada kurun waktu tertentu. Pendapatan usaha per bulan diduga berpengaruh positif terhadap realisasi kredit BTU. Semakin besar pendapatan usaha yang dihasilkan oleh nasabah, maka jumlah kredit yang akan direalisasikan akan semakin besar, hal tersebut dikarenakan kemampuan nasabah dalam pemenuhan kewajiban meningkat. Dari hasil analisis regresi linear berganda, variabel pendapatan usaha berpengaruh signifikan dan nyata terhadap realisasi kredit pada tingkat kepercayaan 95 persen, dimana p-value lebih besar dari taraf nyata Tabel 15. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa variabel pendapatan usaha berpengaruh postif terhadap realisasi kredit. Kesimpulan ini sesuai dengan hasil analisis deskriptif sebelumnya dimana debitur yang memiliki pendapatan usaha yang lebih besar akan memperoleh realisasi kredit yang besar pula. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan kepada pda debitur yang memiliki penghasilan rendah untuk dapat memperoleh kredit BTU, hanya saja besarnya akan disesuaikan dengan pendapatannya. Sebelum kredit BTU direalisasikan, pihak UKC terlebih dahulu melakukan survei terhadap usaha yang dijalankan oleh calon debitur, dimana di dalamnya termasuk menganalisis pendapatan usahanya. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menentukan kelayakan calon debitur untuk memperoleh kredit dan sebagai acuan dalam menentukan besarnya kredit yang akan direalisasikan. Jumlah pendapatan usaha yang diperoleh dari setiap nasabah, dapat menunjukkan kapasitas daripada nasabah tersebut untuk dapat melakukan pembayaran angsuran kredit yang biasa disebut sebagai RPC. Semakin tinggi pendapatan usaha setiap bulan, maka kemampuan untuk melunasi kewajiban-kewajiban dari kegiatan usaha yang dilakukannya atau kegiatan usaha yang akan dibiayai dengan kredit akan semakin besar. Variabel pendapatan usaha tidak memberikan dampak negatif terhadap proporsi penerima kredit BTU. Tidak menutup kemungkinan untuk sektor usaha yang memiliki penghasilan yang rendah untuk dapat direalisasikan kreditnya. Akan tetapi besarnya realisasi kredit tentunya disesuaikan dengan pendapatannya masing-masing usaha. BNI menerapkan kebijakan besarnya RPC untuk masing-masing debitur berada pada kisaran 40 – 50 persen dari total pendapatan bersih usaha per bulan. Nasabah dengan pendapatan usaha yang lebih besar cenderung lebih besar memperoleh kreditnya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel pendapatan usaha memberikan pengaruh yang signifikan terhadap besarnya realisasi kredit BTU pada UKC cabang Karawang.

7.2.7. Sektor Usaha

Sektor usaha merupakan salah satu faktor yang diperhatikan dalam proses perealisasian kredit. Pada dasarnya pihak bank akan lebih memperhatikan sektor usaha yang prospektif yang dijalankan oleh calon debiturnya. Setiap usaha memiliki risiko tang berbeda-beda sehingga dapat mempengaruhi keuntungan yang nantinya digunakan dalam membayar pinjaman. Usaha di sektor agribisnis diduga memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan usaha di sektor non agribisnis, sehingga sebagai variabel dummy maka sektor usaha non agribisnis diberi nilai 1 yang artinya mendukung realisasi kredit yang lebih besar dan usaha non agribisnis diberi nilai 0. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda, diperoleh variabel sektor usaha memiliki koefisien positif. Hasil analisis regresi linear berganda diperoleh nilai koefisien variabel sektor usaha adalah positif, yang artinya bahwa variabel tersebut berpengaruh positif terhadap realisasi kredit BTU. Akan tetapi variabel sektor usaha tidak berpengaruh signifikan dalam menentukan besarnya realisasi kredit BTU dimana diperoleh nilai p-value lebih besar dari taraf nyata lima persen. Dengan demikian dapat dikatakan variabel sektor usaha tidak berpengaruh nyata dalam perolehan realisasi kredit BTU yang lebih besar. Oleh karena itu variabel sektor usaha tidak tepat jika digunakan sebagai dasar penentu besar realisasi kredit BTU di UKC cabang Karawang. Jika dilihat dari karakteristik debitur BTU, diketahui bahwa mayoritas peneriman kredit tersebut adalah usaha-usaha yang bergerak di luar sektor agribisnis. Dari hasil wawancara dengan pimpinan UKC cabang Karawang diketahui bahwa pemilihan sektor usaha non agribisnis tersebut dilakukan untuk meminimalkan risiko dari penyaluran kredit. Usaha di sektor agribisnis masih dianggap memiliki risiko yang relatif lebih besar daripada sektor non agribisnis. Risiko usaha yang lebih besar dapat berdampak pada pengembalian kredit nantinya. Hal tersebut bertolakbelakang dengan hasil analisis regresi liniear berganda.

