Hubungan Jenis Pekerjaan Pokok Responden dan Motivasi Pemanenan Kayu Rakyat

memperoleh pendapatan optimal. Daur butuh yang selama ini diterapkan petani tidak memberikan keuntungan yang optimal, karena nilai ekonomis kayu bisa saja masih rendah. Faktor ekologis juga terpengaruh, karena tanaman kehutanan kurang optimal memberikan manfaat bagi lingkungannya. Oleh karena adanya kebutuhan-kebutuhan pada rumah tangga yang menyebabkan motivasi pemanenan kayu rakyat, diperlukan suatu lembaga seperti kelompok tani atau koperasi yang memberikan bantuan berupa sumbangan atau pinjaman untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sumber dana bagi lembaga tersebut dapat berasal dari uang swadaya, bantuan pemerintah, atau donasi sponsor.

5.5.4 Hubungan Jenis Pekerjaan Pokok Responden dan Motivasi Pemanenan Kayu Rakyat

Berdasarkan Tabel 20, motivasi yang disebabkan oleh kebutuhan tempat tinggal sering muncul dengan persentase kemunculan sebesar 56,01. Pada kelompok kebutuhan ini, persentase kemunculan motivasi banyak menyebar pada kelompok jenis pekerjaan pokok Guru SD, kepala desa, mandor bangunan, pengusaha, pesuruh, petani, supir, TNI-AD, dan tukang servis. Kebutuhan rumah pada kelompok responden tersebut disebabkan beberapa alasan seperti: 1 kondisi rumah yang ada saat ini sudah tua, membutuhkan perbaikan, dan bahkan tidak layak huni; 2 banyak keluarga muda yang masih tinggal bersama orang tua mereka dalam rumah yang sama; dan 3 ketidakmampuan responden mencukupi kebutuhan tempat tinggal dari pendapatan utama mereka, sehingga menggunakan tabungan berupa kayu rakyat. Adapun persentase kemunculan tertinggi terdapat pada kelompok jenis pekerjaan pokok sebagai petani. Hal ini disebabkan oleh: 1 adanya pengetahuan potensi jenis pada lahan hutan rakyat mereka, sehingga memiliki dorongan untuk memanfaatkannya, sebagai contoh untuk bahan bangunan; dan 2 adanya ketergantungan hidup pada hasil olahan lahan miliknya. Berdasarkan Tabel 20, motivasi membangun rumah 38,67 menyebar di delapan guru SD, kepala desa, pengusaha, pesuruh, petani, supir, TNI-AD, dan tukang servis dari 12 jenis pekerjaan pokok. Selain kedelapan jenis pekerjaan yang terdapat motivasi membangun rumah, mereka memiliki motivasi lain seperti mempebaiki rumah, modal usaha, biaya pendidikan, dan ongkos naik haji. 58 Tabel 20 Persentase kemunculan motivasi pemanenan kayu rakyat pada jenis pekerjaan pokok responden Persentase kemunculan motivasi membangun rumah terbesar terdapat pada kelompok jenis pekerjaan pokok petani 26,67. Hal ini terpengaruh oleh ciri- ciri petani, yaitu: 1 menggantungkan kebutuhan hidupnya pada usaha pengelolaan lahannya, baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun kebutuhan mendesak; dan 2 memiliki pengetahuan mengenai potensi jenis beserta manfaatnya. Ketika membutuhkan tempat tinggal yang lebih layak, petani akan memenuhinya dari hasil olahan lahan miliknya. Dari berbagai hasil olahan yang dimilikinya, hanya kayu rakyat yang memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan hasil lainnya. Berkaitan dengan kebutuhan tempat tinggal, motivasi memperbaiki rumah 14,67 menyebar pada tiga mandor bangunan, petani, dan TNI-AD dari 12 jenis pekerjaan pokok. Persentase kemunculan terbanyak terdapat pada jenis pekerjaan pokok petani 12. Hal ini masih pula terkait dengan ciri-ciri petani yang memungkinkan penggunaan kayu rakyat sebagai solusi kebutuhan perbaikan rumah. Motivasi membeli rumah muncul pada kelompok jenis pekerjaan pokok sebagai petani. Hal ini karena responden pada kelompok responden ini membutuhkan rumah baru untuk diberikan kepada anak mereka tanpa harus membangun rumah dari awal. Rumah yang dibeli berada di luar wilayah Desa Padasari. Berdasarkan Tabel 20, motivasi yang disebabkan oleh kebutuhan investasi muncul dengan persentase kemunculan sebesar 36. Pada kelompok kebutuhan ini, persentase kemunculan motivasi menyebar pada kelompok jenis pekerjaan pokok sebagai kepala desa, pedagang, pengojek, pengrajin, pengusaha, dan petani. Bentuk investasi mereka berupa pembelian tanah, penggunaan hasil penjualan kayu rakyat untuk modal awal usaha, penggunaan hasil penjualan kayu rakyat untuk meningkatkan modal usaha dalam rangka pengembangan skala usaha, penggunaan kayu rakyat sebagai bahan baku usaha yang sedang dijalankan, dan penggunaan hasil penjualan kayu rakyat untuk membiayai pendidikan anak agar memperoleh kesempatan kerja yang lebih luas. Adapun persentase kemunculan tertinggi terdapat pada kelompok jenis pekerjaan pokok sebagai petani. Mereka lebih banyak membeli tanah 4 untuk berinvestasi dibanding menjadikan hasil pemanenan kayu rakyat sebagai modal usaha dan biaya pendidikan. Mereka bergantung pada usaha tani yang sedang dijalankan. Motivasi modal usaha 13,33 