d. Current Ratio CR
Pengajuan kredit BTU pada dasarnya bertujuan sebagai penambah modal usaha, dalam upaya pengembangan usaha yang meraka jalankan. Salah satu syarat
untuk dapat diproses pengajuan kredit BTU adalah dinilai current ratio CR dari usaha tersebut. CR merupakan rasioperbandingan antara harta lancar dengan
hutang lancar. Persediaan barang, kas dan piutang usaha termasuk sebagai harta lancar. Semakin tinggi CR, maka aset usahanya yang berupa stok dan piutang
lebih besar dari pada hutang jangka pendeklancar. Minimum nilai CR yang dipersyaratkan oleh BNI untuk dapat direalisasikan kredit BTU adalah 1,0.
Artinya variabel modal usaha berpengaruh terhadap realisasi kredit BTU. Jika calon nasabah tidak dapat memenuhi ketentuan tersebut, maka pengajuan
kreditnya tidak dapat diproses lebih lanjut dan berkas pengajuan dikembalikan kepada calon debitur.
Tabel 12. Rata-rata Realisasi Kredit BTU Menurut Current Ratio CR 2010
Nilai CR Jumlah Nasabah
Orang Rata-rata Realiasi
Kredit BTU Rp 1 – 1.5
1.6 – 2 2.1 – 2.5
2.6 – 3 3
23 14
9 8
3 71,522
123,929 212,778
253,125 263,333
Total 57
Tabel 12 merupakan data nilai CR dari nasabah BTU pada UKC Cabang Karawang periode 2010. Proporsi nilai CR terbesar selama periode 2010 terdapat
pada kelompok nilai CR 1 – 1,5 dengan total nasabah sebanyak 23 orang atau sebesar 40 persen dari total keseluruhan. Besarnya kelompok tersebut dikarenakan
banyaknya peminat dari usaha kecil yang membutuhkan dana kredit BTU sebagai tambahan modal usaha mereka yang pada dasarnya kredit BTU memang
diperuntukkan bagi sektor UMKM. Dilihat dari besarnya rata-rata realisasi kredit BTU, kelompok nilai CR 3
memeperoleh rata-rata realisasi yang paling besar dibandingkan dengan kelompok lainnya. Hal tersebut menandakan bahwa UKC cabang Karawang sangat
memperhatikan nilai CR sebagai penentu besarnya kredit BTU. Semakin besar nilai CR maka semakin besar peluang untuk direalisasikan kredit BTU dalam
jumlah yang lebih besar. Penerapan kebijakan nilai CR minimal 1.0 diharapkan dapat menekan tingkat risiko kredit macet. Nilai CR dapat dikategorikan ke dalam
prinsip capitalmodal dari prinsip 5C dalam proses perealisasian kredit. Hasil dari wawancara dengan petugas UKC Cabang Karawang diperoleh bahwa besar modal
yang dimiliki oleh setiap nasabah kredit BTU berbeda-beda, ada yang memiliki modal yang besar dan ada pula yang kecil, tergantung dari jenis usaha yang
dijalankannya. Pada umumnya mayoritas nasabah UKC Cabang Karawang berada pada sektor pertanian, perdagangan dan sektor jasa, baik itu yang berada pada
sektor agribisnis maupun non agribisnis. Nasabah yang bergerak di sektor non agrisbisnis pada umumnya memiliki modal yang lebih besar dibandingkan dengan
sektor agribisnis. Ketika kepemilikan modal menjadi salah satu syarat untuk mengajukan kredit BTU. Dari uraian diatas secara deskriptif dapat disimpulkan
bahwa nilai current ratio sangat berpengaruh terhadap realisasi kredit BTU di UKC cabang Karawang.
7.1.3. Rata-rata Realisasi Kredit BNI Tunas Usaha Menurut Karakteristik
Kredit a.