7.2.8. Current Ratio CR

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa current ratio CR merupakan perbandingan antara harta lancar dengan utang yang dimiliki oleh calon debitur. Kas, persediaan barang dan piutang usaha adalah bagian dari harta lancar. Nilai minimum CR yang ditetapkan oleh BNI untuk dapat diproses lebih lanjut pengajuan kredit BTU adalah 1,0. Apabila calon nasabah tidak dapat memenuhi persyaratan tersebut maka proses realisasi kredit tidak dapat diteruskan dan berkas pengajuan dikembalikan kepada calon debitur. Hal ini menunjukkan bahwa nilai CR sangat berpengaruh terhadap realisasi kredit BTU. Maka dari variabel nilai CR diduga berpengaruh positif dan nyata terhadap realisasi kredit BTU. Hasil analisis regresi liniear berganda menunjukkan bahwa koefisiean dari variabel nilai CR adalah bernilai positif terhadap realisasi kredit BTU Tabel 15. Setiap kenaikan satu satuan variabel CR, maka akan meningkatkan besar realisasi kredit BTU sebesar 14.591 rupiah. Variabel nilai CR juga berpengaruh signifikan terhadap besarnya realisasi kredit BTU, hal tersebut terlihat dari p-value yang lebih kecil dari taraf nyata lima persen. Hal ini sesuai dengan hipotesa penelitian, dimana variabel nilai CR memberikan pengaruh positif terhadap realisasi kredit BTU. Semakin besar nilai CR yang diperoleh, maka semakin besar pula nilai kredit yang direalisasikan. Dilihat dari analisis deskriptifnya, variabel CR mempunyai kesimpulan yang sama dengan hasil analisis regresi linear berganda. Debitur yang memiliki nilai CR yang lebih besar yakni kelompok nilai CR 3 memperoleh rata-rata realisasi yang lebih besar dibandingkan dengan debitur lain yang memiliki nilai CR lebih kecil. Tujuan diberlakukannya kebijakan tersebut tentunya untuk mengurangi risiko kredit macet. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan untuk calon debitur yang memiliki nilai CR yang rendah minimal 1,0 untuk dapat direalisasikan kreditnya, hanya saja besar realisasi kredit akan disesuaikan dengan kapasitasnya. Dari hasil kedua analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai CR berpengaruh nyata terhadap besar realisasi kredit BTU pada UKC cabang Karawang. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Safitri 2007, yang menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besar kredit umum pedesaan pada nasabah BRI unit Ciampe Bogor dimana variabel modal tidak mempengaruhi besarnya kredit umum pedesaan yang dicairkan. Hasil penelitian yang diperoleh pada UKC Cabang Karawang memiliki hasil yang sama dari penelitian Mulyarto 2009, dan Wangi 2008 untuk variabel modal.