menyebar pada empat pedagang, pengojek, pengusaha, dan petani dari 12 jenis pekerjaan pokok, seperti terlihat pada Tabel 20. Persentase terbanyak terjadi pada jenis pekerjaan pokok petani 8. Pedagang menggunakan hasil hutan rakyat untuk meningkatkan modal. Pengojek menggunakan hasil hutan rakyat sebagai modal awal usaha ojeknya. Pengusaha menggunakan hasil hutan rakyat sebagai bahan baku usahanya. Sementara petani menggunakan hasil hutan rakyat untuk menambah modal usahanya. Motivasi membeli tanah 8 menyebar pada dua kepala desa dan petani dari 12 jenis pekerjaan pokok, seperti tercantum dalam Tabel 20. Persentase terbanyak terjadi pada jenis pekerjaan petani 9,33. Kepala desa membeli tanah untuk meningkatkan pendapatan dari usaha tani miliknya. Sementara petani membeli tanah juga untuk mengembangkan usaha tani miliknya sehingga dapat meningkatkan pendapatan dari usaha tani tersebut. Motivasi biaya pendidikan 9,33 menyebar pada dua pengrajin dan petani dari 12 jenis pekerjaan pokok, seperti tercantum dalam Tabel 20. Pengrajin menggunakan hasil hutan rakyat untuk memenuhi kebutuhan biaya pendidikan karena hasil dari pendapatan utamanya sebagai pengrajin tidak mencukupi kebutuhan tersebut. Sementara petani menggunakan hasil hutan rakyatnya karena ketergantungan hidupnya pada hasil usaha tani. Selain kedua jenis pekerjaan pokok tersebut, mereka mencukupi kebutuhan biaya pendidikan dari pendapatan lain. Kelompok terakhir ialah kebutuhan lain-lain yang menyebabkan kemunculan motivasi dengan persentase kemunculan sebesar 7,99 Tabel 20. Pada kelompok kebutuhan ini, persentase kemunculan motivasi menyebar pada kelompok jenis pekerjaan pokok sebagai pedagang dan petani. Bagi kelompok responden ini, kebutuhan yang beragam tidak menentu, bersifat mendesak, dan bergantung kepada kesiapan masing-masing dalam melakukan pemanenan kayu rakyat. Selain itu, responden tidak mampu mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut dari pendapatan utamanya, sehingga menggunakan tabungan berupa kayu rakyat. Menurut hubungan antara jenis pekerjaan pokok responden dengan motivasi pemanenan kayu rakyat, jenis pekerjaan pokok sebagai petani merupakan responden yang paling produktif menghasilkan kayu rakyat dengan 10 motivasi pemanenan kayu rakyat yang berbeda. Hal ini jelas memperlihatkan bagaimana ketergantungan hidup mereka terhadap usaha tani. Ketika mereka dihadapkan pada berbagai kebutuhan, terutama yang mendesak, mereka akan menggunakan hasil hutan rakyat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Kebutuhan mendesak diartikan sebagai kebutuhan yang pemenuhannya harus dilakukan dengan segera dalam jumlah yang besar Marlina 2010. Dengan kecenderungan ini, kelompok jenis pekerjaan pokok sebagai petani merupakan objek pembinaan bagi pihak yang berkepentingan untuk menjaga keberlanjutan produksi kayu rakyat yang merupakan komoditas alternatif bagi pemenuhan kebutuhan kayu selama ini. Sementara jenis pekerjaan pokok selain sebagai petani hanya melakukan pemanenan kayu rakyat jika memang dihadapkan pada beberapa kebutuhan mendesak tertentu saja. Oleh karena hutan rakyat milik responden yang jenis pekerjaan pokoknya selain sebagai petani jarang dipanen, mereka merupakan objek pembinaan bagi pihak yang berkepentingan dalam menjaga kelestarian alam, sehingga hutan rakyat tetap memiliki manfaat secara ekologi. Mereka juga tidak terlalu ingin memanen karena motivasi menanam mereka rendah, akibat adanya aktivitas pekerjaan pokok mereka yang menyita waktu banyak. Terdapat beberapa macam bentuk program pembinaan. Pengenalan jenis baru yang cocok dengan kondisi lingkungan, cepat tumbuh, dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Keberlanjutan usaha kayu rakyat bergantung pada ketergantungan petani terhadap hasil kayu rakyat. Untuk mempertahankannya, petani dibina untuk terus menanam tanaman kehutanan. Selain itu, terkait dengan daur volume maksimum, petani diberikan pengetahuan mengenai teknik pengaturan hasil. Hai itu dilakukan agar petani memperoleh pendapatan optimal. Daur butuh yang selama ini diterapkan petani tidak memberikan keuntungan yang optimal, karena nilai ekonomis kayu bisa saja masih rendah. Faktor ekologis juga terpengaruh, karena tanaman kehutanan kurang optimal memberikan manfaat bagi lingkungannya. Oleh karena adanya kebutuhan-kebutuhan pada rumah tangga yang menyebabkan motivasi pemanenan kayu rakyat, diperlukan suatu lembaga seperti kelompok tani atau koperasi yang memberikan bantuan berupa sumbangan atau pinjaman untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sumber dana bagi lembaga tersebut dapat berasal dari uang swadaya, bantuan pemerintah, atau donasi sponsor.

5.5.5 Hubungan Pengalaman Berusaha Tani Responden dan Motivasi Pemanenan Kayu Rakyat