Collateral Agunan
Agunan merupakan jaminan yang wajib disertakan oleh setiap calon debitur di dalam pengajuan kredit BTU. Setiap debitur wajib menyertakan agunan
minimal 30 persen dari total kredit BTU yang direalisasikan. Sisa 70 persen akan ditanggungkan kepada PT Askrindo ataupun Perum SPU. Nilai agunan diduga
berpengaruh positif terhadap besar kredit BTU, semakin besar agunan yang dimiliki, maka semakin besar nilai kredit yang direalisasikan. Dari hasil yang
diperoleh di lapangan bahwa sebagian besar nasabah BTU pada UKC Cabang Karawang memberikan agunan berupa sertifikat rumah, tanah ataupun tempat
mereka usaha serta BPKB kendaraan bermotor yang mereka miliki.
Tabel 13. Rata-rata Realisasi Kredit BTU Menurut Jumlah Agunan 2010
Jumlah Agunan Rp Jumlah Responden
Orang Rata-rata Realiasi
Kredit BTU Rp ≤ 25.000.000
25.000.001 – 50.000.000 50.000.001 – 75.000.000
75.000.001 – 100.000.000 ≥ 100.000.000
22 16
11 5
3 16.727.273
39.312.500 64.090.909
89.700.000 109.166.667
Total 57
Ditinjau dari sebaran responden berdasarkan jumlah agunan yang dimiliki debitur BTU Tabel 13, diketahui bahwa sebagian besar responden pada kisaran
agunan sampai dengan 25 juta rupiah. Dari hasil wawancara diketahui bahwa yang kebanyakan calon debitur yang mengajukan kredit BTU berasal dari usaha-
usaha kecil yang memiliki agunan yang minim. Selain itu kredit BTU telah didesain dan diperuntukan bagi sektor usaha kecil. Hal tersebut menandakan
bahwa UKC cabang Karawang juga memperhatikan usaha-usaha yang memiliki nilai agunan kecil. Akan tetapi nilai agunan yang disertakan tersebut tentunya
sebanding dengan nilai kredit BTU yang direalisasikan. Dilihat dari rata-rata realisasi yang disalurkan, kelompok nasabah yang
memiliki agunan 100 juta memperoleh rata-rata realisasi yang lebih besar dibandingkan dengan kelimpok lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
besar agunan yang disertakan di dalam pengajuan kredit, maka semakin besar pula kredit BTU yang direalisasikan. Penyertaan agunan bertujuan sebagai pengaman
apabila dikemudian hari terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan yang berdampak pada tidak mampunya debitur untuk dapat melunasi angsuran kredit BTU. Selain
itu penyertaan agunan bertujuan untuk menekan moral hazard dari debitur kredit BTU. Secara deskriptif nilai agunan menjadi pertimbangan yang penting pihak
UKC Karawang dalam proses realisasi kredit BTU. Keberadaan sejumlah agunan yang disertakan di dalam pengajuan kredit
untuk kategori Kredit Usaha Rakyat KUR menjadi faktor yang membedakan antara bank BNI dengan Bank lain yang juga bertindak sebagai penyalur kredit
KUR. Pada bank BRI agunan tidak diwajibkan di dalam proses pengajuan kredit,
akan tetapi pada bank BNI setiap calon nasabah menyertakan minimal 30 persen dari total kredit yang direalisasikan. Penyertaan agunan tersebut terkait dengan
besaran nilai kredit BNI yang disalurkan, dimana nilai dari kredit BTU yang besar yang mencapai 500 juta rupiah. Kebijakan yang mewajibkan setiap calon debitur
memiliki agunan diduga menjadi dampak rendahnya nilai realisasi kredit BTU yang diperuntukkan bagi sektor UMKM jika dibandingkan dengan bank-bank
pesaing lainnya. Selama periode 2010, UKC cabang Karawang hanya merealisasikan sebesar 71 persen dari total pengajuan yang ada.
b. Jangka Waktu Peminjaman