7.2.9. Agunan

Dari hasil analisis regresi linear berganda diperoleh nilai koefisien variabel agunan adalah positif, yang artinya bahwa variabel tersebut berpengaruh positif terhadap realisasi kredit BTU. Variabel agunan juga memberikan pengaruh dan signifikan terhadap besarnya realisasi kredit BTU, hal tersebut terlihat dari p- value yang lebih kecil dari taraf nyata lima persen. Hal tersbut sesuai dengan hipotesis penelitian, dimana variabel agunan secara signikan berpengaruh positif terhadap realisasi kredit BTU, semakin besar nilai agunan yang disertakan dalam pengajuan kredit, maka nilai realisasi BTU yang akan diterima akan semakin besar. Setiap kenaikan satu-satuan variabel agunan, maka besar realisasi kredit akan meningkat sebesar 0,9262 rupiah dan sebaliknya cateris paribus. Agunan merupakan jaminan tambahan yang disertakan pengusaha ketika malakukan pengajuan pinjaman di bank. Semakin besar agunan yang disertakan dalam pengajuan, maka semakin besar pula tingkat kepercayaan bank terhadap pengusaha untuk dapat direalisasikan kreditnya. Salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh calon debitur kredit BTU adalah memiliki sejumlah agunan minimal 30 persen dari total kredit yang direalisasikan. Agunan digunakan sebagai alat pengaman apabila dikemudian hari terjadi kemacetan dalam proses pelunasan kredit yang disebabkan usaha yang dijalankan mengalami kegagalan ataupun sebab-sebab lainnya. Kesimpulan dari hasil analisis regresi linear sesuai dengan hasil analisis deskriptif sebelumnya dimana semakin besar agunan yang disertakan dalam pengajuan kredit maka akan semakin besar kredit yang direalisasikan. Dari hasil kedua analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel agunan memeberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap realisasi kredit BTU pada UKC Cabang Karawang. Penyertaan agunan tersebut terkait dengan besaran nilai kredit BNI yang disalurkan, dimana nilai realisasi dari kredit BTU yang besar hingga mencapai 500 juta rupiah. Kebijakan yang mewajibkan setiap calon debitur memiliki agunan diduga menjadi dampak rendahnya nilai realisasi kredit BTU yang diperuntukkan bagi sektor UMKM jika dibandingkan dengan bank-bank pesaing lainnya.Perlu diketahui pula bahwa salah satu karakteistik dari UMKM adalah keterbatasan mereka memiliki modal serta agunan.

7.2.10. Jangka Waktu Pengembalian

Jangka waktu peminjaman merupakan batas waktu yang diberikan pihak bank kepada debitur dalam proses pembayaran angsuran kreditnya. Jangka waktu peminjaman diduga berpengaruh positif terhadap realisasi kredit BTU. Dari hasil analisis diperoleh nilai koefisien variabel jangka waktu peminjaman bernilai positif, yang artinya bahwa variabel tersebut berpengaruh positif terhadap besar realisasi kredit BTU. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian. Variabel jangka waktu peminjaman juga berpengaruh signifikan terhadap besar realisasi kredit tersebut, karena p-value yang lebih kecil dari taraf nyata lima persen. Hal ini menandakan bahwa jangka waktu peminjaman berpengaruh nyata terhadap besarnya realisasi kredit BTU di UKC cabang Karawang. Oleh karena itu variabel jangka waktu peminjaman tepat jika digunakan sebagai dasar penentu besar realisasi kredit BTU di UKC cabang Karawang. Setiap kenaikan satu-satuan variabel jangka waktu, maka akan memberikan kenaikan besar realisasi kredit sebesar 19.340 rupiah, dan sebaliknya cateris paribus. Semakin lama jangka waktu yang dimiliki, maka pendapatan bunga yang akan diterima oleh pihak bank akan semakin besar. Disamping itu juga, jangka waktu dapat meringankan beban debitur dalam proses pembayaran angsurannya, dimana semakin lama waktu yang diberikan maka nilai angsuran kreditnya akan semakin kecil. Kredit BTU memberikan batas waktu maksimal pelunasan kredit sampai dengan 5 tahun. Kesimpulan ini juga sesuai dengan analisis deskriptif sebelumnya, dimana nasabah yang memiliki jangka waktu pengembalian lebih lama lima tahun memperoleh rata-rata realisasi kredit yang lebih besar dibandingkan nasabah dengan jangka waktu lebih sedikit. Dengan demikian dapat diketahui bahwa variabel jangka waktu memberikan pengaruh nyata terhadap besarnya realisasi kredit BTU pada UKC Cabang Karawang.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN`